Dirty Business

Annisa Fitrianti
Chapter #27

Chapter 27

Rumah Kaca

360 Victoria Park Road, London – Imggris Raya

06.00 AM

Pagi ini tepat tanggal 14 februari 2020 adalah pagi yang penuh rahmat untuku dan juga Harry, sebab kami akan melakukan pemberkatan pernikahan serta menyatukan kedua keluarga.


Sedari kemarin sudah sibuk melaksanakan prewedding, kini tibalah saatnya aku benar-benar menggunkan gaun impianku untuk pernikahan.  


Di temani oleh para sahabat dan adikku yang menjadi brides mate pada hari ini, aku lihat dari layar TV bahwa Ibu ku dengan Ibu Harry tengah berjalan menuju mimbar seraya membawa lilin dengan kedua tangan mereka. 


Menyalahkan lilin terlebih dahulu dan ibuku juga ibunya di persilahkan untuk duduk, Bapa pastor pun memanggil Harry untuk menuju altar bersama seluruh anggota keluarga dan juga Groomsman yang tidak lain adalah Zayn, Liam juga Niall. 


Kemudian setelah itu, aku lihat bahwa Niall menyerahkan alkitab kepada Bapa Pastor. Sedangkan, yang lain menempati tempat duduk yang telah disediakan dan Harry berdiri di hadapan Bapa Pastor.


Selanjutnya begitu mendengar namaku di panggil oleh Bapa Pastor, aku pun bersiap bersama dengan ayahku yang akhirnya luluh untuk datang dan bersedia untuk mendampingiku menikah dengan Harry pada pagi hari ini. 


Menggunakan veil terlebih dahulu sebelum berjalan di altar, aku pun dengan erat menggandeng lengan kiri ayahku sednagkan tangan kananku memegang bunga. Perasaanku benar-benar campur aduk, sangat gugup untuk melangkah dan terharu mendengar lagu romantis di kumandangan dengan kencang. 


"Hari ini, pastinya saudara Harry telah menunggu mempelai wanita untuk bersanding dengannya dalam pernikahan kudus ini. Lantas, sudah siapkah saudara Will Brian Jenner untuk menyerahkan Kendall Nicole Jenner untuk di nikahkan dalam pernikahan yang kudus dengan mempelai Pria Harry Edward Styles..." tanya Bapa Pastor. 


 "Ya, saya siap menyerahkan putri pertama saya Kendall Nicole Jenner untuk dinikahkan dalam pernikahan yang kudus dengan ananda Harry Edward Styles, putra pertama dari saudara Karl Styles" jawab ayahku yang kemudian beliau mencium keningku dan menyerahkan tanganku di persatukan dengan tangan Harry yang telah menjemputku untuk menuju kedepan mimbar. 


Namun, sebelum itu Harry lebih dahulu merangkul ayahku dan berbisik 'terimakasih'. 


"Mari kita beri tepuk tangan untuk kedua mempelai yang telah berdiri di altarnya Tuhan." Di sambut dengan tepuk tangan yang meriah membuat Bapa Pator kemudian tersenyum kearahku dan juga Harry. 


"Keselamatan dan berkat kita datangnya dari Tuhan Allah semesta alam yang penuh dengan kasih setia, rahmat, kemulian, kekal selama-lamanya. Tuhan tau atas kita sekalian damai sejahtera, anugerah, mukzizat, kebahagiaan, kesempurnaan dari Allah Bapa dari Tuhan Jesus Kristus yaitu Roh kudus. Didalam nama sempurna Tuhan Yesus menyertai, membimbing dan bahkan menyempurnakan ibadah pemberkatan pernikahan yang suci ini" ucap Bapa Pastor yang mengangkat tangannya tinggi sedangkan aku semakin erat mengandeng tangan Harry. 


Selesai Bapa Pastor berbicara, para wedding organizer pun datang kedepan mimbar untuk membantu Harry dan aku terduduk di bangku yang baru saja mereka persiapkan dan mengambil bunga dalam genggaman tanganku. 

Pembawa acara pun kemudian mengambil alih dan mempersilahkan kita semua untuk menyanyikan lagu Rohani bersama. 


"...Dari semula.."


"...Telah kau tetapkan..."


"...Hidupku dalam tangan-Mu Tuhan..."


"...Dalam rencana-Mu Tuhan..."


"...Rencana indah t'lah kau siapkan..."


"...Bagi masa depanku yang penuh harapan..."


"...Semua baik... semua baik..."


"...Apa yang telah kau perbuat.."


"...Didalam hidupku...." 


"...Semua baik, sungguh teramat baik..."


"...Kau jadikan hidupku berarti..." 


Menitihkan air mata seraya mengucapkan terimakasih pada Tuhan, membuat suasana kian haru dan kembali menyanyikan lagu Rohani. 


"...Bila kau ijinkan sesuatu terjadi..."


"...Ku percaya semua untuk kebaikanku..."


"...Bila nanti telah tiba waktu-Mu..."


"...Ku percaya kuasa-Mu..."


"...Memulihkan hidupku..."


"...Waktu Tuhan pasti yang terbaik..."


"...Walau kadang tak mudah dimengerti..."


"...Lewati cobaan, kutetap percaya..."


"...Waktu Tuhan pasti yang terbaik..."


Menghapus air mata yang sedari tadi mengalir, membuatku kehilangan akan kata-kata untuk mengartikan sebuah pernikahan yang awalnya hanya misi untuk balas dendam. Aku terlalu larut dalam rencana, sehingga kesulitan untuk menyadari bahwa pernikahan ini ada tanpa cinta. 


Kembali menyanyikan lagu rohani, aku sedikit mencuri pandang kearah Harry yang nampak hikmat menyanyikan lagu dengan mata tertutup dan mengacungkan tangan tinggi-tinggi seolah ingin meraih berkat dari Tuhan. 


Sejujurnya aku bukanlah hamba Tuhan yang taat, tetapi entah mengapa aku dipilih untuk kembali dalam ikatan pernikahan. Padahal dahulu aku sangat marah terhadap Tuhan dan berjanji tidak akan menikah. 


Tetapi lihatlah, pernikahanku kali ini justru berjalan dengan hikmat walau tanpa cinta. Berbeda dari pernikahanku dengan Louis dahulu yang penuh dengan cinta namun justru malah gagal. 




"...I'am here because of your grace..."


"...I'am here because of your love..."


"...Lord Jesus, I'am so thankful..."


"... For your grace abounds to me..."


Lihat selengkapnya