Dolce Latte

Jenn
Chapter #5

Piazza Navona

Roma, 23 Maret 2019

Sinar matahari yang menyelinap masuk melalui celah tirai yang tidak tertutup rapat memaksa Yerin bangun dari tidurnya. Sudah jam berapa sekarang? Batinnya sambil berusaha meraih ponselnya yang berada di atas meja kecil di samping kasur. Hah, aku bahkan lupa men-charge ponselku. Yerin menaruh kembali benda yang tidak bisa menyala itu lalu duduk di tepi kasur. Ia diam menatap ke arah jendela yang tertutup tirai bermotif bunga tulip.

5 menit kemudian Yerin beranjak dari tempatnya, menyambungkan ponselnya ke pengisi daya, lalu pergi mandi. Sekembalinya, Yerin menyalakan ponselnya dan mendapati jam di ponselnya menunjukkan pukul 10:47. Kapan terakhir kali aku bangun sesiang ini? Enak sekali bisa bangun sesiang ini. Yerin tampaknya tidak memiliki rencana untuk pergi ke suatu tempat yang spesifik hari ini.

Ting!

Yerin menyambar ponselnya untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan. Tampak nama Wendy di bar notifikasi dan ia segera membuka pesan itu.

Yerin mengirimkan lagi beberapa foto pamandangan Colloseum pada sahabatnya itu. Katanya sih supaya bisa dijadikan wallpaper home screen.

**********

Terik matahari begitu menyengat ketika Yerin keluar dari hostel untuk mencari makan. Dia melewatkan sarapan dan sekarang sudah waktunya makan siang. Jalanan cukup ramai meskipun cuaca saat itu panas. Beberapa tempat makan yang berada dekat hostel tempat Yerin menginap cukup ramai dengan pelanggan yang datang untuk makan siang. Tempo hari Kyle pernah cerita kalau di daerah itu kedai dan restoran hanya ramai ketika waktu makan tiba jadi terkadang ada pemilik yang menutup tokonya jika belum tiba waktu makan.

Yerin sampai di depan Luna Panetteria. Ia melihat melalui jendela besar toko itu dan mendapati Kyle sedang melayani beberapa pelanggan. Perempuan itu memutuskan untuk tidak mengganggu laki - laki yang tampak sibuk itu, maka ia melanjutkan langkahnya. Sesampainya di plaza tempat Trevi Fountain berada, Yerin cukup terkejut karena tempat itu ramai oleh pengunjung, kebanyakan turis - turis.

Langkah Yerin melambat karena ingin menikmati suasana ramai yang tidak mengganggunya sama sekali.Tiba - tiba ...

Bruk!

Seorang anak perempuan kecil menabrak Yerin dan terjatuh. Reflek Yerin segera membantu gadis kecil itu berdiri. "Kau tak apa - apa?" tanya Yerin sambil memeriksa tubuh anak kecil itu apakah ada yang terluka atau tidak. "Thylane!" Seorang perempuan berlari ke arah Yerin dan anak kecil itu.

"Thylane, kau baik - baik saja?" katanya pada anak kecil tadi lalu pandangannya beralih pada Yerin. "Maafkan putri saya. Tadi saya sedang mengambil foto air mancur dan tiba - tiba saja dia berlari pergi."

"Iya tidak apa - apa. Sepertinya dia juga tidak terluka." Yerin kemudian berjongkok agar bisa berbicara dengan gadis kecil yang menabraknya tadi. "Lain kali jangan tinggalkan mama mu ya. Tempat ini ramai. Nanti kau bisa terpisah dari mama mu."

Gadis kecil itu kemudian berlari bersembunyi dibalik mamanya. "Thylane, ayo minta maaf dulu pada nona cantik ini. Tadi kamu sudah menabraknya. Dia pasti kesakitan," ujar mama gadis kecil itu sambil menarik lembut anaknya dari belakang tubuhnya. Dengan malu - malu gadis kecil itu berkata, "Thylane minta maaf karena sudah menabrak Anda, miss." Yerin mengangguk sambil tersenyum.

Yerin berjalan menyebrangi jalan besar di depan plaza Trevi Fountain. Di sisi kiri trotoar ada banyak toko - toko, kebanyak menjual makanan dan souvenir. Yerin berhenti di depan sebuah toko yang menjual manisan dan kembang gula yang tampak dipenuhi oleh pengunjung. Ia masuk ke dalam toko itu. Begitu pintu terbuka, wangi buah - buahan dan caramel menyeruak seakan menyambut pengunjung.

Interior toko itu agak kuno di beberapa tempat tetapi rak - rak yang berisi berbagai macam jenis permen tampak modern. Aku kan mau makan siang, kenapa aku jadi masuk ke toko permen? Namun begitu, Yerin tetap melanjutkan melihat - lihat permen yang dijual di sana. 15 menit kemudian Yerin keluar dari toko itu dengan membawa sebuah paper bag yang penuh dengan lollipop, gummy candy, dan licorice candy berbagai rasa.

Di ujung jalan, Yerin berbelok ke sebuah gang yang cukup besar. Siang itu Yerin memilih kedai yang menyajikan masakan tradisional Italia untuk makan siang. Tempat itu tidak terlalu ramai, mungkin karena letaknya yang berada di dalam gang jadi tidak terlalu terlihat oleh orang. Pilhan menu yang dipesan Yerin adalah Risotto, panganan khas Italia yang berbahan dasar beras. Dimasak sampai menghasilkan tekstur creamy dalam campuran kuah kaldu daging atau sayur, butter, bawang, dan keju Parmesan.

