Restaurant Nobu Malibu
Pasific Coast Hwy, Malibu - California
21.30 PM
Tertarik memesan makanan untuk take a way terlebih dahulu dan menunggu di area indoor bersama para bodyguard-ku, tiba-tiba saja baik aku maupun semua orang di restaurant lantas memusatkan pandangan kearah keributan di area outdoor. Memilih mencari posisi yang tepat untuk dapat melihat lebih jelas apa sebenarnya yang terjadi, karena para petugas keamanan terlihat berlari menghampiri.
Seketika aku pun lantas terkejut ketika tubuhnya tengah dipegangi oleh 2 orang disisi kanan dan kiri, kemudian berulang kali dipukuli oleh seseorang yang berpakaian sama persis seperti para bodyguard-ku. Bahkan, para petugas keamanan seolah tidak mampu berbuat apa-apa karena 5 orang lainnya melingkar menjaga orang-orang yang mencoba mengacaukan kesenangan mereka.
Mulai menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi hingga Zayn menurunkan orang-orangnya untuk memukuli Harry disana, seorang waiters justru mengejutkanku dengan menyerahkan makanan yang sebelumnya aku pesan. "Terimakasih" ucapku.
"...Ini adalah peringatan dari bos kami karena kau telah berani menyentuhnya dengan tangan kotormu. So, next time carilah lawan yang seimbang" peringat orang itu seraya mendorong tubuh Harry kelantai dan hal ini tidaklah lepas dari pandanganku.
"...Brengsek!" cicitnya dibatas ketidak berdayaannya disana.
"...Cih! Kalau saja kami ditugaskan untuk benar-benar menghabisimu, mungkin mulutmu sudah aku robek sekarang juga bodoh!" ejek pria berperawakan tinggi dan hitam dihadapannya itu.
"...Ayo, tinggalkan sampah ini" putusnya seraya berlalu pergi.
Menyerahkan pesanan dalam genggaman kepada salah seorang bodyguard-ku, segera aku pun memberi kode tatapan kearah Felix dan dia mengangguk setuju atas perintahku kali ini tanpa bantahan sepatah kata pun seperti biasanya yang selalu mengeluarkan kata tapi.
"Kau" katanya seraya menyerit kebingungan.
"Bangun!" perintahku, membuatnya yang sedang terduduk justru terkekeh seraya meninggikan alisnya sambil menatapku. "Jangan membuatku menyesal karena telah menawarkan bantuan padamu Harry!"
"Cepat bangun!" tekanku.
"Apakah kita akan ke neraka?" tanyanya seraya tersenyum.
"Akan aku pikirkan nanti"
"Cepat!" perintahku seraya memberi tatapan pada Felix dan bodyguard-ku yang lain untuk memapah tubuhnya karena dia nampak tidak berdaya untuk menopang tubuhnya sendiri. Dan lagi pula, aku tidak ingin menarik perhatian banyak orang dan mengabadikan potret kebersamaan kami terlebih dengan wajahnya yang babak belur itu. "Dimana mobilmu?" tanyaku.
"Mobil?" jawabnya yang justru balik bertanya dan berekspresi kebingungan dan sungguh aku pun menjadi kebingungan karenanya.
"Iya Har, dimana mobilmu. Cepat katakan atau aku akan membiarkanmu terlantar dijalanan malam ini" ancamku.
"Aku tidak suka naik mobil. Aku lebih suka menggunakan motor kesayanganku" ungkapnya yang sontak membuatku berdecih ketika mengingat bahwa pria ini pernah rela menerjang salju di malam hari demi memenuhi keinginan Gigi untuk menghadiri acara keluargaku menggunakan motor kesayangannya itu.
Menyusahkan!
Segera aku pun memberi perintah pada para bodyguard-ku untuk membawanya masuk ke mobil bersama mereka dan mengurus motor kesayangannya itu.
Berada di mobil terpisah, dimana aku menempati mobil depan yang memimpin arah jalan. Seling beberapa waktu Felix pun mendapatkan informasi dari mobil belakang melalui alat di telinganya bahwa Harry tidak kunjung mengatakan alamat tempat tinggalnya disini, karena masih merancau tidak jelas sedangkan alamat yang tertera di identitasnya berada di London.
Hal ini pun membuatku terpaksa memilih Hotel sebagai tujuan akhir malam ini, karena besok aku memiliki jadwal pagi dan tidak mungkin juga kalau aku membawanya ke Mansion karena Hailey pasti akan banyak bertanya nanti. Sekian tahun menjadi member tetap di beberapa Hotel yang ada di berbagai Negara termasuk Hotel Baverly Wilshire ini, dalam waktu kurang dari setengah jam pihak mereka ternyata telah membuka beberapa kamar atas namaku.
"Kalian boleh pergi" putusku ketika memasuki kamar yang akan Harry tempati malam ini dengan lebih dulu meletakkan paper bag di nakas samping ranjang.
"Tapi Nona-"
"Ayolah Felix..." keluhku yang membuatnya kemudian luluh dan berakhir memerintahkan kawanannya untuk meninggalkan kamar ini. "Baiklah Nona, selamat malam dan selamat beristirahat" patuhnya.
"Terimakasih Felix" ucapku membuatnya lantas mengangguk seraya menutup pintu kamar.
