Dirty Business

Annisa Fitrianti
Chapter #3

Chapter 3

Clinton Ave

WestHollywood, California- USA

11.00 AM

Melirik sejenak jam yang terlingkar di pergelangan tanganku dan kembali beralih memperhatikan dirinya yang masih menjelaskan presentasi mengenai pengelolaan produksi dan distribusi. Ketenanganku pun berubah, ketika dia membahas mengenai kontrak kerja sama dengan model ambassador yang selama ini kami percaya untuk mengenakan pakaian rancanganku. 


Dengan kekuasaan penuh, aku pun lantas menjedanya yang sedang memberikan penjelasan dan bangkit dari keterdudukan seraya berjalan menghampirinya. Melempar proposal secara asal dari gengaman tepat ke hadapannya, seluruh pasang mata dalam ruang rapat pun menjadi menatap penuh keterkejutan kearahku.


"Lebih baik tunda saja semua produksi musim depan"


"Kalau pembahasan rapat hari ini masih saja tentang pemutusan kerjasama dengan model kita yang satu itu" ucapku tanpa berpikir panjang, sehingga aku bisa melihat dengan jelas keningnya yang memunculkan garis mendalam seraya menatapku dengan tatapan tak percaya. 


"Tapi reputasinya akhir-akhir ini sedang tidak bagus Ken"


"Terlalu banyak pemberitaan miring tentang kehidupan pribadinya" jelasnya, membuatku merasa sedikit tertampar atas ucapannya dan lantas menarik senyum tipis seraya melipat kedua tanganku di dada. 


"Kalau begitu singkirkanlah hal-hal pribadi tantang kehidupannya!" 


"Karena kita bisa bernegosiasi untuk menurunkan biaya yang seharusnya dia dapatkan tanpa perlu memutus kontrak kerjasama dengannya" usulku yang kini mulai melibatkan ego, membuatnya kemudian menatapku dengan sorot mata penuh permohonan. 


"Ken, terlalu beresiko kalau kita masih menjalin kerjasama dengannya" jawabnya dengan nada putus asa, membuatku yakin bahwa dia sangat memahami alasan dibalik keputusanku yang satu ini. 


"Aku pemilik perusahaan ini, Hailey"


"Maka hanya akulah yang berhak menentukan segalanya disini" tegasku penuh penekanan dan tak ingin dibantah seperti biasanya, membuat kami bertukar pandangan begitu dalam selama beberapa detik. 


"Sepertinya memang sudah tidak dibutuhkan lagi kerjasama tim disini" balasnya diluar dugaan seraya membuang pandangan dari arahku, kemudian tangannya sibuk merapihkan bekas-berkas diatas meja rapat yang berbentuk persegi panjang ini. 


"Jangan tersinggung"


"Aku hanya berusaha mengingatkan tentang siapa aku dan apa posisimu diperusahaan ini, Hails."


"Siapa tau kau lupa?" tantangku agak terbawa suasana, membuatnya kemudian berdecih kecewa.


"Aku pikir kita benar-benar harus berbicara empat mata Ken?" menghadap kearahku seraya berucap demikian, membuatku mata saling bertatapan dan mencoba untuk saling menyelami pikiran satu sama lain. Hingga dia berhasil menghantarkan kesadaranku, bahwa ini sungguh diluar rencana.


"Maaf.. tidak seharusnya aku berucap demikian kepadamu Hails. Tapi, aku rasa kau sangat mengerti cara memperlakukan seseorang dengan baik tanpa perduli bagaimana masalah yang sedang di terimanya kan?" singgungku pada akhirnya, kemudian mengangkat bokongku dari kursi rapat yang tengah aku duduki. 


Dengan langkah tertahan, aku pun berusaha menyingkirkan perasaan tak enak hati dan segera berjalan melewatinya untuk keluar dari ruang rapat ini. Walaupun dipenuhi perasaan bersalah karena terlalu terbawa suasana, tetapi setidaknya rencana yang sudah aku dan Niall susun tetap harus berjalan sebagaimana mestinya. 


