Masih di hari yang sama, yaitu Selasa, 04 Juni 2019 aku menerima sebuah notifikasi pesan dari messenger.
"Anggara?" aku segera membuka pesannya dan ternyata dia adalah Anggara teman gerejaku.
" Eh Delha, kapan gue bisa balikin celana yang gue pinjem? BTW, celananya nggak usah gue cuci yah"
"Iya, yang penting lo bawa tuh celana. Entar sore gue ambil di Telkom aja, gimana?"
"Ahshiaapp, jam?"
"Entar gue kabarin kalau gue udah pulang dari sekolah"
"Oke "
Dan nyatanya hari ini aku tidak bisa mengambil celana itu di Anggara karena aku harus tinggal di sekolah hingga sore. Meski begitu, aku tidak mendapatkan pesan lagi dari Anggara, itu berarti tidak ada salahnya juga jika celananya ku ambil besok saja.
***
Keesokan harinya, pukul 19.44
"Kapan nih?" aku kembali mendapatkan pesan dari Anggara
"Duuuh, dari kemarin tuh gue sibuk banget di sekolah dan besok juga gue masih ada kegiatan sampai sore di sekolah. Emmm gimana kalau hari Minggu aja?"
"Ohh, oke. Btw, lo ngapain ke sekolah? Kan kita libur"
"Gue tuh ke sekolah buat latihan pensi"
"Latihan pensi mulu. Bisa gue tebak nih kalau kelas lo bakalan jadi juara"
"Juara apaan coba? Gue sama temen-temen tuh latihan pensi, karna bentar lagi pensi sedangkan kelas gue tuh belum bisa kompak buat tampil nanti."
":v lo kembangin deh"
Tentu saja, chatting-an kami tak berakhir hingga disitu. Kami tak hanya membahas seputar pensi. Kami membahas banyak hal seru dan lucu. Dan kini pemikiranku mengenai seorang Anggara yang tampangnya kelihatan cuek, dingin, dan jarang bicara ternyata bisa seseru ini di chat. Hampir setahun Anggara bergabung di gereja kami namun baru kali ini aku berbicara dan chatingan dengannya. Bahkan meliriknya ataupun menyapanya di gereja pun tidak pernah kulakukan.
Hari berganti hari dan waktu terus berlalu. Tak terasa sudah hampir seminggu berlalu setelah kegiatan SIL , namun aku tak kunjung juga mengambil celanaku di Anggara karena sibuk dengan kegiatan di sekolah.
" Jadi dimana gue bisa balikin celana lo?" tanya Anggara melalui chat messenger
"Waktu itu kan gue udah bilang kalau lo bawa aja pas hari Minggu. Yaudah,lo bawa aja besok ke sekolah, nanti kalau selesai ujian dan gue keluar lebih dulu, nanti gue datang ke ruangan lo"
" Gue lupa :v. Oke deh"
Keesokan harinya, disaat sekolah masih lumayan sepi, aku pergi menuju ruangan tempat Anggara ujian dan mencarinya namun ternyata dia belum datang. Akhirnya aku kembali ke kelas dan alhasil, selepas ujian aku pulang ke rumah dan sesampainya di rumah aku teringat akan celanaku.
"Duh, kok gue bisa lupa sih"
Aku segera mengambil ponselku diatas lemari lalu mulai mengirim pesan kepada Anggara.
"Eh tadi gue ke kelas lo"
Setelah menunggu lumayan lama akhirnya Anggara membalas pesanku.
"Eh iya, maaf tadi gue telat. Gue juga tadi lupa bawa celananya. Besok deh,janji".
"Dasar pikun"
"Iya deh,besok gue bawa"
"Yaudah, besok gue ke kelas lo kalau gue udah keluar duluan"
"Iya kalau lo keluar duluan. bisa ajakan gue yang keluar duluan"
"Lah sotoy amet, udah pasti gue keluar duluan, secara nih ya mapel anak IPS itu nggak seribet anak IPA"
"Besok kita liat aja :v"
***
Keesokan harinya, sebelum ujian pertama di mulai, aku pergi mencari Anggara di kelasnya namun ternyata dia lagi-lagi belum datang. Akhirnya aku pun harus menunggu hingga aku selesai mengerjakan soal ujian untuk datang lagi mengambil celanaku. Karena berhubung soal mapel anak IPS waktu itu mudah, tidak seribet anak IPA, jadi aku bisa keluar dari ruangan ujian terlebih dahulu. Aku juga melihat ruangan Anggara belum ada siswa yang keluar. .
"Eh Cil, temenin gue dong" ajakku pada sahabatku, Cilung
"Kemana?"
"Ke sana" kataku sambil menunjuk sebuah ruangan kelas
"Lo mau ngapain ke sana?"
"Udah ikut aja, ntar gue ceritain"
Sesampainya di depan ruang ujian Anggara, aku merasa sangat senang karena ternyata aku bisa keluar mendahului Anggara yang sangat sotoy itu :v
"Sudah selesai Delha?" Tanya pak David guru ekonomiku yang saat itu sedang bertugas mengawas diruangan Anggara.
"Sudah pak"
"Wah lihat ini anak-anak,kakak kelas kalian ,ini asistennya pak Lukas" kata pak David sambil merangkulku di depan kelas dan memperkenalkanku kepada siswa yang ada di dalam ruangan tersebut.
Pak Lukas adalah guru geografi yang menjadikanku asistennya karena aku juga sangat suka mapel geografi, itu sebabnya jika aku sedang jam kosong di sekolah, pak Lukas sering memintaku untuk mengajar adik-adik di kelas 10.
"Jadi, kamu kesini mau ngapain?"
