Setelah selesai beberes di dalam kabin anak-anak segera bermain ke luar, menikmati aroma awal musim semi. Udara dingin menghangat, salju mencair, bunga-bunga bermekaran, dan burung-burung berkicau.
Para cowok langsung membuka baju mereka dan melompat ke danau. Hanya Owen yang bersantai di kursi pantai di beranda kabin, lengkap dengan kacamata hitamnya. Sally, Claudia, dan beberapa gadis lain jalan-jalan ke pertokoan di pinggir jalan. Sisanya memilih piknik sambil ngemil di tepi danau.
“Mau berkeliling ke mana dulu kita?” tanya Flo. Ia berdiri menatap sekitar sambil berkacak pinggang. Tangannya meraih kacamata hitam yang tergantung di kerah kaosnya lalu memakainya. “Aku sudah siap untuk menjelajah.”
Flo, Nuna, dan Karin berdiri di depan danau, melihat teman-teman mereka yang sedang asyik berenang.
Nuna yang berada di dekat Flo menyahut. “Piknik saja di sini.” Ia berbicara dengan mulut penuh cemilan keripik kentang.
“Ih, jangan. Lebih baik kita berkeliling wilayah danau ini,” sanggah Flo, ia berputar. Di bagian barat daya danau ada hutan, dekat dengan kabin penjaga danau. “Ayo kita jalan-jalan ke hutan itu saja.” Matanya berhenti pada satu titik. Ia menyenggol kedua temannya. “Lihat itu. Ada dua sejoli sedang bermesraan.”
Meera dan Monroe sedang duduk bersama di salah satu kursi pantai, mereka mengobrol dengan posisi duduk berdempetan. Tidak jarang Meera akan tertawa di antara obrolan mereka. Entah tawa bahagia atau tawa malu-malu kucing.
Seraya memasukkan keripik kentangnya ke dalam mulut, Nuna berkomentar. “Ah, andai pacarku bisa ikut kemari,” desahnya.
“Pacarmu apa kabar, Nuna? Dia masih bekerja di showroom mobil?” tanya Karin.
“Masih. Tapi sepertinya dia ingin mencari pekerjaan lain.”
“Ayo, jalan!” seru Flo. Ia harus menggiring Karin dan Nuna agar bergerak dari posisi nyaman mereka.
Nuna mengikuti di belakang sambil terus mengunyah cemilan.
Mereka berjalan melewati kabin penjaga danau. Kebetulan bapak yang berjaga di sana sedang duduk di beranda kabin.
Flo menyapanya. “Selamat sore, Pak.”
Pandangannya beralih dari danau kepada ketiga gadis itu. Bapak itu tersenyum. “Kalian anak-anak remaja yang sedang berlibur kemari, ya?”
“Betul,” sahut Flo. Ia membaca nama yang tertulis di baju penjaga itu. “Pak Tom.”
Kenapa nama penjaga danau ini sama seperti nama adiknya?
Menebak arah mereka akan berjalan-jalan ke mana, Pak Tom menunjuk hutan. “Hutan di dekat danau ini indah sekali untuk dijelajahi,” ia memberitahu. “Hutan ini didominasi pohon pinus, tapi yang tumbuh tidak begitu tinggi. Banyak juga tumbuh-tumbuhan beri. Kalian ikuti saja jalan setapaknya.” Pak Tom memberikan rekomendasi untuk jalan-jalan sore kepada mereka.