Sial.
Pagi ini Jakarta sudah menangis saja, overall coklat susu yang Keta kenakan terkena tempias hujan. Sial, mau berangkat pakai apa dia?
Padahal tadi Keta bangun tepat waktu, ia lekas mandi dan menyiapkan peralatan kuliah. Saat turun tangga itulah dia menyesal sudah bersiap-siap dengan semangat.
Ayahnya meminta tolong untuk memeriksa beberapa data kantor selagi beliau concall dengan beberapa kepala direktur yang sedang survey lokasi di luar kota. Sepagi ini dan Keta dihadapkan dengan pekerjaan yang membuatnya tak sempat sarapan.
Baru saja selesai memeriksa 7 email dari sekertaris ayahnya yang stand by di kantor, langit batavia itu sudah mulai mengucurkan tangisnya. Keta mengutuk dalam hati, belum terlambat sih, tapi apa dia mau jalan kaki lagi menuju kampus?
Sambil menimang-nimang pilihan di teras, sebuah telfon membuyarkan lamunannya, nama Denara terpampang di layar, Keta mengankatnya.
"Halo, kenapa Ra?" Tanyanya
"Posisi lu dimana Ta?"
"Rumah"
"Ok, jan kemana-mana gua jemput"
Dan telfon itu diputus sepihak oleh Denara. Sekarang Keta tak bisa menolak lagi. Dia buru-buru membenahi laptop yang tadi digunakan untuk memeriksa data kantor dan menaruhnya di ruang keluarga, tempat ayahnya terlihat sedang sibuk berdiskusi dengan beberapa wajah yang Keta kenal di layar smart tv.
Tanpa menunggu perserujuan ayahnya, Keta bergegas meninggalkan ruangan vintage itu dan berlarian kecil mengambil sepatu dan menunggu di teras lagi. Tak lama sedan hitam Denara merapat di depan rumah Keta, cepat-cepat Keta memasuki kursi disebelah kursi supir.
"Pagi Bu Boss" Goda Denara, "Udah sarapan?"
Keta memdengus geli, "Mana sempet sarapan gue, masih pagi gini tu si Komisaris Utama udah nyuruh gue ngecek laporan keuangan sama audit"
Denara tertawa, Mercedes Benz C itu sudah sempurna keluar dari gerbang blok kompleks, "Mau sarapan apa kita?"
"Ketoprak aja mau?" Tanya Keta, "Ada langganan aku deket kampus"
"Keta.." Denara berkata pelan