Beverly Hills
Los Angeles, California- USA
19.00 PM
Sibuk berbelanja keperluan dapur sesuai dengan list dari kepala pelayan di Mansion-ku untuk acara makan malam, beberapa bodyguard kemudian sibuk membawa hasil belanjaanku masuk ketika aku tiba di Mansion. Berjalan kearah ruang tamu dan merebahkan tubuhku di sofa, entah kenapa rasa lelahku kini bercampur rasa takut. Takut kalau sampai jamuan makan malam nanti, ayahku akan kembali membahas perihal Zayn dan aku kehabisan alasan untuk menghindar dari pertanyaannya perihal hubungan kami. "Ken" ujarnya.
"Ada apa hails" jawabku.
"Aku ada janji dengan seseorang malam ini, jadi maaf aku tidak bisa menemanimu untuk makan malam bersama nanti" jelasnya.
"Baiklah tidak apa-apa hails, aku bisa mengatasinya sendiri" ujarku pasrah, membuat tangannya dengan cepat menggenggam tanganku. "Maaf" katanya.
"It's ok, Hails. Don't worry"
"Kapan kau akan berangkat?"
"Sebentar lagi dia akan menjemputku.."
"Siapa?" tanyaku penasaran.
"Kau paling tau Ken"
"Astaga, Justin lagi? Sungguh?! Tidak adakah pria lain yang lebih baik darinya?" ungkapku bosan mendengarnya yang saat ini lebih sering menghabiskan waktu dengan Justin.
"Aku itu tipe setia, jangan samakan denganmu. Astaga.." katanya, membuatku menepis tangannya.
"Sudahlah aku mau bersih-bersih. Kau berhati-hatilah dengan pria sepertinya.." pesanku seraya bangkit dari keterdudukan dan memasuki kamar.
"Siap Nona Bos..." jawabnya.
Usai menutup pintu kamar mandi, segera aku pun bergegas memakai pakaian yang sebelumnya telah aku siapkan untuk dipakai. Mengenakan atasan berwarna putih dan celana pendek, tidak membuat acara makan malam nanti terkesan formal dan justru lekat dengan rasa kekeluargaan.
"Nona.." sapa Dani-kepala pelayan di Mansion ini, tepat ketika aku baru saja keluar dari kamar.
"Ya, ada apa?" tanyaku ramah.
"Sedari tadi Felix lupa menutup pintu gerbang dan akibatnya Six menghilang, Nona" jelasnya.
"Lalu, sudah kau cari?" tanyaku khawatir.
"Ludo dan Felix sudah berusaha mencarinya sedari tadi Nona, tetapi mereka belum berhasil menemukan keberadaannya" jelasnya.
"Ceroboh!" tuturku sarkas.
"Suruh mereka cari Six sampai dapat, aku tidak ingin dengar kalau Six menghilang titik" perintahku yang lantas di anggukan setuju oleh Dani-sang kepala pelayan.
"Apa ayahku sudah datang?" tanyaku kemudian.
"Belum Nona.." jawabnya.
"Lalu, apa semua makanan sudah dihidangkan?" tanyaku lagi seraya melangkah kearah meja makan.
"Sudah siap Nona.." jawabnya menunjukkan bahwa meja makan yang sudah siap untuk di jamu.
"Baiklah aku akan menunggu, kau boleh pergi..."
"Baik Nona" jawabnya seraya berlalu dari hadapanku menuju kearah dapur kotor, tempat biasa dia beristirahat atau sekedar menunggu makan malam usai.
Asik men-scroll handphone dalam genggamanku, tiba-tiba suara mobil terparkir di pelataran halaman depan terdengar dan sontak membuatku bangkit dari keterdudukan guna menyambut kedatangan ayahku.
"Hello, Dad. Welcome to my home..." sapaku hangat dan membuatnya kemudian merentangankan kedua tangan, sedangkan aku terpaksa harus berjalan menghampirinya.
"Oh God, My princess. I miss you so bad.."
"Are you okay, right?" tanyanya membawa tubuhku menjauh dari dekapannya seraya memeriksa tubuhku dengan cara berputar.
"Aku baik-baik saja, Dad. Come on.." keluhku yang menjawab rasa khawatirnya. "Okay okay fine.."
"But, i had something for you girl.." katanya.
"What's that, Dad?" tanyaku antusias.
"Ini, anggaplah hadiah ini sebagai permintaan maaf karena aku tidak bisa datang menemanimu di acara London beberapa hari lalu" ujarnya "Aku turut menyesal atas apa yang telah terjadi Ken.."
"Andai saja Kris ada disisimu saat kejadian, keadaannya pasti akan berbeda dan kau tidak harus sampai masuk rumah sakit lagi?!" tuturnya.