“Mereka membawa orang suci untuk membunuhmu” Ia terlalu khawatir denganku. Padahal aku tidak terkalahkan di seluruh penjuru negeri.
“Ziel, aku LU-CI-FI-A. Penyihir terhebat di seluruh penjuru negeri. Siapa yang bisa membunuhku?” ucapku dengan nada sombong.
“Aku tau” ia menundukkan wajahnya. Ia terlihat sedih. “Maafkan aku Lucie” ia kembali mendongakkan wajahnya, menatapku sayu. Tangannya sigap membuat tembok penghalang mengunciku.
“APA YANG KAU LAKUKAN AZRIEL?!” bentakku. Ia mengabaikanku dan sibuk berkomat-kamit, hingga akhirnya lingkaran penyegel terbentuk tepat di bawah kakiku.
Sementara itu, dari kejauhan terlihat segerombolan manusia berbondong-bondong menuju ke tempat kami.
Azriel meletakkan kubus hitam di dekat lingkaran penyegel. Lingkaran itu pun bereaksi terhadap kubus itu. Lingkaran penyegel bersinar terang dan memunculkan rantai yang mengikat seluruh tubuhku bahkan tangan dan kakiku. Rantai itu tidak bisa ku hancurkan dan menarikku untuk masuk ke dalam kubus hitam itu.
Segerombolan manusia itu datang dan menonton penyegelanku layaknya sebuah tontonan drama yang sayang untuk dilewatkan. "Kerja bagus mikail," ucap raja tamak dengan senyum menjijikkan di wajahnya. Selain raja, ternyata di sana ada satu sosok yang pernah aku kenal dan aku sayang, "lucie," ucap papa lirih. Meski tersirat sedikit iba diwajahnya namun ia tetap tega memalingkan wajahnya dan memunggungi ku. Sementara itu, manusia lainnya bersorak riang.
"Hahaha... ternyata ini pilihanmu. Kau lebih memilih melenyapkanku, demi melindungi sekumpulan daging busuk bernyawa yang disebut manusia. Azriel! Aku akan mengingatmu. Lihat saja nanti, aku akan menghancurkan dunia dan manusia yang kau lindungi selama ini!" Tangis dan amarahku meluap tak tertahan.
“Maafkan aku Lucie...” ucap Azriel, tapi aku tidak mendengarkan ucapannya selanjutnya, aku sibuk mengerahkan seluruh kekuatanku untuk menghancurkan rantai penyegel. Namun, semua usahaku sia-sia.
Aku tidak tau, ternyata tujuan Azriel mencari batu surgawi adalah untuk melenyapkanku. Jadi, selama ini, semua kebaikan dan kehangatan yang ia berikan adalah palsu. Kini aku terkurung dalam kubus hitam itu selamanya dan menyesali segalanya.
"LEPASKAN AKU!"
"KELUARKAN AKU DARI SINI!"
Tak satu pun teriakanku di dengarnya. Meskipun aku berteriak keras sekeras-kerasnya, mencoba menghancurkan dinding dengan seluruh kekuatanku, semua percuma, semua sia-sia. Kini aku hidup bersama kebencian dan dendam dalam kegelapan.