Diujung Usia Kita Bertemu

Rasya hamzadinata
Chapter #10

Janji Di Bawah Langit Malam #10



Langit mulai berubah warna menjadi jingga keemasan saat matahari terbenam. Reno berdiri di depan jendela kamar rumah sakit, menatap ke luar dengan tatapan penuh tekad. Ia telah memikirkan ini selama berhari-hari, dan kini ia yakin waktunya telah tiba. Sebuah perjalanan terakhir, untuk Erine, untuk mereka berdua.



Saat ia berbalik, Erine sedang duduk di ranjangnya dengan wajah yang terlihat lebih pucat dari biasanya. Meskipun begitu, ada cahaya di matanya yang selalu membuat Reno merasa bahwa semuanya masih baik-baik saja.



"Kamu tahu, Reno," kata Erine pelan.

"Kadang aku berpikir, apa kita akan punya cukup waktu untuk menyelesaikan semuanya?"



Reno tersenyum, berjalan mendekati Erine.

"Kita mungkin tidak punya waktu selamanya, tapi kita punya sekarang. Dan itu cukup."


Erine menatapnya, bingung.

"Maksudmu apa?"


Reno meraih tangannya, menggenggamnya dengan lembut.

"Kita akan keluar malam ini. Aku sudah menyiapkan semuanya. Aku ingin kita melakukan sesuatu yang spesial sesuatu yang selalu kamu impikan."


"Malam ini?" Erine tampak terkejut, tapi senyumnya perlahan muncul.

"Apa yang kamu rencanakan kali ini, Reno?"



"Rahasia," jawab Reno dengan senyum khasnya.


meskipun di dalam hatinya ada rasa takut yang terus menghantuinya.

"Tapi aku janji, ini akan jadi malam yang tak terlupakan."



Beberapa jam kemudian, Reno membantu Erine masuk ke dalam mobil yang sudah ia siapkan. Dengan bantuan sopir yang sudah menjadi temannya, mereka menuju ke sebuah lokasi di pinggiran kota, jauh dari lampu-lampu terang. Perjalanan berlangsung dalam keheningan, hanya diiringi suara lembut musik dari radio.



Erine memandang keluar jendela, menatap kota yang perlahan menghilang dari pandangan mereka.

"Aku belum pernah keluar sejauh ini sejak aku masuk rumah sakit," gumamnya.



Reno menoleh padanya.

"Aku tahu. Itu sebabnya aku ingin kamu menikmati malam ini. Tidak ada batasan, tidak ada rasa takut hanya kita, dan langit malam."



Ketika mereka tiba, tempat itu benar-benar sepi, hanya ada rerumputan luas dan langit malam yang perlahan dipenuhi bintang-bintang. Reno membantu Erine turun dari mobil dan mendorong kursi rodanya ke tempat yang telah ia persiapkan. Sebuah tikar kecil, beberapa bantal, dan satu kanvas besar terletak di atas tanah.



"Kanvas?" Erine menatapnya dengan kaget.


Reno mengangguk sambil tersenyum.

"Aku tahu ini ada di daftar impianmu melukis di bawah langit malam. Jadi, malam ini kita akan membuat karya seni bersama."



Erine terdiam sejenak, merasa dadanya sesak oleh rasa haru.

"Kamu selalu ingat, ya," katanya dengan suara bergetar.


"Bagaimana mungkin aku lupa?" Reno berlutut di hadapannya, menatapnya dengan lembut.

"Setiap impianmu adalah bagian dari hidupku sekarang. Jadi ayo, sebelum bintang-bintang ini menghilang."

Lihat selengkapnya