Disabilitas Cinta

Mega Kembar
Chapter #1

Prolog

Dia mampu melihat warna dunia, karena dia tidak buta.

Dia sanggup melantunkan syair indah, karena dia tidak bisu.

Dia bisa mendengar pujian merdu, karena dia tidak tuli.

Dia hanya kehilangan salah satu anggota gerak tubuhnya. Lalu kenapa dia diperlakukan dengan berbeda?

Apa karena itu juga dia menolak pernyataan cintaku? Apa dia merasa tidak pantas dicintai karena seorang tunadaksa?

Aku masih ingat kalimat penolakannya saat bibir ini melantun cinta. 

"Kamu tidak pernah mencintaiku!" 

Perkataan bernada tegas penuh keyakinan yang selalu dia dendangkan. Seakan-akan tahu isi hati ini. Bahwa aku tidak pernah serius mencintainya. Padahal aku benar-benar tulus mencintai Melga. 

Gadis berambut hitam sebahu dengan kacamata bulat membingkai wajah. Sorot matanya terlihat teduh, memancar aura kebahagiaan. Namun, juga sarat akan luka yang begitu dalam. Terlihat kesepian.

 Tatapan itu seolah ingin menjeritkan beban hidup dan kepedihan pada dunia. Namun, seulas senyum di bibir seakan melarang untuk mengeluh, meskipun hanya satu kata.

"Kenapa? Kenapa kamu selalu mengatakannya? Menganggap bahwa pernyataan ini hanya omong kosong. Kamu selalu menolakku. Apa karena kamu tidak menyukaiku?"

Pertanyaan yang selalu aku tanyakan setiap dia menolak pernyataan cinta ini. Jika memang Melga tak suka, kenapa tidak langsung menolak saja?

Bukan malah memberikan alasan bahwa aku tidak pernah menyukainya. Apa sikapku selama ini tidak bisa menjadi bukti? Jika hati ini telah berlabuh padanya.

"Bukan aku yang tidak menyukaimu. Tapi kamu ...."

Melga menunjuk tepat wajahku. Dia seakan tak terganggu dengan tetesan air yang mulai terjatuh dari atas langit. 

"Kamu tidak pernah mencintaiku!" tudingnya.

Pernyataan itu lagi. Aku muak mendengarnya. Dengan kesal memegang bahu Melga, mendekatkan tubuh kami. Aku tidak peduli dengan rintik hujan yang kian deras mengguyur hingga penglihatan.

Aku hanya ingin menatap iris kecoklatan Melga. Menyelami lebih dalam perasaan gadis yang kucintai.

Akan tetapi, kosong. Hanya kehampaan yang aku lihat. Jika begitu kenapa dia tak mau menerimaku

Mungkin bila aku menjadi kekasihnya nanti bisa mengisi kekosongan dalam hati itu. Iya, 'kan? Namun, kenapa terdengar ragu?

"Aku mencintaimu, Melga. Mencintaimu sejak pertemuan pertama kita dulu."

"Tidak! Kamu bohong. Kamu tidak mungkin mencintai gadis cacat sepertiku."

"Melga!" 

Ingin rasanya berteriak frustasi. Aku tidak pernah suka saat dia mengungkit kekurangan fisiknya. Merasa selalu dikuasai amarah setiap mendengar ungkapan merendahkan diri sendiri itu.

Memang kenapa jika Melga seorang difabel? Apa itu artinya dia tidak berhak merasakan cinta?

Lihat selengkapnya