Do You Believe In Loch Ness Monster?

Fann Ardian
Chapter #19

Chapter 19

Hujan deras mengguyur seluruh permukaan Danau Loh Nez.

“Oh, hebat sekali,” Sally menggerutu. Ia mendongakkan wajah ke langit, menerima setiap butiran-butiran air menimpa wajahnya.

“Bukankah sekarang musim semi?” seru Flo di antara berisiknya air hujan. “Kenapa bisa-bisanya tiba-tiba hujan deras.”

Keenam remaja yang berada di tengah danau itu terombang-ambing di atas perahu mereka. Semua basah kuyup. Permukaan danau yang awalnya tenang berubah menjadi gelombang-gelombang besar tidak teratur. Sekitar mereka gelap, bahkan pencayahaan dari kabin-kabin di selatan danau tidak terlihat. Flo yang duduk satu kano dengan Owen bahkan tidak bisa melihat cowok itu dengan jelas, hanya figur hitam yang bisa dilihatnya.

Landon berusaha menarik tuas perahu karet. “Aku tidak mengerti kenapa mesinnya tidak mau hidup.” Ia menarik tuas itu berkali-kali. Gelombang air menggoyang-goyangkan perahu sehingga cowok itu harus berpegangan pada mesin. 

“Haruskah kita kembali sekarang?” tanya Meera. Ia mengelap wajahnya yang terus-menerus tertimpa air hujan. Meera tidak bisa melihat apa-apa lagi dengan jelas dari balik kacamatanya.

“Tunggu sebentar. Aku masih belum bisa menyalakan perahu ini.” Ada rasa tegang menjalari leher Landon saat ia mencoba menghidupkan perahu itu lagi. 

Fabian bangkit untuk membantu Landon.

Hujan terus turun dengan deras dan air danau semakin bergejolak di bawah mereka. Minimnya pencahayaan dan situasi terjebak di tengah danau dengan transportasi yang kurang memadai akan membuat siapapun menjadi cemas. 

“Owen! Kanonya!” seru Flo.

Flo buru-buru menggerakkan dayung ke arah berlawanan ketika menyadari kano mereka semakin jauh dari satu sama lain. Sally juga langsung mendayung dan mendekatkan posisi kanonya dengan Flo.

Owen merapatkan kano mereka pada perahu karet Fabian dengan memegang tali yang terikat di perahu itu. Flo juga mengaitkan dayungnya pada tali tersebut setelah bersusah payah melawan gelombang air. 

Fabian berseru kepada Owen. “Berapa kira-kira dalamnya?”

“Aku tidak tahu. Bisa jadi puluhan meter. Ada satu bagian di danau ini yang kedalamannya mencapai seratus meter.” 

“Jangan beritahu aku kita berada di bagian yang itu.” Raut wajah Sally menegang.

Owen hanya menggeleng. “Aku tidak tahu pastinya.” 

“Aku tidak bisa melihat apa-apa.” Meera melepas kacamatanya. “Aku tidak pernah membayangkan akan berada di posisi seputus asa ini.” Dalam kondisi terdesak sekali pun tidak masalah bagi Meera jika dirinya masih bisa melihat dengan jelas, paling tidak bisa melihat sesuatu. 

“Apa kau bahkan tidak takut?” tanya Flo saat kano mereka berjejer berdampingan.

“Kau pikir bagaimana?” jawab Meera menatap lurus kepada Flo.

Walaupun Flo dan Meera tidak bisa melihat wajah satu sama lain, tetapi mereka berdua bertatapan. 

“Oh, oke, baiklah.”

“Tenang, teman-teman. Kita mengenakan pelampung.” Fabian menarik tuas lagi. Mesin sempat menyala beberapa saat sebelum kembali mati.

Lihat selengkapnya