“Di mana Flo?” tanya Sally saat Meera dan yang lain datang untuk sarapan pada pagi harinya.
Meera duduk berseberangan dengan Sally. “Dia masih tidur. Sepertinya tidak akan bangun dari kasur sampai nanti siang.”
“Tumben sekali anak itu memilih tidur saat liburan,” komentar Sally.
Sambil mengambil roti bakar, Karin berkata. “Tadi saat aku membangunkannya dia masih sangat mengantuk. Kedua kantung matanya juga terlihat hitam.” Ia menggigit roti bakarnya.
Tak berapa lama kemudian para cowok juga datang dan bergabung bersama gadis-gadis itu. Mereka semua masih mengenakan kaos tidur dan celana pendek, berebutan mengambil roti bakar dan minuman kaleng.
“Hei, Owen tidak ikut sarapan?” tanya Sally kepada para cowok.
Sally mengamati setiap orang yang datang, memperhatikan jika ada salah satu dari mereka yang biasanya ada tetapi pagi ini tidak kelihatan batang hidungnya.
Fabian dengan rambut yang masih acak-acakan duduk di sebelah Sally. “Tidak ingin diganggu dan masih tidur pulas di balik selimutnya,” jawabnya. Ia membuka segel minuman kaleng dan meneguk isinya.
“Kompak sekali mereka berdua.” Meera terkekeh. Tetapi kekehannya tidak berlangsung lama ketika ia melihat Monroe mendekat ke arah mereka.
Cowok itu duduk cukup jauh darinya, mengambil jatah sarapan dan minuman kaleng.
Dan tidak menoleh kepada Meera sama sekali.
Fabian berdeham. “Jadi, apa yang akan kalian lakukan hari ini?” ia menghitung jari tangannya. “Sekarang hari ketiga. Enaknya hari ini melakukan apa, ya?”
Meera mempertimbangkan apakah ia harus memberitahu kalau dirinya berniat untuk memeriksa reruntuhan kastil. Ia menoleh pada Karin dan Nuna. Tampaknya kedua temannya tidak terlalu memedulikan reruntuhan kastil itu, tidak seperti dirinya yang penasaran dan mungkin haus akan petualangan.
“Aku berharap di sini ada fasilitas jet ski. Pasti asyik sekali bermain jet ski sambil mengitari danau,” ujar Landon, ia meluruskan kedua kakinya di atas pasir kering.
“Sebagian besar orang pasti sedang berlibur di pantai. Kita melakukan hal yang berbeda dengan liburan di danau,” komentar Eagle.
“Aku sendiri senang liburan di danau ini. Tenang. Tapi ramai oleh orang-orang yang kita kenal.” Fabian memandangi danau sambil tersenyum lebar. “Bagus sekali untuk menyegarkan pikiran setelah menyelesaikan ujian kalkulus dan bahasa Jerman yang membuat kepalaku berasap.”
“Tetap akan lebih seru jika kita bisa bermain jet ski,” timpal Landon, masih mendambakan bermain jet ski di tengah danau.
Sally teringat sesuatu. “Tidak jauh dari kabin ini ada pertokoan. Ada toko yang menyewakan fasilitas untuk bermain di dalam air. Mereka menyediakan alat-alat untuk snorkeling.”
Landon langsung duduk dari posisi berbaringnya. Anak-anak lain juga menoleh kepada Sally dengan antusias.