“Inikah kastil yang kau bicarakan itu?” tanya Owen. Ia duduk di bagian belakang kano sambil mendayungnya mendekat pada tebing kastil. Cowok itu mendongakkan lehernya ke atas.
“Yeah.” Kano Meera dan Sally menyajarkan posisi dengan kano Owen dan Flo. “Setidaknya bentuknya lebih terlihat jelas saat siang hari.”
“Wow,” komentar Owen. “Itu terlihat sangat.. gelap.”
“Tampaknya sudah lama sekali ditinggalkan,” Sally juga ikut berkomentar. Kedua matanya memerhatikan reruntuhan bangunan kastil itu dengan jeli.
“Bagaimana kita bisa sampai ke sana?” Flo menoleh kepada teman-temannya. “Tidak ada tepian berpasir yang bisa digunakan untuk pemberhentian kano.”
“Kita bisa memberhentikan kano tepat di sebelah tanah berumput,” kata Meera.
“Ada kemungkinan kano-kanonya akan terbawa riak air ke tengah danau.”
“Mungkin kita bisa menaikkannya ke daratan?” Owen memberi usul.
“Kurasa kita tidak akan bisa menaikkannya ke tanah kecuali mengangkatnya dari bagian bawah kano,” ujar Sally.
Mereka berempat terdiam.
“Apa ada seseorang yang sudah mendapatkan ide?” Flo bersuara setelah hening kurang lebih selama satu menit.
Meera mengangkat tangannya. “Aku tidak dapat apa-apa.”
Suasana kembali hening. Keempat remaja itu memikirkan bagaimana mereka bisa keluar dari dalam kano dan memastikan kano-kano itu tidak akan bergerak ke mana-mana sampai mereka kembali.
Owen mencelupkan tangannya ke dalam air. “Whoa, dingin sekali.” Ia dengan sekejap menarik tangannya keluar. “Aku sempat berpikir kita bisa menceburkan diri ke dalam danau lalu menaikkan kano ke atas tanah.”
“Itu ide yang bagus, tapi aku tidak mau menceburkan diri,” komentar Meera.
Sally tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya. “Ada yang mau biskuit keju?” ia membuka bungkus biskuit itu lebih lebar dan mengambil isinya.
“Aku mau!” sahut Flo. Ia mendayung kanonya ke arah Sally sebelum Owen sadar kano mereka kembali bergerak dan ikut mendayung.
Meera menoleh ke belakang. “Aku tidak tahu kau membawa cemilan.” Ia juga mencomot biskuit keju dari bungkusan milik Sally, diikuti tangan Flo yang terjulur ke arahnya.
“Cemilan tengah malam. Aku selalu lapar di jam-jam ini.”
Mereka berempat berbagi biskuit keju. Sally iseng-iseng menjatuhkan dua potong biskuit ke dalam air. Tidak lama kemudian muncul riak kecil dan gelembung ke permukaan. Sally menjatuhkan beberapa potong lagi. Ternyata ikan-ikan danau juga senang makan biskuit.
Sembari mengunyah biskuit, Owen menunjuk satu arah. “Kurasa kita bisa menepi di bagian tanah sebelah sana. Tanahnya lebih rendah.”
Meera menoleh ke arah yang ditunjuk Owen. “Oke,” balasnya, diikuti dengan anggukan dari Flo.