Roma, 31 Maret 2019
Yerin terbangun karena suara alarm ponselnya yang berdering pukul 5 pagi. Beberapa saat Yerin bingung ketika melihat langit - langit kamarnya. Ia pun merasakan itu ketika ia duduk dan melihat sekeliling kamarnya. Oh iya, sekarang aku sudah tidak di hostel lagi. Kemarin malam Yerin pindah ke kamar di rumah Kyle setelah seharian membereskan tempat itu dan membeli beberapa perabotan baru.
Yerin membaringkan lagi dirinya lalu memejamkan mata. Aku sudah di sini hampir dua minggu. Sejauh ini semua berjalan cukup baik. Aku mendapatkan tempat tinggal yang murah, berkenalan dengan seseorang yang mengerti seluk beluk kota ini, dan menemukan tempat nongkrong yang nyaman. Perempuan itu tersenyum samar, mengingat kembali tempat - tempat yang sudah ia kunjungi.
Satu jam kemudian Yerin turun ke lantai 1 dengan membawa handuk dan perlangkapan mandi. Lantai 1 masih gelap, hanya terlihat cahaya dari arah dapur. Betapa terkejutnya perempuan itu ketika melihat Kyle di dapur. "Kau mengagetkanku, Kyle! Kukira kau belum bangun karena lampu di sini masih mati," seru Yerin sambil memegang dadanya.
"Hah? Aku biasa bangun jam segini, Yer. Harus siap - siap ke toko," ujar Kyle ramah tanpa memalingkan wajahnya pada Yerin karena ia sedang memotong bawang. "Boungiorno, gorgeous."
"Apaan sih, Kyle!" Yerin buru - buru berlari ke kamar mandi setelah mendengar Kyle memanggilnya "gorgeous". Semoga dia tidak melihat wajahku tadi huhuhu.
Kyle tertawa ringan melihat tingkah temannya itu. Ia kembali fokus pada egg soup buatannya yang sebentar lagi matang. Kemarin ia pergi membeli beberapa bahan makanan untuk membuatkan Yerin sarapan hari ini. Kulkasnya yang selama ini hampir kosong melompong kini terisi beberapa macam sayur untuk salad, salad dressing, telur, susu, bawang, sosis, dan mentega.
Yerin keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepalanya. Ketika Kyle melihat itu, ia tertawa terbahak - bahak sehingga membuat Yerin bingung. "Kenapa kau meletakkan handuk di kepalamu seperti itu?" tanya Kyle penasaran.
"Kau tidak pernah melihat orang melakukan ini? Ini supaya rambutku cepat kering," jelas Yerin yang kemudian ikut tertawa karena melihat Kyle tertawa.
Setelah menenangkan diri, Kyle bertanya pada Yerin, "Kau mau makan salad pagi ini? Aku beli beberapa sayur kemarin. Aku juga buat Egg Soup untukmu." Yerin mengangguk untuk menjawab pertanyaan Kyle sedang ia menarik salah satu kursi di meja makan lalu duduk di sana. Ia mendengarkan suara pisau yang beradu dengan talenan dari balik partisi. Laki - laki di balik partisi itu sedang memotong sesuatu, kemungkinan besar sayuran untuk salad.
**********
Hari ini Yerin akan pergi ke salah satu tempat di Roma yang memiliki banyak toko baju, toko sepatu, dan toko furnitur bergaya vintage. Kyle menceritakan tentang salah satu shopping street di Roma yang ramah dengan kantong turis dan Yerin tampaknya sangat tertarik untuk ke sana. Yerin sempat kecewa karena hari ini Kyle tidak bisa menemaninya ke tempat itu karena laki - laki itu harus membantu Arth untuk melakukan stock opname di toko dan memesan bahan - bahan roti dan kopi yang sudah hampir habis.
Naik bus nomor 62 dari halte Corso/Minghetti, turun di halte Chiesa Nouva, lalu jalan sedikit untuk sampai di Via del Governo Vecchio. Yerin mengingat - ingat rute perjalanannya kali ini karena ia akan pergi sendiri. Tentu saja ia tidak ingin tersesat di kali pertamanya jalan - jalan jauh dari daerah Trevi Fountain seorang diri.
Yerin menunggu bus nomor 62 di halte dengan beberapa orang yang menurutnya terlihat seperti turis. Mungkin mereka juga ingin ke Via del Governo Vecchio. Tak lama kemudian bus yang akan ia naiki datang. Setelah 10 menit perjalanan, bus sampai di halte Chiesa Nouva. Kemudian ia berjalan mengikuti arah yang ditunjukkan oleh papan penunjuk arah. Tidak sulit menemukan lokasi Via del Governo Vecchio.
Suasanya yang jauh berbeda dirasakan Yerin begitu ia sampai di persimpangan menuju Via del Governo Vecchio. Jalan itu sangat ramai. Itu kesan pertama yang ditangkap oleh Yerin. Kemudian ia mengabadikan momen itu dengan kameranya. Langkahnya pun berlanjut dan ia melihat banyak sekali toko - toko di sepanjang jalan itu. Kebanyakan adalah butik dan toko asesoris, namun tak jarang Yerin menemui toko yang menjual barang - barang bergaya khas zaman Romawi kuno. That's so... Italy.
