Siang itu terik sekali. Panas membakar kulit seakan tidak mengampuni para manusia yang beraktivitas di bawah sinar matahari langsung.
"Nino! Kenapa tergesa seperti itu?" Doni tergopoh-gopoh menyamakan langkah kaki Nino setelah istirahat makan di kedai mie ayam.
"Jangan bicara di sini, nanti kalau sudah sampai tempat les," jawab Nino tanpa menoleh.
Beberapa menit kemudian mereka sampai kembali di tempat les.
Dita dan Tanja yang sedang duduk di beranda melihat Nino dan Doni masuk halaman tempat les.
"Ada apa?" Tanja nampak bingung melihat dua temannya kelelahan dan mencari tempat duduk di beranda tempat les.
"Itu Nino, tanya saja dia," Doni sibuk mengatur nafasnya.
"Ada apa, No?" Dita ikut bertanya.
"Kalian tahu rumah besar di dekat kedai mie ayam sana?" Nino akhirnya buka suara setelah meneguk botol minum yang entah milik Dita entah Tanja di atas meja.
"Yang kelihatan rusak itu?" Tanja memastikan.
Nino mengangguk.
"Kenapa memangnya?" Dita bertanya lagi.
"Kalian pernah dengar kisah paling mengerikan sepanjang masa?" Nino balik bertanya.
"Kisah penyihir yang dibakar dan menuntut balas dengan jiwa orang-orang yang tinggal di rumahnya?" Tanja menjawab.
"Itu film!" Nino menyanggah.
"Tapi kan katanya diangkat dari kisah nyata!" Tanja tidak terima.
"Tentang boneka berjiwa itu?" Doni ikut bertanya.
"Bukan," jawab Nino cepat.
"Kisah tentang Mak Lampir?" Dita tidak yakin bertanya.
"Dita!" Tanja dan Doni bersamaan menyeru nama Dita.
Nino menggeleng.
"Lalu apa?" Ketiga sahabatnya kompak bertanya.
"Kisah ini, ditakdirkan terjadi di muka bumi. Akan ada banyak manusia menjadi pengikutnya saat sosok ini tiba di negeri mereka masing-masing,"
"Sosok?"
"Iya. Dia akan datang ke segala penjuru negeri pada waktu yang telah ditentukan. Saat itu, dia memang ditakdirkan mampu menyuburkan bumi yang tandus. Dia mampu berbuat apa yang menyenangkan hati di kala tempat itu dilanda kesulitan. Dia mampu menampakkan surga bagai neraka dan neraka bagai surga. Semua terpana akan kemampuannya. Kemampuan yang ditakdirkan dimilikinya."
"Siapa dia?"
"Sstttt... dia yang namanya jangan disebut hanya akan menambah ingkar manusia yang ingkar. Sebaiknya jangan disebut," jawab Nino.
"Maksudmu?" Doni mulai terlihat risau.
"Hanya segelintir manusia yang mungkin mampu mengenalinya. Mungkin juga hanya beberapa manusia," ujar Nino perlahan.
"Maksudmu lebih banyak orang yang tidak mengenalinya?" Dita memastikan.
"Ramai yang akan menjadi hamba sosok ini," lanjut Nino lagi.