DISFORIA NASIB

choiron nikmah
Chapter #4

Secercah Harapan #4

Anak itu kembali berlari pergi menjauh. Aku pikir dia pergi dan tak kembali. Ternyata dia kembali membawa bambu berisi air segar. Aku segera merebut dan meminumnya, tenggorokanku yang mengering menjadi basah.

“Minum pelan-pelan, nanti kamu tersedak” tangan imutnya tiba-tiba saja sudah mendarat di punggungku dan mengusap punggungku dengan lembut.

Reflek aku berjingkat menjauh darinya.

Semenjak aku terkurung dan terisolasi aku bersumpah bahwa tidak akan pernah lagi percaya dengan manusia dan cinta kasihnya. Bagaimanapun bentuk mereka, selama mereka adalah makhluk yang disebut manusia. Aku tidak akan pernah lagi percaya pada mereka.

Tapi, aku rasa aku salah. Kemunculan anak itu telah mencuri perhatianku dan membuatku sedikit mengubah keputusanku.

Sejak hari itu, dia terus datang menemuiku, memberi aku makan dan minum. Aku pun perlahan membuka hati untuknya.

“Aku senang, sekarang kamu sudah tidak takut lagi denganku” ucapnya sembari tersenyum. Aku tertegun sejenak, dia sangat tampan saat tersenyum. Senyumannya terlihat sangat tulus dan mempesona. Kilau cahaya matahari dari pintu ruang isolasiku membuat wajahnya bersinar bagai malaikat.

“Namaku Azriel Van Deck. Panggil saja Azriel.” Dia menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.

Aku sangat ingin berjabat tangan dengannya. Sayangnya, aku malu karena tanganku memakai gelang rantai dan kotor. “Lucifia” jawabku lirih. Aku tidak ingin memperkenalkan nama keluargaku kepadanya. Bagiku keluargaku sudah tiada.

“Nama yang cantik,” Dia menarik tangannya kembali. Aku rasa dia kecewa karena aku tidak menyambut tangannya.

Hari-hari berlangsung menyenangkan waktu itu karena ada dia. Tanpa kami sadari, perasaan sayang hinggap di hati kami. Perasaan itulah yang akhirnya membuat kami jadi bersahabat hingga kini.

Lihat selengkapnya