Do You Believe In Loch Ness Monster?

Fann Ardian
Chapter #18

Chapter 18

“Kenapa kau tiba-tiba muncul! Astaga!” seru Flo terlonjak kaget. Lengannya spontan terulur untuk menggeplak Fabian, tetapi karena jarak di antara mereka tangannya hanya menggapai udara. “Kukira aku akan terkena serangan jantung.”  

Tidak jauh dari mereka berempat, Fabian dan Landon berada di atas perahu karet mesin. Fabian bertengger di pinggir perahu sambil memandangi mereka, sementara Landon duduk di bagian belakang memegang tuas kendali perahu karet. Cowok itu nyengir. 

“Apa yang sedang kalian lakukan?” tanya Fabian lagi. 

“Tidakkah kau lihat kami sedang berkano?” jawab Flo sewot. Ia masih sebal karena Fabian tiba-tiba muncul tanpa diundang dan mengagetkannya. Ia mengamati perahu karet itu. “Kau yang aneh datang entah dari mana.” 

Fabian mengikuti arah pandangan Flo. “Oh, ini?” ia kembali melihat temannya. “Kami mendapatkannya di pertokoan. Ternyata ada yang menyewakan perahu karet semacam ini.” Fabian nyengir senang. “Seharusnya setiba di Danau Loh Nez aku langsung menyewanya.” 

“Kalau itu perahu karet mesin, kenapa tidak ada suaranya?” tanya Meera. Ia memerhatikan kotak hitam di bagian belakang perahu itu. “Jelas saja kami terkejut karena kalian datang tanpa suara.”  

“Tidak memakai mesin seperti perahu bermotor,” sahut Landon. “Perahu ini pakai baling-baling, dan dikemudikan dengan ini.” Ia menepuk-nepuk tuas panjang yang dipegangnya. “Aku juga cukup terkejut, ternyata perahu ini bergerak di dalam air dengan sangat halus.” 

Sally ikut memperhatikan. “Seharusnya kita menyewa perahu karet ini saja.” Ia menoleh kepada Flo, Owen, dan Meera.  

Meera mengangguk-ngangguk, pandangannya masih tertuju pada perahu karet itu.

“Beratkah mengendalikan tuasnya?” tanya Owen kepada Landon. Ia mencondongkan tubuhnya.

Sembari Landon menjelaskan mengenai perahu karet itu, dan keempat temannya yang lain terlihat terdistraksi olehnya, Fabian mengamati mereka semua. Warna biru bola matanya menyorot fokus.  

“Kalian sedang melakukan sesuatu, ya?”

Hening seketika, penjelasan dari Landon juga terdengar semakin samar. Air danau lengang.

“Apa?” kicau Flo.

“Jangan konyol, Fabian,” tukas Sally. 

Fabian menoleh kepada gadis itu. “Lihat? Aku bahkan tidak melakukan apapun, apalagi sampai bisa disebut ‘konyol’.” Nada suaranya jelas dan tegas. Jarang sekali Fabian membalas omongan yang ditujukan untuknya, tetapi kali ini air mukanya tampak serius. “Aku hanya bertanya, tapi kau langsung menyerang dan mengolokku. Kurasa semua orang bakal setuju kalau yang kulakukan adalah tindakan wajar.” 

Meera melirik Sally kesal. Sally hanya memalingkan wajah sambil memutar bola matanya. Meera menghela napas, memerhatikan Fabian yang sekarang sedang menatap Sally. Ia harus mengakui jika Fabian tidak semestinya menerima sebutan dan intonasi seperti itu dari Sally, dan Sally memang terkadang suka kelewatan bersikap kasar kepada Fabian. Padahal selama ini cowok itu tidak pernah melakukan apa-apa kecuali bersikap baik kepada gadis itu.

Bola mata Landon bergerak dari satu anak ke anak yang lain, tampangnya bingung. Ia sendiri juga terkejut mendengar Fabian membalas dengan serius, karena biasanya temannya itu selalu bersikap santai. Landon saling lirik dengan Flo. Bisa dipastikan Flo juga merasakan suasana tidak nyaman.  

Fabian mengembalikan perhatiannya kepada keempat temannya yang berada di atas kano. “Jadi, apa sebenarnya yang sedang kalian lakukan?” nada suaranya sudah kembali flamboyan seperti biasa. 

Di belakangnya Landon mengembuskan napas. Ia memukul punggung Fabian. “Hah. Kukira kau akan menumpahkan seluruh kemarahanmu kepada kami semua saat ini juga karena sering menjadikan kau bahan tertawaan.” Cowok itu cekikikan. 

“Nanti ada waktunya.” Fabian menoleh singkat, ia nyengir. Pandangannya kembali ke depan. Sally masih tidak melihat ke arahnya.

Meera menimbang-nimbang kemungkinan untuk memberitahu Fabian. Walaupun ada Landon, tetapi Fabian bisa diandalkan dalam misi dan situasi seperti ini. Mengetahui Fabian juga memiliki naluri dan insting yang kuat, dia bisa banyak membantu. “Sebenarnya—"

“Kami sedang mencari terumbu karang langka.”

Mereka semua menoleh bersamaan ke arah Flo. 

Lihat selengkapnya