Dirty Business

Annisa Fitrianti
Chapter #30

Chapter 30

Restaurant Nobu Malibu

Los Angeles, California – USA

11.00 AM

Pada siang ini, bersama dengan Harry aku menghadiri konfrensi pers yang juga dihadiri oleh Zayn dan juga Gigi. Akan tetapi, kami sengaja tidak mengajak Paris karena keramaian sepertinya tidak lah bagus untuknya.


Mengumumkan bahwa aku dan Zayn telah memiliki seorang anak perempuan berusia 2 tahun yang bernama Paris, membuat para wartawan mengajukkan banyak sekali pertanyaan. 


"Silahkan bertanya..." ucapku menunjuk wanita pirang yang membawa buku catatan di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya sibuk dengan pulpennya untuk mencatat. 


"Terimakasih. Saya hanya ingin bertanya dengan siapa nantinya Paris akan tinggal? Mengingat kalian sudah sama-sama memiliki pasangan masing-masing" tanyanya. 


"Kami sudah sepakat untuk mengurus Paris bersama. Jadi, tentu saja Paris akan bergantian tinggal dirumahku maupun di rumah Kendall" jawab Zayn, membuatku lantas membenarkan dengan mengangguk setuju.


"Dan untuk hubunganku dengan Gigi, kami ingin mengumumkan bahwa Gigi tengah mengandung anakku. Usia kandungannya saat ini sudah 3 bulan..." jelasnya membuat aku dan Harry menoleh kearah Zayn secara bersamaan, begitu terkejut mendengar penjelasannya itu. 


Jadi, selama ini dia bermain di belakangku?


Bajingan!


Brengsek!


Kembali dihadiahi banyak pertanyaan, kemudian Zayn menunjuk seorang lelaki dengan kepala plontos untuk memberikannya kesempatan bertanya. 


"Lalu bagaimana kelanjutan hubungan kalian? Apakah kalian akan menikah seperti Kendall dan Harry?" tanyanya. 


"Untuk pernikahan sepertinya tidak untuk sekarang, tetapi kami akan tinggal bersama dan menetap di New York" jelas Zayn membuat Harry kemudian menggenggam erat tanganku.


"Apakah tidak kesulitan bergantian mengurus Paris jika kalian tinggal di kota yang berbeda?" celetuk seorang wartawan wanita.


"Selama Paris belum sekolah aku rasa tidak apa-apa untuk nya tinggal secara pindah-pindah. Hitung-hitung liburan untuknya" jelasku membuat wartawan tersebut mengangguk. 


Selesai sudah mengadakan konferensi pers, aku langsung menuju kearah mobil untuk pulang tanpa mau bertegur sapa dengan Zayn atau pun Gigi. Berbeda dengan Harry yang sedari tadi mengobrol dengan mereka berdua. 




Menekan klakson mobil sebanyak dua kali, membuat perhatian ketiganya berbalik kearahku dan hal itu membuat Harry berpamitan dengan Zayn juga Gigi kemudian berjalan kearah mobilku. 


"Ayo pulang, ada yang ingin aku bicarakan padamu..." ucapku yang berdiri disisi mobil pengemudi.  


"Aku menyusul" jawabnya. 


"Tinggal saja motormu, kita pulang dengan mobilku" ajakku membuatnya kemudian menyelipkan rambutku ke belakang telinga dan tanagan satunya memegang tanganku. 


"Kalau kamu ingin membuat mereka cemburu, jangan korbankan motorku" tuturnya membuatku tergelak sekaligus tertawa pelan.  


"Percaya diri sekali" ungkapku. 


"Aku benar tidak?" tanyanya membuatku mengecup lembut bibirnya dan hal itu di hadiahi flash paparazzi. 


"Akan aku buat mereka menyesal karena sudah berani bermain di belakangku..." ancamku setelah mengecup lembut bibirnya dan membuat Harry kemudian mengecup keningku.


"Kamu membuat aku takut.." tuturnya.


"Apa aku terlihat seperti pemeran antagonis?" tanyaku. 


"Ya, terlihat sangat cocok" jawabnya membuatku kemudian menghadiahi cubitan di pinggangnya hingga dia mengaduh dan menjadi menimbulkan tawa. 


"Menyebalkan" keluhku. 


"Pulanglah, Ken" ujarnya. 


"Baiklah, aku tunggu di Mansion" jawabku seraya memasuki kursi penumpang dan melambaikan tangan setelah lebih dahulu membuka kaca mobil penumpang. 


Memilih untuk bersih-bersih dan menggunakan lingerie, segera aku pun berjalan kearah pintu utama karena bel rumah sedari tadi berbunyi. Menyambutnya dengan ciuman dipipi kanan dan kiri, kini aku persilahkan dia untuk duduk di kursi tamu. 


Menyuguhinya teh dengan perasan lemon yang aku buat dan ikut terduduk dikursi tamu, membuat Harry kemudian menatapku dengan seksama. 


"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanyanya seraya menyesap teh dengan perasan lemon yang aku buat. Tidak tau apakah dia menyukainya atau tidak.  


"Sepertinya kita harus membeli Mansion baru..." tuturku, membuatnya menatapku dalam. 


"Untuk apa?" tanyanya. 


"Untuk kita" jawabku.


"Kamu tidak benar-benar ingin menjalankan peranan masing-masing sebagai suami istri kan?" menggelengkan kepala sebagai jawaban, membuat dahinya kemudian di penuhi kerutan.


"Lalu, kenapa tiba-tiba kamu menginginkan Mansion baru?" tanyanya. 

Lihat selengkapnya