"Gambar apa Ta?" Sebuah pertanyaan membuat Keta mendongak menghentikan laju tangannya yang sedang berkutat dengan pensil dan kertas. Kemudian matanya melihat Sekar yang tersenyum, sahabatnya yang satu itu pun duduk dengan semangkuk bakso hangat ditangannya.
"Ngga Kar, cuma corat-coret aja" Keta menjawab seraya melepas headset hitam wireless-nya, headset itu kemudian tergeletak bisu diatas meja kantin.
"Eh, ga pa pa Ta, lanjut aja" Sekar memberikan gestur dengan matanya, sedang tangannya sudah sibuk membelah bola bakso.
Keta menggeleng, baginya mendengar ocehan Sekar lebih cocok untuk suasana di kantin, "Yang lain mana ya? Suka gini nih, kita yang nunggu mereka"
Sekar terkekeh, "Itu sih alamiah Ta, Denara sama Raffan emang suka telat, tapi kalo Dirga kan beda fakultas sama kita, seharusnya kita bisa maklum dia jarang ngumpul"
Keta mengangguk, memang benar sih, dia dan keempat temannya yang lain berada di Fakultas Ekonomi, sedangkan Dirga berada di Fakultas Hukum. Gedung fakultasnya sendiri berjarak beberapa ratus meter dari gedung yang mereka tempati sekarang. Boros waktu namanya kalau Dirga harus selalu datang ke kantin fakultas ekonomi setiap jam istirahat.
Tapi periode istirahat itu, justru Dirga yang menunjukkan batang hidungnya duluan, "Pagi semua, eh salah, istirahat semua" Sapanya, Keta dan Sekar tertawa kecil, mereka menggelengkan kepala, dasar Dirga receh.
"Eh, ngga semua ini" Dirga bersuara lagi, dirinya sudah menarik tempat duduk di sebelah Keta
Keta tertawa lebar, kalau saja Sekar tidak menyuapkan sesendok mi kuning ke dalam mulutnya barusan pastilah dia akan tertawa juga bersama Keta
"Jayus lo Ga" Keta memukul punggung Dirga, yang dipukul hanya memberikan sengiran kecil, "Kapan kelas lagi?"
"Nanti siang" Dia menarik es teh Keta yang tinggal seperempat dan menegaknya hingga habis, si empunya es teh hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan mata Sekar sudah melotot, dia sudah siap memarahi Dirga.
"Lu tu ya Ga, udah tau Keta suka banget es teh malah di abisin, temen macem apa si lo?!" Cecar Sekar.
"Lah, Keta nya aja biasa aja, malah lanjut gambar tu bocahnya" Dirga membalas, dan menjulurkan lidahnya, "Gambar apa Ta?"
"Eh! Dasar ga punya rasa salah, manusia apa bukan si lo?!"
Keta menaruh pensilnya dan mengusap wajah, "Bisa ga sih, lo berdua tu ga usah bedebat mulu, pusing pala gue!" Dia menoleh pada Dirga, "Lo juga Ga, maksud Sekar tu baik, sifat lo yang satu itu harus dirubah"
"Iya, iya" Dirga menjawab malas, dia jengah menjadi korban teguran Sekar dari SMA, "Btw, Denara mana?"