"Semua orang terkadang hanya bisa menilai
Keburukan seseorang tanpa mau mencari tau alasan terciptanya
keburukan tersebut"
~Disorder~
AUTHOR POV
Hari ini adalah hari kedua Alastair bersekolah di sekolah barunya,masih sama seperti kemarin,belum ada yang berniat mengajak nya berteman ataupun sekedar berkenalan.Namun,pria itu sedikit bersyukur,setidaknya hingga saat ini belum ada yang mencemooh dirinya,walapun ia tau,suatu saat mereka pasti akan melakukan hal itu.
Kondisi kelas saat ini masih sangat sunyi karena baru dirinya lah yang berada di kelas
Ia sengaja berangkat ke sekolah pagi-pagi hanya untuk menghindari keramaian di koridor bila sudah banyak siswa yang datang
Belum lagi para gadis yang selalu memuji parasnya walau selalu berakhir mengatai kekurangannya.
Tak berselang lama,kelas sudah mulai ramai dan di penuhi murid-murid mengingat sebentar lagi bel masuk berbunyi
Tentu saja dirinya hanya diam dan terus melanjutkan membaca tanpa menghiraukan kebisingan yg di timbulkan mereka,toh belum ada di antara mereka yang sudah mengakrabkan diri dengannya.
Bel masuk pun berbunyi di barengi dengan seorang guru sudah masuk,kelas yang tadinya sangat bising kini menjadi senyap.
Guru yang bernama pak Adi itu pun mulai mengabsen satu persatu murid yang ada di kelas.
Setiap nama yang di panggil lantas mengangkat tangab dan menyerukan kata hadir.
"Mario Tama"
"Hadir"
"Gevana Putri"
"Hadir"
"Alastair Adipati"
"Hadir"
"Nichole Adisti"
Hening,tidak ada yang menyahut.
"Apa Nichole tidak hadir?ada yang tau kabarnya?"tanya Pak Adi
Tidak ada satupun yang menyahut pertanda mereka tidak mengetahui keberadan gadis bernama Nichole Adisti tersebut.
Alastair pun hanya diam di karenakan ia tidak mengetahui siapa gerangan si pemilik nama tersebut.
Terdengar helaan napas panjang dari guru yang sudah memasuki kepala empat itu.Baru saja dirinya akan menulis alpa di absensi tersebut,tiba-tiba saja pintu kelas yang semulanya di tutup kini di buka oleh seseorang yang dengan santainya masuk ke dalam kelas.
Atensi semua orang yang ada di dalam kelas itu pun teralihkan kepada gadis yang kini berdiri dengan wajah datar dan tatapan tajamnya.
"Terlambat lagi kamu?"pertanyaan bernada sinis itu terlontar dari mulut guru itu
"Seperti yang bapak lihat"jawab gadis itu santai