Divisi Astral

Naufal Abdillah
Chapter #21

Waria

Matahari belum terlalu terik ketika Sa’diyah dan tiga anggota Divisi Astral lainnya kembali ke tanah Haji Ghani. Pak Subro juga ikut, masih dengan baju oranyenya. Mereka berpencar. Ada empat sisi yang harus ditelusuri dari tanah berukuran 400 meter persegi itu.

Masalah mulai timbul ketika Pak Subro yang berusia 56 tahun mengaku lupa di mana mengubur benda mistik. Alfi mengeluh. Sa’diyah sendiri enggan banyak bicara. Untuk saat ini, tidak ada pilihan bagi para anggota Divisi Astral kecuali fokus pada si dukun waria sembari menunggu waktu eksekusi pola serangan penyihir.

Mereka terus mencari. Hingga mata salah seorang anggota divisi tak sengaja menangkap bagian aneh seperti timbunan berantakan dekat pagar seng. Sang anggota menghampiri titik itu lalu menggali. Ketemu. Sebuah buhul berwujud bungkusan kain putih lusuh dengan simpul dan berisi dua benda silinder.

Ketika sang anggota melaporkan temuan itu pada yang lainnya, Pak Subro pun mengonfirmasi sudah benar. Alfi semringah. Setelah buhul diserahkan pada Sa’diyah, Pak Subro pun dikembalikan ke mobil polisi.

“Kayaknya kamu mencari benda itu bukan untuk sekadar menolong Haji Ghani,” ucap Alfi seraya berkacak pinggang. 

Sa’diyah menoleh. “Di markas ada rehabilitasi rukiah, ‘kan? Kita bisa mencari orang sebagai media jin untuk melacak si dukun dengan benda ini sebagai petunjuk.”

Alfi menggeleng pelan. “Tidak perlu mencari. Ketika buhul sihir diganggu, jin penghuninya akan kepanasan.”

Benar saja. Ketika Alfi menerima telepon dari Komandan, ada informasi bahwa istri Haji Ghani mengalami kerasukan di rumah duka korban pertama. Alfi dan Sa’diyah pun berangkat. Tak lupa menghubungi seseorang dari seksi rukiah.

Hampir lima belas menit perjalanan, dan dua anggota Divisi Astral bersama tiga perukiah itu menemukan rumah duka diisi kepanikan kerabat keluarga korban. Jerit terdengar. Alfi dan rekan-rekannya bergegas masuk demi menggali informasi.

Namun, sayang sekali. Bahkan setelah buhul dibongkar, jin dalam tubuh istri Haji Ghani tidak mampu memberi jawaban atas keberadaan sang tuan.

Haji Ghani panas lantas berdiri memegang kerah baju Alfi. Sa’diyah melerai. Sementara Alfi tetap tenang dan memberi isyarat mampu mengendalikan situasi. Dan itu terbukti ketika Alfi sekali lagi berhasil melunakkan hati sang haji.

Rumah duka kembali kondusif. Haji Ghani duduk di dekat istrinya, sementara polisi dan anggota rukiah beranjak ke halaman.

“Oke ....” Sa’diyah menghela napas. “Saya kehabisan ide.”.

“Pada akhirnya kita memang harus melacaknya secara manual, ya?” timpal Alfi.

Percakapan dua polisi itu diinterupsi pesan masuk dari anggota lain Divisi Astral pada smartphone Alfi. Alfi mengernyit. Sebuah video rekaman CCTV di area wisata siang hari memperlihatkan sosok berjaket ungu berjalan memasuki gang.

Bagian depan sosok masih terlihat, tapi wajah utuhnya tertutup kacamata hitam. Meski begitu, Alfi dan Sa’diyah masih merasa kesulitan mengidentifikasi karena kualitas rekaman. Satu hal lainnya yang pasti serta tak kalah gawat adalah, sosok berjaket ungu itu jelas terlibat dalam kematian si manusia silver.

Sa’diyah mendengkus. “Apa coba? Mereka gak bilang kalau di situ ada CCTV.”

“Tidak usah dipikirkan,” balas Alfi. “Usaha kamu juga tidak sia-sia. Sebaiknya sekarang kita kejar bajingan ini.”

Lihat selengkapnya