Suasana malam begitu sepi dan mencekam. Angin yang berhembus bagaikan beribu jarum berbisa melayang dan menghantam kasar tubuh seorang pria jangkung yang sedang menghisap rokoknya di samping sebuah motor balap miliknya.
Ayyut berdiri di hadapan sebuah bangunan megah yang semula bangunan itu begitu ramai oleh resepsi pernikahan. Tatapan mata Ayyut memandang datar pada sebuah kamar yang letaknya di lantai 3 sebagai tempat yang diduga kamar pengantin.
Ayyut menginjak kasar puntung rokoknya. Ia kembali menyalakan rokoknya yang tersisa satu batang lagi. “Ck” decak Ayyut melempar kasar kotak rokoknya. Ini yang kesepuluh kali Ayyut menghisap rokoknya selama kurang dari satu jam ini ia berdiri.
Malam yang semakin dingin tak ia hiraukan. Fokusnya sepenuhnya terletak pada sebuah kamar yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya.
“Ayyut?”
Merasa namanya di sebut Ayyut menoleh dan betapa tekejutnya dirinya melihat seorang gadis berdiri tak jauh darinya di tengah malam selarut ini.
“Nazri, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Ayyut tiba-tiba cemas langsung berjalan cepat menghampiri Nazri.
“A... aku...,” Nazri tak jadi melanjutkan ucapannya ketika merasakan Ayyut menubruk kasar tunuhnya.
Nazri membisu. Ia hanya bisa diam membiarkan Ayyut memeluk tubuhnya.
Ayyut melepaskan pelukannya. Ia menangkup pipi Nazri yang sebagian tertutup oleh kerudung gadis itu.
“Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau keluar di malam selarut ini? Hmm?”
Nazri diam meresapi kelembutan Ayyut yang terlihat begitu mencemaskannya, begitu menenangkan syahdu. Tatapan Nazri memandang lamat-lamat Ayyut begitu juga dengan pria itu, kemudian Nazri berkata. “Aku tadi melihat kamu di sini lalu aku segera turun.”