Do You Believe In Loch Ness Monster?

Fann Ardian
Chapter #16

Chapter 16

Sally berjalan-jalan di dermaga. Mendengar kayu-kayu berderit di bawah kakinya seiring ia melangkah. Gadis itu memejamkan mata sesaat, menghirup udara segar yang ditawarkan alam. Ponselnya berbunyi. Sally tidak mau repot-repot membukanya. Pasti itu pesan dari Derek, yang selama beberapa minggu terakhir ini selalu meminta untuk balikan lagi dengannya.

Ponselnya berbunyi lagi, kali ini berdenting dua kali. Sally tetap tidak mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana. Biarkan saja, lama-lama mantan pacarnya itu juga akan meninggalkannya sendiri. Seperti yang sering dia lakukan dalam hubungan mereka.

Sepuluh menit kemudian, setelah bosan memandangi danau dan hanya mondar-mandir di atas dermaga, Sally mengeluarkan ponselnya. Bukan untuk melihat pesan dari Derek, tetapi karena dirinya bosan. Ia mengetuk layar ponsel, lantas tertegun seketika saat melihat notifikasi yang tertera.

Dean Chadwick:

Hei, Sally.

Sal?

Ini Sally, kan? Aku tidak salah nomor?

Ternyata Dean yang mengiriminya pesan. Gadis itu berdeham, berusaha bersikap senatural mungkin. Walaupun tidak ada yang melihat, Sally menjaga wajahnya tetap tidak berekspresi. Ia mengetik untuk membalas pesan Dean. 

Sesaat kemudian ponselnya berdering. 

Sally mengangkat panggilan telepon di dering ketujuh. Ia membersihkan tenggorokannya.

[“Halo? Sally?”] terdengar suara khas Dean di ujung telepon.

“Ya. Ada apa?” tanya Sally menjaga nada suaranya tetap datar. Padahal hatinya mulai berdebar-debar. 

[“Sekarang kau sedang apa?”] 

“Tidak ada. Hanya menghabiskan waktu.” 

[“Mau keluar bersamaku malam ini?”] 

Ada sesuatu yang mencelus di dada Sally. Cowok ini tiba-tiba mengiriminya pesan dan menelepon lalu mengajaknya keluar? Mereka sudah jarang berbicara. Walaupun Sally dan Dean sempat dekat sewaktu tahun pertama SMA, tetapi tidak pernah jadian karena sifat Dean yang senang bercanda dan playboy. Ini pertama kalinya Dean mengajaknya keluar, dengan serius. 

Sally mengulum bibir sebelum menjawab. “Maaf, tidak bisa. Aku sedang berada di luar kota.”

Jeda sebentar. [“Oh, iya. Kau pasti sedang liburan spring break,”] ujar Dean.

Sally sulit menentukan apakah cowok itu terdengar kecewa atau biasa saja.

[“Oke. Lain waktu saja, kalau begitu.”]  

“Dah.” Sally memutuskan sambungan telepon.

Gadis itu menatap layar ponsel. Masih bingung kenapa Dean tiba-tiba menghubunginnya. Ia menghela napas.

***

“Apakah kalian tahu pada zaman dahulu orang-orang melakukan ritual permusikan untuk memanggil alien ke bumi?” tanya Landon. Ia mengalihkan perhatiannya dari majalah mitos dan legenda dunia yang sedang dibacanya.

Landon dan anak-anak yang lain sedang duduk-duduk santai di sekitar beranda dan halaman kabin yang ditempatinya dengan para cowok.

“Kau membaca apa?” Fabian menoleh ke belakang, wajahnya terdongak ke atas. Ia duduk di anak tangga beranda. 

Landon mengangkat majalahnya sedikit, memperlihatkan sampulnya. 

“Apa yang dikatakan di sana?” Flo yang duduk tidak jauh dari mereka sambil mengunyah permen karet ikut bertanya. 

“Beberapa kerajaan kuno memiliki aula besar yang terletak di luar ruangan, dibuat dari susunan bebatuan dengan motif-motif tertentu. Biasanya, aula tersebut digunakan sebagai tempat ritual para pemusik kerajaan untuk bermusik dan menghibur anggota kerajaan, yang sebenarnya adalah bentuk dari pemanggilan makhluk luar angkasa,” baca Landon, bola matanya bergerak mengikuti tulisan artikel itu.

“Untuk apa mereka memanggil alien?” Eagle bertanya tanpa menoleh. Ia, Raul, dan Alan sedang bermain kartu domino di lantai beranda. Eagle mengambil satu kartu dan memposisikannya di sebelah kartu dengan sisi tiga bulatan.

Landon membaca sekilas. “Di majalah ini disebutkan untuk membangun bangunan atau membuat sesuatu. Pada masa itu kemampuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih sangat terbatas.”

Lihat selengkapnya