**********

Sekembalinya ke hostel, Yerin mengurus perpanjangan waktu menginap. Terjadi perbincangan singkat antara Yerin dengan si petugas resepsionis.

"Anda menikmati waktu Anda di sini?" tanya si petugas resepsionis.

"Ya, tentu. Saya baru pertama kali ke sini, jadi segala sesuatunya menarik."

"Anda akan tinggal di Roma untuk waktu yang lama?"

"Hmm, sepertinya begitu. Aku jatuh cinta dengan tempat ini," jawab Yerin.

"Oh kalau begitu sebaiknya Anda menyewa suatu tempat. Akan lebih murah."

"Ah iya juga. Terima kasih untuk sarannya."

Begitu ponsel Yerin tersambung ke jaringan wi-fi, benda itu tidak berhenti berdering. Siapa sih yang spam chat gini hari, batin Yerin jengkel. 5 pesan dari Wendy, 6 dari Rina, 20 dari KYLE! Bahkan laki - laki itu sempat meneleponnya 5 kali. Setelah membaca isi pesan - pesan tersebut, Yerin menyimpulkan suatu hal: ia harus mendapatkan SIM card baru agar dapat menggunakan internet meskipun tidak ada wi-fi.

Jam 3 sore Yerin keluar dari hostel untuk pergi ke Luna Panetteria. Toko roti itu tampak ramai dan hanya Kyle seorang diri yang melayani para pelanggan itu. Yerin yang merasa kasihan pada temannya itu segera membantu membereskan meja - meja yang telah selesai digunakan sehingga pelanggan lain dapat duduk. Ketika ia melewati Kyle, ia iseng berkata, "Kau harus memberikan bayaran padaku nanti."

Laki - laki itu hanya tersenyum sambil lanjut menyiapkan pesanan. Wajahnya tidak tegang seperti sebelum Yerin datang untuk membantu di toko. Sebenarnya Kyle sudah meminta tolong pada Yerin untuk membantu di toko tetapi perempuan itu tidak membaca satupun pesan atau mengangkat teleponnya.

**********

"Aku akan minta Arth mentraktirku gelato yang banyak setelah dia kembali dari Naples!" Kyle menyandarkan tubuhnya yang lelah ke pintu dapur setelah selesai membereskan dapur. Ia mengamati Yerin yang sedang merapikan meja dan bangku sambil tertawa mendengar ucapannya tadi. "Maaf ya jadi merepotkanmu," kataya lagi.

Yerin menarik kursi di meja deket jendela yang biasa didudukinya. Badannya terasa sakit karena jarang sekali mendapat kesempatan untuk duduk sejak ia datang untuk membantu di toko. "Hey, di mana aku bisa mendapatkan SIM card baru untuk dipakai selama aku di sini?" tanya Yerin tiba - tiba.

Kyle bergabung dengan Yerin di meja itu lalu menjawab pertanyaan tadi. "Memangnya kau akan tinggal berapa lama di sini?" tanyanya kemudian. Yerin tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "entahlah. Cukup lama mungkin." Keduanya terdiam setelah itu. Keheningan yang aneh meliputi kedua orang itu tapi tidak ada yang berusaha untuk menyingkirkannya.

Yerin tenggelam dalam pikirannya sendiri, dia berusaha mencari jawaban yang pasti atas pertanyaan Kyle tadi. Berapa lama ia akan berada di sana? Berapa lama ia akan kabur? Pertanyaan sederhana yang dilontarkan laki - laki itu menjadi klise bagi Yerin. Ia tidak dapat menjawabnya dengan pasti. Sejak sampai di Roma, Yerin terus mencari pembenaran atas keputusannya untuk pergi jauh dari rumahnya.

"Ini. Aku berikan gratis karena kau sudah membantuku hari ini," ujar Kyle seraya meletakkan sebuah gelas kertas berukuran sedang di depan Yerin. Sejak kapan ia pergi mengambil ini? Pikir Yerin ketika tersadar dari lamunannya. "Ayo kita jalan - jalan diluar. Aku sengaja menaruhnya dalam gelas kertas agar kau bisa membawanya sambil jalan - jalan." Kyle menggerakkan tanganya membentuk gestur yang meminta Yerin untuk segera beranjak dari kursinya.

Kedua orang itu berjalan perlahan dalam diam menuju plaza tempat Trevi Fountain berada. Sesekali Yerin meminum isi gelas kertas yang ada di tangannya. Sesampainya di plaza, mereka duduk di sebuah bangku taman yang banyak tersedia di sekitar air mancur.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Kyle pada perempuan di sebelahnya.

"Pertanyaanmu tadi. Sampai kapan aku di sini."

"Jika tidak ingin mengetahui jawabannya, tidak usah dipikirkan."

Benarkah aku hanya tidak ingin mengetahuinya, bukannya tidak tahu? Yerin kembali meminum cairan manis di dalam gelasnya yang sudah menjadi dingin. Mungkin saja Kyle benar. Yerin hanya tidak ingin mengetahuinya, bukan tidak tahu sama sekali. Ketika kau mengalami hal yang menyakitkan dan kau ingin "kabur", salah satu pertanyaan paling sulit yang kau hadapi adalah kapan kau akan kembali. Yerin baru mengerti alasan dirinya tidak bisa menjawab pertanyaan Wendy ketika sahabatnya itu menanyakan hal yang sama.

"Kyle, kau mau menjadi pemandu wisata lagi untuk ku?"

Lihat selengkapnya