Roma, 20 Maret 2019
Langit kelabu menyambut kedatangan Yerin di Leonardo da Vinci-Fiumicino International Airport. Ia berjalan mengikuti rombongan orang yang turun dari pesawat yang sama dengannya, menuju bagian imigrasi. Yerin memandang sekeliling lalu menghela nafas. Antrean panjang bukanlah hal yang disukai oleh perempuan itu. Segera setelah petugas memberikan stempel pada paspornya, Yerin segera melangkah pergi untuk mengambil koper besar yang dibawanya.
Benvenuti a Roma, Italia - Welcome to Rome, Italy. Tulisan yang tertera di atas pintu keluar bandara. Yerin mengambil foto pemandangan pertama yang ia lihat di kota itu. Pemandangan orang - orang yang bersua dengan kerabatnya, mobil yang berlalu - lalang, dan aroma lembab aspal setelah terguyur hujan, Yerin akan selalu mengingat hal itu. Aku telah sampai di sini, lalu apa? Yerin tersenyum kecut ketika menyadari bahwa ia belum memilliki rencana apapun setelah sampai di kota yang baru pertama kali dikunjunginya itu.
Yerin memutuskan untuk berkunjung ke salah satu tempat wisata di Roma, Trevi Fountain. Setelah bertanya pada petugas bandara, Yerin menunggu bus yang bisa membawanya menuju tempat bersejarah itu. Hujan mulai turun lagi dan semakin lama semakin deras. Setelah bus yang ditunggu tiba, Yerin bergegas naik dan duduk di barisan belakang, tempat favoritnya ketika naik bus. Ketika bus mulai berjalan, kondektur bus mulai berbicara dalam bahasa Inggris menjelaskan rute perjalanan yang akan dilewati untuk sampai ke Trevi Fountain.
Rintik hujan yang membasahi kaca jendela bus membuat pemandangan sepanjang jalan tampak kabur dan temaram. Yerin melirik jam tangannya, pukul lima sore. Berarti aku akan sampai di Trevi sekitar pukul enam. Coba tidak hujan, kurasa pemandangan di luar bagus untuk difoto.Tak lama kemudian Yerin tertidur dengan menyandarkan kepalanya di kaca jendela.
**********
Jakarta, 3 tahun yang lalu
"Yer, desain konsep buat project Pak Teddy sudah selesai? Orangnya mau liat progressnya nih lusa," ujar Rina, teman satu tim Yerin di kantor.
"Hah? Bukannya kemarin itu dia minta minggu depan ya? Baru setengah jadi nih," protes Yerin.
"Tadi gue baru dikabarin sama Mas Yanu, katanya project punya Pak Teddy dimajuin dua minggu. Kayanya sih acaranya mau dimajuin gitu jadi dia mau ngecek progress lusa, kalau oke langsung cetak." Rina menjelaskan pada Yerin dengan senyum kecut.
Yerin mendengus kesal mendengar kabar itu. Sepertinya ia akan lembur hari ini dan besok. Yerin tidak pernah suka lembur karena menurutnya itu hanya membuatnya kehilangan jam tidur, meskipun uang lembur yang diterima cukup banyak. Dering ponsel menyadarkan Yerin yang tengah serius menatap layar komputer di depannya. "Ya, halo Mas Yanu, kenapa? Oh iya tadi Rina udah kasi tau kok soal projectnya Pak Teddy. Tinggal dikit lagi sih ini besok saya kirim ke Mas Yanu." Yerin menutup telepon dari ketua timnya itu lalu kembali menatap layar komputer dan melanjutkan apa yang sedang dilakukannya tadi.
Ting! Ponsel Yerin kembali berbunyi dan dengan cepat Yerin melihat siapa kali ini yang mengirimkan pesan untuknya. Lah Wendy, tumben banget jam segini. Yerin membuka pesan dari sahabatnya itu dan seketika ia merasa tubuhnya tidak dapat bergerak. Setelah beberapa saat, Yerin mengetikan balasan kepada sahabatanya itu, thanks buat infonya hahaha. Yerin mematikan komputernya setelah memasitkan apa yang dikerjakannya tadi telah ia save di cloud storage dengan benar lalu membereskan barang - barangnya dan pulang ke apartemen.