Tanpa menunggu lama, terlihat beberapa karyawan mulai menyusul keluar satu per satu dari dalam ruang rapat dan sekarang mungkin hanya menyisakan Hailey seorang diri di dalam sana. 


Memberi anggukkan sebagai tanda agar segera bersiap menjalankan rencana yang telah disusun sebelumnya, dengan mantap dirinya pun menghampiriku dan melangkah lebih dulu untuk masuk kedalam ruang rapat dengan menopang kue ulang tahun dikedua tangannya.


"HAPPY BIRTHDAY TO YOU..." 


"HAPPY BIRTHDAY TO YOU..."


"HAPPY BIRTHDAY, DEAR HAILEY"


"HAPPY BIRTHDAY TO YOU..."


Menyanyikan lagu selamat ulang tahun bersama-sama untuknya, membuat suasana diruangan rapat ini menjadi bercampur rasa suka cita. Sehingga, satu hal yang aku lihat darinya saat ini adalah dia tak berkutik ditempatnya berpijak dan menatap kami semua dengan tatapan bahagia yang bercampur dengan air mata dipelupuk matanya. 


"Happy birthday Hails" ucapku lebih dulu, membuatnya menurunkan kedua tangannya yang sedari tadi menutupi mulutnya dan dengan cekatan aku menarik lengannya agar lebih dekat dengan posisi kue yang sedang Niall pegang. 


"Oh God, kalian benar-benar membuatku kehabisan kata-kata!" keluhnya yang justru malah terlihat berseri-seri.


"Ini semua ide Niall" selaku membeberkan fakta.


"Thank you so much, aku pikir kau telah lupa hari ulang tahunku" ucapnya seraya menatap Niall begitu dalam, sehingga terlihat Niall pun ikut hanyut karenanya aku lantas memutus tanpa permisi.


"Aku pikir hari ini kita masih memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan" selaku.


"Ah sorry.." ucapnya yang tersadar akan sindiranku. 


"Jangan lupa make a wish" peringat Niall yang kemudian dihadiahi dengan tatapan memuja oleh seluruh para karyawan yang menyaksikannya, sehingga dengan jahil aku menyenggol bahu Hailey yang malah dia tanggapi dengan biasa saja tanpa kudapati rona merah diantara kedua pipinya.


"Jadi, yang tadi itu tidak serius?" tanyanya agak kebingungan. 


"Kita bisa bahas hal itu dirapat yang akan datang Hails.." mendapati dirinya meninggikan sebelah alis atas jawabanku, segera aku pun mengendikkan dagu kearah lilin. Seolah memintanya untuk fokus saja dengan acara kejutan ini. 


"Terimakasih Ken, Niall dan kalian semua" ucapnya setelah meniup lilin dan berdoa dalam hati dengan mata yang berkaca-kaca, kemudian tanpa di duga-duga dia membawaku kedalam pelukkannya. Membuatku sedikit terkejut karena dia menghadiahiku dengan ciuman gemas di kedua pipi. 


"Aku akan langsung memecatmu kalau sampai semua orang mempertanyakan orientasi seksual kita setelah ini Hails" sindirku seraya mendorongnya untuk menjauh dariku, yang kemudian di hadiahi tawa oleh mereka semua. 


"Kau bosnya disini. Aku bisa apa?" balasnya pasrah berdasarkan fakta, membuatku kembali berdecak sebal karena dia seenaknya menjapit hidungku dengan ibu jari dan jari telunjuknya. 


Akan tetapi hal itu tak berlangsung lama, karena begitu aku berhasil lolos dari aksi jahilnya. Aku lantas mundur beberapa langkah dari dekatnya dan membuatnya sibuk untuk menerima ucapan serta pelukkan hangat dari Niall dan juga para karyawan didalam ruang rapat ini. 


Ikut berbaur di tengah kebahagiaan yang sedang Hailey rasakan, tidak mengubah rasa kesepian didalam diriku. Bahkan, di tengah kemeriahan kejutan ulang tahunnya yang sengaja aku dan Niall persiapkan sejak satu bulan lalu. 


Lihat selengkapnya