Dokter Cinta Dunia

Shabrina Farha Nisa
Chapter #9

Warisan Abadi

Senja kembali memeluk paviliun pribadi Nisa Farha dan Reza Satria di bilangan Menteng, Jakarta. Sebuah siklus alamiah yang seolah menjadi metafora bagi perjalanan panjang mereka. Namun, senja kali ini membawa nuansa yang berbeda. Bukan lagi hanya kehangatan personal dua sejoli yang telah berhasil mengarungi badai rumah tangga dan politik, melainkan juga diselimuti aura perenungan mendalam tentang sebuah warisan yang tak kasat mata namun begitu nyata, yang mulai mereka rajut dan semaikan untuk peradaban dunia.

Puluhan tahun telah terlewati sejak panggilan jiwa sebagai "Pasangan Dokter Cinta Dunia" pertama kali menggema di relung hati mereka. Yayasan Cinta Merdeka Global (YCMG) yang mereka dirikan dengan keringat, air mata, dan harapan tak terbatas, kini telah menjelma menjadi sebuah institusi global yang matang, dihormati, dan berpengaruh. "Jaringan Harapan" yang mereka rintis, terdiri dari ribuan Duta Cinta Merdeka dan ratusan organisasi mitra yang tersebar di lebih dari seratus lima puluh negara, telah menjadi arteri yang mengalirkan darah segar perubahan ke jantung komunitas-komunitas di seluruh pelosok bumi.

Dampaknya tak lagi bisa dipandang sebelah mata. "Indeks Kemerdekaan Cinta" yang dirilis YCMG secara berkala, kini menjadi salah satu rujukan utama bagi para pembuat kebijakan, akademisi, dan aktivis sosial di seluruh dunia. Data-data tersebut menunjukkan tren positif yang konsisten di berbagai aspek: penurunan angka pernikahan anak dan pernikahan paksa, meningkatnya akses terhadap pendidikan seksualitas komprehensif dan layanan kesehatan reproduksi, berkurangnya kasus kekerasan dalam rumah tangga, dan yang terpenting, meningkatnya indikator kebahagiaan relasional dan kesejahteraan psikologis individu serta pasangan di wilayah-wilayah intervensi YCMG. Tentu, tantangan baru terus bermunculan seiring dinamika global yang tak pernah berhenti, namun fondasi kesadaran akan pentingnya cinta yang memerdekakan telah tertanam semakin dalam.

Nisa, dengan mahkota rambut yang kini sepenuhnya memutih bak salju abadi, namun sorot matanya masih memancarkan api semangat idealisme yang tak kunjung meredup, menatap Reza yang duduk tenang di sisinya. Genggaman tangan mereka masih seerat dulu, cangkir teh melati yang sama masih menemani ritual senja mereka, menjadi saksi bisu perjalanan cinta dan perjuangan yang luar biasa. Usia memang telah mengukir jejak-jejak kebijaksanaan di wajah mereka, namun ikatan batin dan frekuensi harmoni yang mengalir di antara keduanya terasa semakin kuat, semakin dalam, menjadi manifestasi hidup dari filosofi cinta yang selama ini mereka ajarkan kepada dunia.

"Mas," bisik Nisa, suaranya kini mungkin lebih serak dimakan usia, namun tetap memancarkan kehangatan dan wibawa seorang ibu bagi dunia. "Kadang aku masih merasa takjub, seperti mimpi, melihat sejauh mana api kecil yang pernah kita nyalakan berdua di tengah kegelapan keraguan dan ketidakpedulian, kini telah berkobar begitu besar, menerangi begitu banyak kehidupan. Tapi pertanyaan yang sering menghampiri tidurku belakangan ini, pertanyaan yang membawa sedikit keresahan namun juga harapan besar, adalah bagaimana kita bisa memastikan api ini akan terus menyala dengan terang benderang, bahkan ketika kita berdua sudah tidak lagi di sini untuk menjaganya secara langsung? Bagaimana warisan ini bisa terus hidup dan bertumbuh melampaui usia kita?"

Reza tersenyum, senyum yang menyimpan keluasan samudera pengalaman, pemahaman, dan cinta yang tak bertepi untuk Nisa dan untuk kemanusiaan. "Pertanyaan itu juga sering singgah di relung pikiranku, Sa, terutama saat aku melihat anak-anak dan cucu-cucu kita mulai menapaki jalan kehidupan mereka sendiri. Dan aku percaya, jawaban atas pertanyaan fundamental itu sebenarnya sudah mulai kita bangun bersama sejak langkah pertama kita, bahkan mungkin tanpa kita sadari sepenuhnya kompleksitas dan keindahannya saat itu."

