Aku memang pernah menulis cerita sebelumnya. Namun kali ini bukanlah kisah romansa yang melambung dalam khayalan sebagaimana yang telah kususun dalam fiksi-fiksi sebelumnya. Tapi ini merupakan kisah nyata tentangku, yang aku alami secara langsung bersama seorang laki-laki yang menjadi salah satu dari sekian banyak alasan aku berubah. Tahun ini 2024 menjadi permulaan ruang dan waktu yang menyimpan kenangan manis dan pahit dari lebih dari 2 tahun perjalanan yang aku mulai sendirian.
Saat itu aku masih berusia belum genap 20 tahun, kisah asmara masih menjadi babak kosong dalam perjalanan hidupku. Selain itu ada banyak kekecewaan dan putus asa yang aku rasakan, menjadikanku manusia yang seperti tak memiliki keinginan untuk melanjutkan semuanya. Masalah asmara menambah kesan menyakitkan dalam episode kehidupanku kala itu. Ditinggalkan seseorang pada masa terpurukku adalah salah satu hal paling menyakitkan yang pernah singgah padaku.
Hal itu menjadi alasan, akhirnya aku enggan untuk membuka diri pada siapapun, “Mati Rasa” kata beberapa orang. Melalui perantara ajakan ibuku waktu itu, aku menghadiri sebuah perkumpulan majelis Safari Maulid tajuknya. Kala itu, aku hadir dengan dorongan hati, tapi lebih besar karena aku hanya tidak mau menolak ajakan ibuku. Aku tidak akan menaruh harap seperti umumnya manusia lainnya, akan bertemu siapa … akan menemui apa … tidak peduli karena mungkin aku mulai apatis.