Do You Believe In Loch Ness Monster?

Fann Ardian
Chapter #12

Chapter 12

Setelah makan malam, Fabian bersama Landon mengangkut kembali kano yang mereka pinjam ke tempat penyimpanan kano di sebelah kabin Pak Tom. Fabian membopong bagian depan dan Landon membopong bagian belakang. Karena sibuk memerhatikan bintang-bintang bertaburan di langit malam, Fabian tersandung gundakan tanah yang membuat mereka berdua terjerembab jatuh bersama kanonya.  

Kepala Landon menyentuh bagian dalam kano. “Untung kepalaku tidak bocor!” serunya, ia menggeplak kepala Fabian, yang nyusruk ke tanah ditumbuhi rumput-rumput jarang. Landon mengusap-ngusap dahinya yang sakit. Ia meringis.   

Fabian duduk dengan kedua kaki terbuka dari posisi terjerembabnya. “Aduh. Malam ini bintang-bintangnya indah sekali.” Ia menengadahkan wajahnya ke atas. Di antara beribu bintang, terdapat beberapa yang paling mencolok cahayanya. “Apakah menurutmu bintang-bintang yang bersinar lebih terang dari yang lain membentuk sebuah rasi bintang?” tanya Fabian tanpa mengalihkan pandangannya dari langit. 

Landon masih mengusap-usap dahinya yang sekarang nyeri. Ia melihat Fabian dengan jengkel.  

“Hei. Benar memang indah, tapi kau harus lihat-lihat jalan, dumbo.” Selain kesal karena membuat dahinya nyeri, Landon juga khawatir pergelangan tangannya yang baru benar-benar sembuh akibat cedera bermain futbol mengalami cedera lagi. “Untung pergelangan tanganku tidak apa-apa.”  

Seperti tidak mendengarkan perkataan temannya, Fabian tetap memandangi langit malam. Ia tampak benar-benar terpesona, dan itu membuat Landon semakin jengkel.  

Tangan Landon bergerak dan menjitak kepala Fabian. “Woi, sadar!” 

Fabian mengaduh.  

“Ayo angkat lagi kano ini. Aku ingin kembali ke kabin dan makan marshmallow.” Landon bangkit dari duduknya sambil menepuk-nepuk kedua telapak tangan. 

Sembari mengangkat kano, Fabian berkata. “Tidakkah kita seperti melihat Galaksi Bima Sakti dengan mata telanjang?” ia kembali menengadahkan wajahnya ke atas.  

“Sekali lagi kau mendongakkan kepalamu ke langit saat kita sedang mengangkut kano, aku benar-benar akan menggeplak kepalamu.” 

Fabian memajukan bibirnya. Ia berpikir Landon benar-benar tidak bisa menikmati, menghayati, dan merasakan keindahan alam yang seperti sihir ini, juga sesuatu yang misterius. 

Fabian tiba-tiba berhenti bergerak, yang membuat perut Landon menabrak bagian belakang kano.   

“Apa lagi?!” tukas cowok pemain futbol itu dengan nada kesal. Tidak disangka pekerjaan sangat mudah seperti mengembalikan kano ke tempatnya sepertinya akan membuat Landon mengidap darah tinggi.

“Aku merasakan sesuatu.”   

Landon menghembuskan napas lelah. “Jangan ini lagi.” 

Fabian menoleh ke arah danau. Mata birunya menengadah memandang bintang-bintang, lalu perhatiannya kembali pada danau.

“Rasi bintang menunjukkan sesuatu,” ujar Fabian. Ia meletakkan kano begitu saja, membuat Landon yang mengangkat bagian belakangnya hampir terjatuh lagi ke tanah. 

“Hei!” seru Landon.   

Jari telunjuk Fabian menunjuk langit. “Lihat. Bintang-bintang terang itu menyatukan garis-garis yang membentuk rasi bintang.”

Landon berdiri di sebelah Fabian dengan ekspresi siap menonjok temannya itu.

“Rasi bintang itu terbentuk di atas danau,” lanjut Fabian.  

Dengan wajah gusar Landon mendengus. “Ya, lalu memangnya kenapa?”  

Lihat selengkapnya