Melangkah kearah meja kerja untuk meraih botol air mineral berukuran sedang seraya mencari handuk didalam kamar mandi, kembali aku pun terduduk disisi ranjang kemudian mulai membasahi ujung handuk dengan air untuk menghapus darah kering yang tersisa di dekat sudut bibirnya. "Aw, sakit.." protesnya seraya menahan tanganku.
"Tahan sebentar" bujukku.
"Pelan-pelan" pintanya yang aku jawab dengan mengangguk dan tanganku kembali melanjutkan membersihkan wajahnya perlahan juga menyeluruh karena tangannya tidak lagi menahanku.
"Apakah tempat ini yang kau sebut dengan neraka?" tanyanya.
"Ya. Kau bisa menikmatinya malam ini" jawabku menanggapi kebodohannya yang sedang dalam pengaruh alkohol dan tetap berhati-hati membersihkan luka diwajahnya.
"Bersamamu?" lanjutnya bertanya.
Heuh?!
Apa katanya? Bersamaku?
Astaga! Apakah dia selalu banyak bertanya dan bodoh jika sedang dalam pengaruh alkohol.
Oh God.
Memuakkan!
"Tidurlah dan nikmati malammu di dalam neraka ini" putusku menyudahi untuk membersihkan wajahnya yang terluka seraya bangkit dari keterdudukan dan memilih tidak menjawab pertanyaan bodohnya.
"Kau mau kemana?"
"Aku akan ke neraka yang lain" jawabku sarkas.
"Tetaplah disini bersamaku. Aku tidak ingin berada di neraka ini sendirian" pintanya seraya menahan pergelangan tanganku, sehingga membuatku mau tidak mau menoleh kearahnya dan iris mataku bertabrakan dengan iris mata berwarna hijaunya yang begitu penuh pengharapan.
"Aku mohon tetaplah disini" lanjutnya.
"Jangan merengek seperti itu padaku! Aku bukanlah ibumu Harry!" peringatku seraya melepaskan tangannya yang menahan pergelangan tanganku.
"Jadi, sekarang kau juga ingin meninggalkanku?"
"Sialan?! Apa yang salah sebenarnya dengan diriku sampai semua orang berkeinginan pergi dari dekatku!" meninggikan sebelah alisku atas ucapannya yang terdengar putus asa, segera aku pun mengalihkan keadaan dengan mematikan lampu tidur diatas nakas.
"Tidak ada gunanya kau mengumpat dihadapanku"
"Tidurlah" perintahku.
"Jangan pergi" rengeknya sekali lagi, membuatku muak.
"Aku akan menyusul setelah selesai membersihkan diri" alibiku.
"Apakah masih perlu membersihkan diri ketika kita sedang berada di neraka?"
"Y-ya tentu saja" jawabku kebingungan.
"Baiklah, kalau begitu aku akan menunggumu..." ucapnya yang terdengar begitu menjijikan di telingaku. "Bagaimana?" timpanya.
Astaga!
"Aku sudah menerima tawaranmu untuk menempati nereka ini bersama. Ada baiknya, kau juga mendengar permintaanku untuk tidur lebih dulu tanpa menungguku membersihkan diri Harry.." melihatnya tersenyum karena mendengar apa yang baru saja aku ucapkan, membuat bibirku lantas berdecak sebal namun tetap membantunya merebah dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Berjanjilah kita akan menempati neraka yang sama?"
"Ya.. aku janji" jawabku menyanggupi, karena aku tidak tahan menghadapi kebodohannya saat ini.
"Good night" ucapnya berhasil membuat tubuhku merinding sekaligus merasa menjadi berat untuk beranjak dari sisinya, karena dua kata yang dia ucapkan seolah memenuhi telingaku dan membawa jiwaku pergi ke masalalu.
"Good night?" ulangnya meminta balasan.
"Y-ya.." jawabku yang tersadar dari lamunan kemudian segera berlalu mematikan lampu kamar ini secara menyeluruh.
Terududuk di sofa panjang dekat ranjang hingga dia benar-benar telah terlelap, segera aku pun mengusir lamunanku dengan mengusap wajahku dan pergi meninggalkan neraka yang sama dengannya ini.
Konyol!
Persetan dengan janjiku padanya.
Bersandar memunggungi pintu kamar hotel yang aku tempati malam ini, segera aku pun mengenyahkan desiran di dada dengan berjalan menuju ke arah kamar mandi.
Berulang kali membasuh wajahku dengan air mengalir dari kran washtafel, tatapanku pun terlekat kearah cermin besar yang menampakan rupa wanita yang nampak ketakutan dan bibir yang begitu pucat pasi. Seolah keterkejutan akan abadi memenuhi dirinya.
Pasalnya setelah sekian lama tidak pernah ada lagi seorang pun yang mengucapkan kata 'good night' kepadaku, malam ini dia yang merupakan orang asing sekaligus sedang dalam keadaan mabuk justru berani berucap demikian dan berhasil membuatku merasa bodoh karena terbawa suasana. Bahkan sampai diriku benar-benar merasa ketakutan, takut kalau sewaktu-waktu aku begitu memaksa ingin mendengar kalimat itu lagi yang entah dari siapa nantinya.
Ting..
From : Hailey
'Ken'
From : Hailey
'Kau dimana?'