Apa ada alasan ketika harus pulang?
Chef Erik harus menunggu lagi selama satu jam. Karena penerbangan delay. Ya walaupun diberikan satu kotak berisi snack dan air mineral. Tetapi percuma saja tidak bisa mengalihkan perhatian Chef Erik. Mulutnya komat-kamit membacakan doa. Ia meminta pada Tuhan agar menyelamatkan adik satu-satunya. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang disayangi untuk kedua kalinya. Hanya adiknya, keluarga yang masih ada.
Penerbangan Italia - Indonesia membutuhkan waktu yang cukup lama. Biasa ia habiskan waktunya untuk tidur di dalam pesawat. Tetapi ini tidak, bahkan pramugari menyarankan pilihan makanan langsung ditolak. Chef Erik hanya minum air mineral itu pun karena perutnya merasa sakit.
Beberapa panggilan telefon ia abaikan. Selain di dalam pesawat tidak boleh menggunakan ponsel, Chef Erik juga tidak ingin rekan-rekannya khawatir. Untuk kepulangannya yang mendadak. Ia hanya mengirim pesan pada sous chef sebelum check in.
Selama ini tidak ada alasan untuk Chef Erik pulang. Tetapi kali ini ia memiliki alasan yang kuat untuk pulang. Ia harus tabah mengingat tidak tahu keadaan yang terjadi. Ia sudah siap dengan skenario terburuk yang terjadi dengan harus kehilangan adiknya.
"Dr. Mika," panggil Perawat Anna. Kepala perawat di IGD dan salah satu perawat senior.
"Iya, Perawat Anna."
"Bagaimana bisa dihubungi keluarga Chef Rani?" tanyanya khawatir.
"Iya, sudah. Mungkin besok keluarganya baru sampai. "
"Besok? Kakaknya ada di mana?"
"Kakak?"
"Iya. Dr. Mika baru tahu jika seseorang yang ditelefon Kakaknya?"
"Iya. Saya pikir itu suara Ayahnya."
"Dr. Mika, kedua orangtuanya sudah meninggal," jawab Perawat Anna menggelengkan kepala.
"O," jawab dr. Mika dengan bibir menyerupai huruf O.
Wajar saja jika dr. Mika tidak mengetahui informasi pribadi pasien. Waktu ia habiskan di ruang operasi dan pengobatannya. Kepala dokter bedah memberitahu jika salah satu juniornya di rumah sakit bisa membantu dr. Mika. Perlahan pengobatannya mengalami kemajuan pesat. Setidaknya dr. Mika sudah boleh masuk ruang operasi.
Dr. Mika menghubungi keluarga Chef Rani karena kondisinya kritis. Dr. Mika berusaha semaksimal mungkin supaya pasien bisa melewati sampai besok bertemu dengan kakaknya. Chef Rani mempunyai penyakit jantung bawaan. Tetratologi of Fallot. Pada umur 6 bulan Chef Rani dioperasi. Diagnosis dr. Mika harus melakukan operasi segera mungkin. Dr mika menunggu kakaknya datang agar dapat mengambil keputusan untuk pasiennya.
Pesawat yang dinaiki Chef Erik baru saja tiba. Ia memesan tiket dengan penerbangan pertama. Ia membawa satu koper yang berisi beberapa pakaian dan satu set pisau. Ketika hendak memanggil taksi, Chef Erik mendapat panggilan telefon dari nomor tidak dikenal. Ia ragu untuk mengangkatnya tetapi mungkin saja ini panggilan dari rumah sakit.
"Halo," sapa Chef Erik pada suara di telfon.
"Halo. Apakah saya berbicara dengan Chef Erik?" sapa seorang pria berumur 60 tahun.