Dolce Latte

Jenn
Chapter #6

Memulai Kembali

Roma, 28 Maret 2019

Setelah berkonsultasi dengan Wendy, hari ini Yerin membulatkan tekadnya untuk berbicara lagi pada Kyle. Perempuan itu mengabaikan sama sekali usaha Kyle untuk bertemu dengannya kemarin. Seharian Yerin mengurung diri di kamar hostel kemarin. Ia merasa bodoh karena telah berlaku kekanakan di depan Kyle ketika akhir kunjungan mereka ke Piazza Navona.

Percakapannya dengan Wendy kemarin sore terasa seperti sebuah tamparan keras bagi Yerin. Benarkah selama 3 tahun aku masih tetap dalam keadaan yang sama? Kupikir aku sudah move on. Ternyata tidak ya?

Jam 10 pagi Yerin pergi ke Luna Panetteria untuk menemui Kyle. Namun, orang yang dicari sedang tidak ada di sana. "Kami kehabisan coklat bubuk jadi dia sedang pergi membelinya. Sekalian beli makan siang. Kau mau ikut makan siang dengan kami? Aku akan meneleponnya untuk membelikan makanan untukmu juga," jelas Arth.

Sekitar tiga puluh menit kemudian Kyle masuk ke Luna Panetteria dengan bungkusan di kedua tangannya. Ia bergabung dengan Yerin dan Arth setelah meletakkan bungkusan - bungkusan itu di dapur.

Kyle meletakkan sebuah kotak kardus kecil di meja. "Aku menemukan ini ketika belanja tadi. Yerin, kau harus coba ini. Namanya Olive Ascolana. Jadi ini buah zaitun yang dibungkus dengan adonan daging giling lalu digoreng."

Yerin mengambil benda kecil di dalam kotak itu lalu memakannya. "Ini enak tapi sepertinya aku tidak terlalu suka buah zaitun jadi agak aneh menurutku," komentar Yerin.

"Arth, boleh minta waktu sebentar? Aku ingin bicara dengan Kyle," Yerin tiba - tiba angkat suara. "Please. Ada sesuatu yang harus kami selesaikan."

**********

Yerin dan Kyle menempati sebuah bangku dekat Trevi Fountain. Yerin meremas ujung blousenya serta mengatupkan bibirnya. Entah kemana keberanian yang tadi sudah susah payah dikumpulkannya. Ayolah Yer. Cuma minta maaf saja. Bukan hal yang sulit, ia mengulang - ulang kalimat itu dalam hati.

"Aku minta maaf." Akhirnya kata - kata itu berhasil keluar dari mulut Yerin.

"Maaf atas sikapku yang menyebalkan kemarin ketika perjalanan pulang dari Piazza Navona. Aku seperti itu karena..." Yerin tidak sanggup melanjutkan perkataannya.

"Jangan. Jangan katakan apapun kalau kau tidak bisa." Kyle berbicara sambil menatap jalanan plaza yang ber-paving.

Kyle mengangkat wajahnya dan mendapati perempuan di sebelahnya sedang menatapnya dengan nanar. Bahkan ia bisa melihat genangan air mata di kedua sudut mata perempuan itu. "Aku tidak marah. Aku pikir aku yang harus minta maaf karena telah melakukan sesuatu yang membuatmu kesal."

Tangis Yerin pecah, membuat beberapa orang yang berada didekat sana sontak menoleh pada sumber suara tangisan. "Yerin, orang - orang melihat ke sini. Kau tidak perlu menangis. Aku baik - baik saja. Aku tidak marah padamu." Kyle berusaha menenangkan Yerin tapi tampaknya usahanya itu tidak berhasil. "Ayo ikut aku sebentar." Laki - laki itu menarik tangan Yerin dan menjauh dari Trevi Fountain.

Kedua orang itu masuk ke sebuah bangunan bertingkat tiga bercat biru muda yang sudah tampak pudar. "Kau bisa duduk di sana," kata Kyle sambil menunjuk sebuah bean bag chair berwarna biru tua. Kyle memberikan sekotak tisu pada Yerin lalu ia menghilang ke balik partisi yang tempat Yerin duduk dengan dapur.

Ruangan itu berbentuk persegi dengan cat yang didominasi warna biru muda dan putih. Di satu sisi ada sebuah partisi kayu berukir yang di baliknya terdapat dapur dan di sisi satunya ada sebuah meja makan kecil yang cukup untuk empat orang. Di sisi ruangan satunya, ada sebuah televisi LED berukuran besar yang menempel di tembok, sebuah meja pendek, sebuah sofa kelabu, dan beberapa bean bag chair biru tua seperti yang diduduki Yerin.

"Ini di mana?" tanya Yerin ketika Kyle kembali dan memberinya sebuah mug besar berisi cairan berwarna coklat pekat.

"Rumahku. Maaf jika agak berantakan. Aku sangat jarang membereskan lantai bawah."

Sesungguhnya Yerin tidak mengerti kenapa Kyle mengatakan tempat yang terlihat rapi itu berantakan. Huh? Dari sebelah mananya ini berantakan? Sepertinya apartemenku di Jakarta jauh lebih berantakan dari ini, batin Yerin seraya menyesap cairan berwarna coklat dari mug besar di tangannya.

Kyle mengambil tempat di bean bag chair di sebelah Yerin. "You alright?" Kyle memulai pembicaraan. Yerin mengangguk pelan hampir tak terlihat. Yerin menghela napas lalu berkata, "Aku benar - benar minta maaf. Kau tahu, seharian kemarin aku tidak tenang dan bahkan aku tidak bisa tidur di malam hari."

Laki - laki di sebelah Yerin bergeming sesaat lalu berkata, "Tidurlah yang nyenyak malam ini. Okay?" Kemudian ia melanjutkan, "Oh iya, lebih baik kita kembali ke toko. Aku sudah membelikan makan siang untukmu juga."

**********

Arth sudah menunggu kedua orang itu di toko setelah ia memasang pemberitahuan istirahat makan siang di pintu toko. "Ayo, aku sudah menghangatkan makanan kalian. Nanti keburu dingin lagi. Kukira kalian tidak akan kembali ke sini," kata laki - laki itu ketika Kyle dan Yerin masuk.

Kyle membeli 3 porsi Gnocchi dari toko yang tempo hari dikunjungi Yerin dan Kyle ketika mereka akan ke Colloseum. "Yerin, kau bisa minum wine?" tanya Kyle setelah mereka menghabiskan Gnocchi masing - masing. "Bisa. Aku terkadang pergi ke bar waktu masih di Jakarta," respon Yerin. Kyle menghilang ke dapur dengan membawa peralatan makan yang tadi mereka pakai.

Lihat selengkapnya