Divisi 35

Rains Peter Aro
Chapter #6

Gunnart


Ketika Sandra sudah tiba di Keraton, Gunnart dan Gimli baru saja sampai di Toyaresi. Perjalanan terasa lambat karena lalu lintas padat merayap tanpa harapan, tapi Gunnart dan Gimli gak terlalu mempermasalahkan hal itu, mereka malah sibuk ngemil didalam mobil sambil asyik ngerumpi tentang beragam topik. 

Tentu saja mereka gak kuatir dengan kemacetan parah di Toyaresi. Sejak dari Selapak Gunnart sudah menyerahkan kendali kendaraan pada Bilihi, Kecerdasan Buatan dimobilnya.

Gunnart memandang kearah tepi jalan, dari kejauhan patung Suryamahapurusa Jagatpati setinggi 12 meter terlihat berdiri megah di Kutaresi, ibukota Kadipaten Toyaresi. Konon katanya, para manusia warga Toyaresi adalah keturunan dari karakter yg dijadikan sebagai patung tersebut. Hmm, manusia! Mereka suka sekali mengenang masa lalu.

1.600 tahun bukan waktu yg sebentar, bahkan untuk Android seperti dirinya yg bisa bertahan hidup sampai 200 tahun. Harusnya kenangan usang bisa terlupakan dalam jangka waktu selama itu. 

Selama 600 tahun, kelompok demi kelompok berdatangan ke tempat pembuangan ini, membawa dan mencampur aduk tradisi dan budaya ke tempat baru. hingga akhirnya 1.000 tahun lalu proses itu terhenti dan semua portal tertutup. Baru sekitar 4 tahun lalu portal-portal itu kembali memuntahkan isi perut galaksi ke planet ini.

Hampir semua spesies pendatang mengabadikan masa lalu diplanet masing-masing dalam bentuk landmark, monument, adat, budaya dan bahasa ke tempat ini. Bahkan para kadal tua Nagi pun masih tetap melestarikan adat nenek moyang mereka. Hanya Android, Wera dan Lyca yg tidak perduli dengan kenangan masa lalu diplanet asal mereka. Untuk apa? Toh juga gak akan bisa kembali lagi kesana. 

“Kriuk... Kriuk.. Kriuk!” Suara nyaring mulut Gimli yg sibuk mengunyah kacang Zarko membuat Gunnart mendidih. Pengen rasanya nyabutin jenggot si bongsor pendek ini sampai bersih. Kuat sekali dia makan, sejak dari Selapak sampai sekarang sudah sampai di Toyaresi dia gak berhenti kriak kriuk, kok giginya gak keseleo ya?

“Bang...” Gimli akhirnya berhenti mengunyah.

“Hmm? Kacangmu habis?” Gunnart mencibir.

“Bukan itu... Mau nanya” Gimli memandang kearah Gunnart, setelah terdiam beberapa saat dia kembali berkata “Sejauh mana kau tahu tentang Master Braga?”

“Eh, kenapa kau tanyakan itu?” Gunnart bertanya penuh selidik.

“Nanya aja” Gimli membelai jenggot lebatnya.

“Android terkaya, pemilik Korporasi Lentera Biru, calon perdana menteri Srivida, katanya umurnya sudah 190 tahun lebih. Apa lagi ya?” Gunnart mengelus janggutnya yg tak berjenggot “Itu aja sih yg aku tau. Meskipun kita satu spesies tapi status dia jauh diatasku, mana mungkin aku bisa tau banyak tentang dia? Kenapa emangnya?”

Lihat selengkapnya