Burung camar berkicau, ramainya pantai senja itu cukup riang menemani Keta dengan genggaman kantung kecilnya yang penuh kerang. Disebelahnya Agan sedang melihat-lihat hasil hunting fotonya hari ini.
Hari itu ia bosan, makanya mengajak Agan ke pantai, awalnya laki-laki itu menolak, tapi dengan iming-iming memdapatkan foto sunset yang indah, Agan mau mengantarnya.
"Ta" Panggil Agan, Keta menoleh, menatap teman sebangkunya yang menatap matahari yang sudah mulai dekat dengan garis horizon.
"Iya, kenapa?"
"Kamu kan orang Jakarta, kenapa repot-repot ke bali?"
Keta tersenyum, "Karena tempat impian aku Bali"
"Kenapa Bali? Kenapa ga Jogja? Provinsi itu ga kalah menarik" Dia bertanya datar.
"Ga kenapa-kenapa, tapi karena Bali indah" Keta memberi jeda, dia menghembuskan nafas ringan, "Karena Bali indah kayak Aphrodite"
Sontak, Agan menoleh, "Kamu suka AthensĀ¹?"
Keta mengangguk, "Bisa dibilang suka banget" Dia membalas tatapan penasaran Agan, "Kamu suka Athens juga toh?"
Agan mengangguk sedikit kaku, "Iya, mengingatkan tentang rumah"
Agak kaget, Keta menunjuk laki-laki sebelahnya, "Iya juga ya, kamu tinggal di Bali, tapi nada, cara ngomong, bahkan cara berpakaian kamu ga kayak orang sini" Lalu ia menedang kaki Agan yang juga terendam setengah di air laut, "Kamu punya darah Yunani? Karena muka kamu mirip orang luar"
Agan menoleh kembali ke arah matahari, semburat jingganya menyebar di langit senja, "Bisa di bilang kakek dari kakek aku orang Yunani, dia ke Indo dan ketemu istrinya, nikah, punya keturunan" Kameranya di taruh disebelah kiriny,a lantas menoleh lagi ke arah Keta yang berada di sisi kanannya, "Kamu, orangtua kamu ngasih izin buat tinggal di Bali sendiri?"
Keta tertawa kecil, "Buat orang yang di cap pendiam, kamu banyak bicara"
"Orang cuma bisa bicara apa yang mereka liat, aku ga sedingin yang mereka bilang" Agan menjawab cepat, nampaknya dia kurang suka dengan julukan "pendiam" itu.