"Saya kangen sama bapak ,hhhh"
"Aduh, kamu itu selalu saja menggoda bapak"
"Hahaha maaf pak. Saya nunggu temen saya pak"
"Ooh begitu. Ya sudah, kamu tunggu saja, ini kayaknya masih lama karena sekarang jam ujian fisika"
"Baik, pak."
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya siswa di ruangan Anggara sudah selesai mengerjakan soal. Aku lalu mengintip Anggara dari pintu, dia sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
"Psst, psst, Anggara"
Anggara melihatku,lalu dia mengeluarkan sebuah kantong plastik hitam dari dalam tas nya dan berjalan menghampiriku.
"Makasih" Anggara lalu berjalan kembali ke tempat duduknya.
***
Sesampainya di rumah, aku mengambil ponsel lalu membuka messenger.
"Cieee yang kalah cepat :v. Gue bilang juga apa, anak IPS tuh cepet keluar"
"Iya, iya gue kalah"
"Lagian lo juga sih sok banget mau ngalahin kecepatan gue ngerjain soal,apa lagi kalau soalnya kayak tadi,cuma soal sosiologi"
"Lo mah enak, tadi tuh fisika susah tau"
"Ya lagian siapa suruh sok banget dan nggak mau dengerin omongan gue kalau gue bakalan keluar duluan"
"Yaudah, gue yang salah"
"Emang lo yang salah,masa gue? :v"
Meski awalnya akrab setelah kejadian celana itu, namun kini aku jadi cuek, bersikap acuh, bermasa bodoh dan sempat tidak chatting-an lagi dengan Anggara sekitar kurang lebih sebulan. Namun kini, aku kembali chat-an dengannya.
Itu bermula saat setelah kami berdua tidak chatting-an. Anggara mulai kembali mengirimiku banyak pesan gaje selama beberapa minggu. Awalnya aku mengabaikannya, namun karna Anggara terus mengirimiku pesan, aku pun membalasnya sesekali dan hingga akhirnya kami selalu chat-an bersama.
Aku semakin sering chatting-an dengan Anggara, kami semakin akrab dan tentu saja semakin hari perasaanku semakin senang dan nyaman, bahkan rasanya sangat sepi dan membosankan jika sehari saja tak menerima pesan dari Anggara. Aku tidak tahu pasti apakah Anggara juga merasakan hal yang serupa denganku.
Hingga suatu hari, sepulang gereja aku kembali chatting-an dengan Anggara sambil membahas cerita Alkitab yang tadi disampaikan bahwa memiliki pasangan atau teman yang sepadan itu memiliki banyak dampak positif
"lo tuh harus inget kata ibu guru tadi di gereja. Jadi lo harus bersyukur karna gue bisa jadi teman yang baik buat lo :v"
"Iya bawel, gue tau kok"
"BTW, gue tuh mau aja curhat sama lo karena gue tuh udah nganggep lo sebagai sahabat dan orang terpercaya gue, jadi jangan lo khianati :v"
"Wah, wah, ternyata gue udah bisa diandalkan sebagai orang yang terpercaya :v"
"Gue harap, suatu saat nanti, disaat kita udah nggak satu sekolah lagi karena gue harus lanjutin pendidikan gue, lo jangan pernah berubah yah, gini-gini aja terus. Dan kelak kalau lo juga udah lulus SMA dan kuliah, mungkin aja kita nggak bakalan ketemu lagi karena lo mau lanjut keluar pulau, lo jangan jadi Anggara yang sombong dan lupa sama gue"
"Iya, gue nggak bakalan berubah apa lagi ngelupain lo"
"Janji?"
"Iya, gue janji "
Kalian tahu, itu adalah janji pertama antara aku dan Anggara. Aku harap janji itu dapat ditepati.
***
Kado graduation?
Disuatu hari, ketika aku sedang berkirim pesan dengan Anggara, tiba-tiba saja terlintas di kepalaku untuk memberikan dia hadiah sebagai ungkapan rasa senangku karena dia sudah berbaik hati menjadi sahabatku. Namun untuk menghindari dia rasa geer yang berlebihan, akupun berpura-pura meminta kado untuk hari graduation-ku nanti, kupikir dia benar-benar akan menolak permintaanku itu, ternyata malah sebaliknya :v.
"Eh, Anggara, gue boleh ngomong sesuatu nggak?"
"Apaan?"
"Nanti kalau hari graduation, lo kasih gue kado yah :v"
"Ogah banget :v ngapain juga gue ngasih lo kado :v"
"Yaelah jahat amet, kan sebagai kenang-kenangan dari lo. Biar adil, nanti gue juga bakalan ngasih lo kado"
"Emang lo mau kado apa? "
"Ya terserah lo aja"
"Duuh gue tuh nggak tau mau ngasih kado apa"
" Lah, kalau gue yang nentuin kadonya apa, itu namanya bukan kado tau"
"Gue nggak tau nih"
"Yaudah, gue kasih lo kata kunci apa aja yang gue suka buat nentuin apa yang bisa lo kasih ke gue"
"Apa kata kuncinya"
" Biru, hitam, putih, panda, senja :v"
"Itu apaan?"
"Ya kata kuncinya lah :v''
"Ohhh, I see"
"Sekarang gantian gue yang nanya lo, lo suka apa"
"Apa yah? Gue nggak tau tuh"
"Duh, gitu aja kok nggak tau"
"Iya beneran. Kalau gue mah terserah lo aja"
" Ya udah deh entar gue cari kado yang menurut gue cocok buat lo."
"Ashiaap "
"Dan satu lagi"
"Apa lagi?"
"Gue harus punya foto graduation bareng lo, dan nama lo udah gue daftarin di urutan pertama orang-orang yang wajib fotbar gue"