Divisi 35

Rains Peter Aro
Chapter #1

Sandra


Menjelang pagi di Stasiun Kereta Api Adilaga I, dalam dekapan udara dingin musim kemarau yg menyelimuti sisi barat Nuswatara, diantara lalu lalang para penumpang yg turun dari kereta, Sandra berjalan keluar Stasiun. Gadis bertubuh tinggi langsing itu menenteng ransel hitam kesayangan sambil menarik koper besar yg juga berwarna hitam.

Mengenakan masker putih, kemeja lengan panjang abu-abu dan celana putih, dipadu dengan gumshoe sneakers berwarna abu gelap, gadis 20 tahunan berkaki jenjang itu berjalan santai melewati monitor hologram berukuran besar ditembok dekat pintu keluar yg sedang menyiarkan berita tentang kunjungan Maharatu Salindri ke Hastina.

Sandra sempat menoleh kearah monitor. Mata berbentuk almond dan alis lentiknya mengerjap sesaat, bibir seksinya yg tersembunyi dibalik masker sedikit terbuka, dia tak mampu membendung rasa kagumnya. Bagaimana mungkin? Sang ratu sudah 70 tahunan tapi masih terlihat seperti gadis usia 25 tahun! Terlalu absurd! Apa rahasianya?

“Ada sejumput rindu.. Dalam jiwaaa... Makasih mbak” Seekor monyet putih jantan berbadan tinggi langsing yg sedang memainkan kecapi didepan pintu keluar stasiun menunduk hormat pada gadis berkaki jenjang yg lewat didepannya. Mata monyet pengamen itu berbinar cerah, gadis itu melemparkan selembar 100 pipes kedalam topinya yg tergeletak dilantai.

Sandra tersenyum sambil tetap melangkah melewati billboard besar ucapan selamat datang untuk Master Braga. Oh, dia mau ke Adilaga? Sandra menggumam dalam hati. Baguslah, semoga dapat kesempatan foto bareng dengan salah satu orang terkaya didunia, pemilik Korporasi Lentera Biru, calon perdana menteri Negeri Srivida, android tertua didunia. Ugh!

Rambut panjangnya di ikat rapi, membuat leher putihnya terlihat semakin menggoda. Kaki jenjangnya sempat mencuri perhatian beberapa lelaki yg lewat tak jauh darinya. Kalau maskernya dibuka, mungkin akan lebih banyak lagi lelaki yg melotot kagum, dia benar-benar mirip seperti mbak Dian Soetoro! Tahu kan siapa dia? Itu lho selebriti Nuswatara yg cantiknya Dwiparta banget!

Langkahnya terhenti di area parkir, seekor sapi perah betina melintas didepannya. Wajah dan telinga sapi itu merona merah waktu dia bertatapan dengan gadis cantik didepannya. Sapi itu melangkah perlahan, menunduk malu sambil mengedipkan kedua matanya beberapa kali. Sementara pemiliknya mengikuti dibelakangnya, panik dan bingung.

“Britney, nanti aja mainnya. Pulang dulu, kamu belum sarapan, nanti sakit lagi lho!” Lelaki yg mengenakan topi lebar itu berusaha membujuk si sapi untuk pulang, kedua tangannya mengacak-acak ujung bajunya yg semakin kucel.

“Moooh!” Britney gak memperdulikan lelaki dibelakangnya, dia terus melangkah, semakin lama semakin cepat. Lelaki bertopi masih terus menguntit di belakangnya, berjalan setengah melompat, tak berhenti membujuk Britney. Sandra tertawa melihat ulah Britney si sapi nakal.

Kehebohan diseberang jalan membuat perhatiannya teralihkan. Dia membetulkan posisi tas ransel, kemudian mengarahkan pandangan pada sumber keributan yg semakin mendekat kearahnya.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, nampak seorang lelaki gondrong tinggi besar sedang berlari kearahnya. Dibelakang lelaki itu terlihat sekelompok manusia beragam bentuk, tua dan muda, anak remaja berseragam sekolah, bahkan ibu-ibu bertubuh subur, berlarian penuh semangat mengejar si gondrong. Beberapa orang mengacungkan benda-benda tumpul, yg lainnya teriak-teriak.

Mendengar teriakan orang-orang itu, dan melihat sekilas tas wanita yg dipegang si gondrong di tangan kirinya, gadis cantik berkaki jenjang itu menyadari apa yg telah terjadi. Senyum tipis terukir diwajahnya. Hmm, ini menyenangkan, obyek yg tepat untuk melemaskan otot yg penat!

Para pengejar semakin beringas, makian dan sumpah serapah mengalir tak kenal jeda. Tanpa menoleh kebelakang si gondrong kabur makin pesat menuju kearah Sandra. Ketika jarak si gondrong semakin mendekat, mungkin sekitar 2-3 meter darinya, si cantik mengangkat kaki kanannya kemudian berputar dengan cepat. Detik berikutnya....

“BAM!” Dengan mulut menganga lebar si gondrong mendadak terpental ke samping menimpa beberapa motor yg diparkir disitu. Setelah beberapa suara jedar jedur kemudian, si gondrong kekar jatuh tergeletak di lantai, pingsan tanpa sempat berteriak. Beberapa motor jatuh terguling, dua motor bahkan menimpa tubuhnya sesaat setelah dia roboh. Terlihat pelipis kiri pria tak beruntung itu bersimbah darah.

Seperti dikomando, semua pengejar berhenti mendadak dalam waktu hampir bersamaan, tak mampu bergerak, kaki-kaki mereka seakan tertanam ke lantai. Mereka berdiri mematung dengan suara senada dan ekspresi seirama. Mendesis, bengong dan melotot. Pandangan tertuju ke kearah makhluk menggiurkan didepan mereka.

“Bidadari...” Gumam pria botak yg berdiri paling depan.

“Pencabut nyawa!” lelaki gendut dibelakangnya ikut menggumam, liurnya menetes tanpa dapat dicegah. Yg lainnya sibuk melotot hingga lupa berkomentar.

“Haha! Ma’af, ma’af! Silahkan dilanjut” Yg menjadi pusat perhatian tertawa renyah. Setelah membungkuk hormat dia kembali membetulkan ransel yg menggelayut mesra dipundaknya dan segera berlalu dari situ dengan langkah terburu. Sudah pukul tujuh lebih, gak boleh terlambat, ini hari pertama!

“Cikar!” 1

**********

Lihat selengkapnya