Warisan abadi "Pasangan Dokter Cinta Dunia" memang tidak pernah dirancang oleh Nisa dan Reza untuk terpusat pada kultus individu atau kehebatan figur mereka semata. Sejak awal perumusan visi YCMG, keduanya sadar betul bahwa gerakan sebesar dan seuniversal ini tidak boleh dan tidak akan bisa bergantung pada kharisma, energi, atau bahkan usia biologis dua orang manusia. Oleh karena itu, fondasi keberlanjutan YCMG telah diletakkan melalui beberapa pilar strategis yang kini mulai menunjukkan kekokohannya yang mengakar kuat dan cabang-cabangnya yang menjulang tinggi.

1. Institusionalisasi Gerakan dan Desentralisasi Kepemimpinan yang Mengakar:

YCMG telah melalui proses evolusi yang panjang dan matang, bertransformasi dari sebuah yayasan yang pada awalnya banyak digerakkan oleh visi dan energi personal Nisa dan Reza, menjadi sebuah lembaga internasional yang memiliki tata kelola (governance) yang profesional, transparan, akuntabel, dan diakui kredibilitasnya oleh dunia. Dewan Pengawas Global (Global Supervisory Board), yang terdiri dari para tokoh independen dengan reputasi dan integritas tak tercela dari berbagai latar belakang – mulai dari penerima Nobel Perdamaian, mantan hakim Mahkamah Internasional, pakar kesehatan global, hingga filantropis ternama – telah dibentuk dan berfungsi secara efektif. Mereka bertugas mengawasi arah strategis jangka panjang YCMG, memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip etika dan Piagam Jaga Nilai, serta menjaga independensi gerakan dari berbagai kepentingan politik atau ekonomi sesaat.

Di bawahnya, Dewan Eksekutif Global, yang kini dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif profesional (seorang perempuan muda brilian dari Ghana yang dulunya adalah Duta Cinta Merdeka angkatan pertama) yang dipilih melalui proses seleksi internasional yang sangat ketat dan kompetitif, bertanggung jawab penuh atas operasional sehari-hari yayasan di seluruh dunia. Lebih penting lagi, YCMG telah berhasil melakukan desentralisasi program dan pengambilan keputusan melalui pembentukan Kantor-Kantor Regional yang otonom di lima benua, serta puluhan Kantor Perwakilan Negara yang lebih kecil. Setiap Kantor Regional dipimpin oleh direktur regional yang merupakan putra-putri terbaik dari wilayah tersebut, memiliki pemahaman mendalam tentang konteks lokal, dan memiliki otonomi yang cukup besar untuk merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program-program YCMG sesuai dengan kebutuhan dan kearifan budaya setempat. Mereka juga bertanggung jawab penuh untuk membina, mengembangkan, dan memberdayakan jaringan Duta Cinta Merdeka serta organisasi masyarakat sipil (OMS) mitra di wilayah kerja mereka masing-masing.

Nisa dan Reza, dalam kapasitas mereka sebagai Pendiri dan Penasihat Senior Abadi, kini lebih banyak berperan sebagai penjaga api spiritual gerakan, memberikan inspirasi melalui tulisan dan ceramah-ceramah terbatas, berbagi kearifan dan pembelajaran dari perjalanan panjang mereka, namun secara sadar telah melepaskan diri dari keterlibatan dalam pengambilan keputusan teknis maupun operasional sehari-hari. "Kita harus menaruh kepercayaan penuh pada generasi penerus, Mas," kata Nisa suatu ketika saat mereka menghadiri serah terima jabatan Direktur Eksekutif Global YCMG yang baru. "Kita telah menanamkan nilai-nilai fundamental dan prinsip-prinsip dasar gerakan ini dengan segenap cinta kita. Sekarang, biarkanlah mereka yang lebih muda, yang memiliki energi berlimpah, perspektif yang lebih segar, dan pemahaman yang lebih dekat dengan tantangan zaman kiwari, untuk membawa obor 'Cinta Merdeka' ini lebih jauh lagi, ke tempat-tempat yang mungkin bahkan tak pernah kita bayangkan."

2. Kaderisasi Berkelanjutan dan Penguatan Ekosistem "Duta Cinta Merdeka":

"Jaringan Harapan" yang terdiri dari puluhan ribu Duta Cinta Merdeka yang tersebar di berbagai pelosok bumi, telah menjadi tulang punggung sejati, urat nadi, dan jiwa dari keberlanjutan gerakan ini. Program Pelatihan dan Sertifikasi Fasilitator Internasional YCMG, yang terus menerus disempurnakan metodologinya, tidak hanya bertujuan menghasilkan individu-individu yang terampil secara teknis dalam memfasilitasi program-program YCMG. Lebih dari itu, program intensif ini dirancang sebagai sebuah perjalanan transformasi diri yang mendalam bagi para pesertanya, menanamkan rasa kepemilikan (ownership) yang kuat terhadap visi dan misi "Cinta Merdeka", serta membekali mereka dengan ketangguhan mental dan spiritual untuk menghadapi berbagai tantangan di lapangan.

Lihat selengkapnya