Setelah mengeluarkan seluruh isi perutnya di dalam toilet. Kini ia memandang wajahnya sendiri yang terlihat semakin pucat saja saat ini.
Ia menghela napasnya kembali, merasa bodoh. Tara menarik rambutnya sendiri dengan kuat hingga beberapa helai rambut hitam kelam miliknya rontok.
"ARRGRGGGHH!!!"
Tangannya memukul mukul kepalanya dengan kuat "Bodoh! Bodoh! Bodoh!" ucapnya.
"Tara!" seorang pria menarik kedua tangannya hingga berhenti memukul kepalanya sendiri.
Tara sekilas memandang wajah pria itu "lo nggak boleh kayak gini terus menerus!" ucapnya pada Tara.
Pria berbadan tegap itu, selalu saja menasehatinya. Dia menjadi saudara sekaligus sahabat dekat Tara yang mau bersamanya walaupun seluruh mahasiswa di kampus ini menjauhi Tara.
Imura Joonika Maheswara.
Si lesung pipi itu menarik tangannya keluar dari toilet. Tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tara tidak perlu menunduk lagi, Joon sudah tahu bagaimana dirinya, ia mengerti apa yang Tara suka maupun yang tidak Tara suka. Dari itulah Joon membawanya pergi dari gedung Kampus lewat gerbang belakang yang jauh dari keramaian dan mahasiswa.
Mereka berjalan hampir dua meter jauhnya, hingga Joon membawanya di sebuah cafetaria langganannya. Sajak sendu namanya.
Pada jam-jam seperti ini, Joon bisa memastikan tidak akan ada orang lain selain mereka dan pekerja di sajak sendu.
Ia melambaikan tangan pada seorang peramu saji dan memesan dua gelas cokelat panas untuknya dan untuk Tara.
"Gue udah bilang, jangan di masukkin ke hati omongan siapapun itu! Anggap aja itu angin lalu Ra!" nasehat Joon.
Tara diam, ia tak tahu harus menjawab apa. Dirinya sendiri juga tak mau seperti ini, bahkan hati kecilnya mengatakan bahwa ia ingin hidup normal seperti kebanyakan orang.
"Jangan salahin diri lo sendiri! Kalo lo ada masalah cerita sama gue!" Joon menatap Tara dengan seksama.
Dua cangkir mug berisi coklat panas yang tadi ia pesan telah datang. Aroma manis cokelat dan kepulan asap tipis di atas cangkir mug itu membuat Tara terdiam.
'Bagaimana uap ini bisa menari seenak hatinya? Bahkan gue aja nggak bisa seleluasa itu bergerak!' batin Tara.
"Minum. Gue denger cokelat panas bisa menetralkan perasaan stres orang," ujar Joon mendekatkan cangkir mug miliknya pada bibirnya sendiri.
Dengan ragu, Tara mengangkat cangkir mug itu dengan hati-hati, dan ketika cangkir miliknya berada tepat di ujung bibir milik Tara, aroma hangat cokelat panas itu membuat perasaannya berangsur-angsur menenang.
Tara menegak cokelat panas miliknya. Rasa manis cokelat dan sensasi hangat itu membuatnya sedikit lebih baik.
Ia tersenyum tipis pada Joon "Terimakasih," ujarnya yang di balas senyuman dan anggukan oleh Joon.