Dirty Business

Annisa Fitrianti
Chapter #16

Chapter 16

Rumah Bersama

Modern cabin, Los Angeles - California

09.30 AM

Karena ulahnya itu, kini semua orang menatap kearah kami termasuk Kate yang terlihat berjalan kearah kami dengan tergesa. Namun, sebelum Kate sampai, Harry sudah lebih dulu pergi ke arah lain. "Ada apa Ken?" tanyanya penasaran.


"Dia menggangguku?!"


"Aku sudah bilang bahwa aku tidak ingin di ganggu, tapi Harry jutsru menantangnya dan duduk disebelahku" ungkapku menjelaskan alasan utama keributan kami. 


"Baiklah, biar aku yang bilang padanya nanti" ucap Kate menengahi seraya mengusap pundakku yang menegang. 


"Tolong kau katakan padanya untuk tidak duduk disebelahku dan mengambil tempat lain. Masih banyak ruang kosong di tempat ini bukan?" Protesku tidak mau kalah. 


"Baiklah-baiklah, akan aku sampaikan nanti" katanya menenangkan aku sekali lagi, namun tetap saja rasanya amarahku belum juga mau surut. 


Justru bersamaan dengan itu, Harry tiba-tiba muncul dari kejauhan dengan wajah yang sudah bersih. Tidak ada lagi cat air berwarna merah diwajahnya dan yang tertinggal justru hanya wajahnya yang basah oleh air. 


"Harry pilihlah tempat lain untuk melukis, Kendall tidak ingin kau duduk disebelahnya" ujar Kate memberitahunya, sedangkan aku tidak memperdulikan mereka dan tetap fokus melukis di kanvas berukuran 70x50 cm tepat di hadapanku. 


"Dasar wanita pemarah, hari pertama mengikuti Day Care saja sudah merepotkan banyak orang" ejeknya namun tetap patuh mengikuti permintaan Kate untuk mengambil kembali tas serta kanvas yang di bawanya. "Harry, sudahlah..."


"Kau duduk saja disisi sebelah sana ya" pinta Kate yang menunjuk ruanag kosong di ujung sebelah kanan dari posisiku saat ini, sedangkah dia patuh berjalan kearah sana. 


Menghirup udara banyak-banyak agar emosiku reda, siapa sangka ternyata kegiatan Day Care akan seperti ini. Benar-benar diluar ekspektasiku yang mengira bahwa terapi itu adalah satu hal yang menakutkan bagi seseorang yang memiliki gangguan jiwa seperti kami. 


Terlebih pertemuan dengan Harry di tempat ini sangatlah membuatku terkejut, tidak menyangka bahwa dia juga memiliki permasalahan yang sama seperti orang-orang disini.


Entah apa penyebabnya dia sampai mengikuti kegiatan Day Care yang bukan pertama kalinya, membuatku meyakini bahwa dia sudah jauh lebih baik dari aku yang baru pertama kali mengikuti kegiatan terapi ini. Terbukti, emosinya jauh lebih terkontrol dari pada aku. 


Setengah jam melukis burung merpati berwarna biru di kanvas berukuran 70x50 cm, tidak lupa aku lukis namaku di bagian bawah kanvas sebagai tanda bahwa lukisan ini adalah milikku. "Kate, aku sudah selesai"


"Bawalah kehadapanku Ken" ujarnya.


"Baiklah.." ucapku patuh seraya mengikuti permintaannya membawa kanvas milikku kehadapannya. 


"Wow, coba lihat..."


"Cantik sekali lukisanmu Ken"


"Aku tidak heran sekarang kenapa dirumahmu banyak sekali lukisan. Ayahmu pasti akan sangat senang melihat lukisanmu yang indah ini" pujinya membuatku tersenyum bangga, pasalnya ini adalah untuk pertama kalinya lagi aku melukis setelah sekian lama. 


"Ayahku adalah kolektor nomor satu dari semua lukisanku Kate. Jadi, aku harap dia tidak meminta lukisanku yang satu ini"


"Bolehkah aku membawanya?" tanyaku. 


"Tentu saja boleh..." jawabnya. 




"Kate, aku juga sudah selesai" ujarnya dari kejauhan sana.


"Bawalah kesini Harry" pinta Kate.


Melihat lukisannya yang berupa bunga berwarna biru dengan ukuran yang sama dengan lukisanku 70x50 cm, membuat Kate tersenyum lebar dan menaruhnya besebelahan dengan lukisanku. "Apa kalian janjian untuk mewarnakan nya dengan cat biru?" tanya Kate, sontak membuat aku dan Harry saling berpandangan. 


"Tidak" jawab kami bersamaan. 


"Hahaha, baiklah baiklah. Keep calm ok" ujarnya. 



Lihat selengkapnya