Setelah sekitar 5 menit menyusuri jalan itu, Yerin masuk ke sebuah toko yang menjual pernak pernik dan hiasan - hiasan meja. Etalase toko yang terlihat dari jendela yang cukup besar membuat Yerin tertarik untuk memasuki toko itu. Hawa dingin dari pendingin ruangan menerpa wajah Yerin ketika ia membuka pintu. Samar - samar tercium aroma citrus di toko itu. Interior toko itu sebagian besar terbuat dari kayu berwarna coklat tua. Sebuah lampu gantung dan beberapa lampu bohlam kecil memberikan penerangan yang menenangkan.
Etalase dan rak - rak di toko itu berwarna putih gading, sangat kontras dengan warna ruangannya. Di salah satu etalase Yerin melihat berbagai hiasan meja berbahan porselen berbentuk landmark yang ada di Italia. Di samping etalase itu ada sebuah rak setinggi dada Yerin yang memajang piring - piring porselen dengan gambar pemandangan plaza - plaza yang ada di Roma.
"Ciao, c'รจ qualcosa che posso aiutare?" kata seorang perempuan yang membuat Yerin terkejut.
"Ah... Maaf," kata Yerin pelan pada orang yang berbicara padanya tadi. Orang tadi segera mengerti jika jika Yerin tidak mengerti bahasa Itali.
"Halo, ada yang bisa saya bantu?" kata orang itu lagi.
"Hmm, saya ingin melihat - lihat. Anda pemilik toko ini?"
"Ya, saya pemilik toko ini. Silakan melihat - lihat. Saya ada di meja kasir jika Anda membutuhkan saya," kata orang itu ramah.
Yerin mengangguk sambil tersenyum pada perempuan itu. Orang yang ramah. Yerin melanjutkan melihat benda - benda yang dijual di toko itu. Sepuluh menit kemudian Yerin menaruh beberapa hiasan meja kecil dan sebuah tirai manik - manik di meja kasir. Si perempuan pemilik toko memasukkan barang - barang itu dalam sebuah paper bag setelah menghitung total harganya.
"Toko mu sangat menyenangkan dan bagus," ujar Yerin seraya mengambil paper bag dari meja kasir setelah membayar belanjaannya.
"Terima kasih. Datang kembali ya kapan - kapan." Perempuan itu terdengar senang.
Toko selanjutnya yang dimasuki Yerin adalah toko yang menjual lampu meja. Yerin membeli sebuah lampu meja berbentuk kubus di sana. Ini benar - benar shopping street yang luar biasa! Aku pasti akan ke sini lagi, Yerin bergumam sambil terus berjalan untuk mencari toko menarik lainnya. Terakhir Yerin masuk ke sebuah toko yang tampak ramai. Toko itu menjual lilin wangi. Pengunjung toko, yang kebanyakan turis, berlalu - lalang di antara rak - rak yang memajang lilin wangi berbagai ukuran dan aroma.
**********
Jam 1 siang Yerin sampai di Luna Panetteria. Tempat itu cukup ramai siang itu, jadi Yerin menaruh barang - barang belanjaannya lalu membantu Kyle dan Arth mengantar pesanan ke meja - meja. Sekitar jam setengah empat barulah toko itu agak lengang. Ketiga orang yang melayani toko itu akhirnya mendapat kesempatan untuk beristirahat, tetapi Kyle melanjutkan stock opname.
"Bagaimana jalan - jalanmu? Sepertinya kau membeli banyak barang," tanya Arth pada Yerin.
"Tempat itu seru sekali! Aku akan ke sana lagi kapan - kapan. Aku beli beberapa barang untuk kutaruh di kamar. Aku beli ini untuk kalian." Yerin mengeluarkan satu box berisi sepasang lilin wangi dan memberikannya pada Arth.
"Thanks. Oh iya, kau suka tempatnya Kyle?"
"Ya, tentu. Lebih luas dari kamar hostel dan dia membolehkan ku untuk memasang wallpaper. Dia sudah bilang jam 5 nanti akan menemaniku membeli wallpaper?"
"Iya dia sudah bilang. Dia sampai melakukan stock opname dari pagi. Biasanya mana mau dia melakukan itu di pagi hari hahaha," Arth tertawa ringan.
Arth memperhatikan Yerin yang sedang berkutat dengan ponselnya. Sebagai orang yang percaya akan takdir, ia selalu berpikir kedatangan perempuan itu ke tempatnya dan Kyle merupakan suatu hal yang baik dan juga aneh. Arth dan Kyle sudah berteman sejak awal kuliah, mereka bertemu saat kegiatan orientasi. Sejak saat itu mereka sering kali melakukan aktivitas bersama, backpacking ke luar negeri, sampai akhirnya mereka patungan untuk membuka sebuah toko roti setelah lulus kuliah.
Sekian tahun mengenal Kyle, Arth sudah hafal sifat sahabatnya itu. Bahkan ia juga ada bersama Kyle ketika sahabatnya itu berada di titik terendah yang pernah dialaminya 3 tahun lalu. Setelah kejadian itu, Kyle yang dikenal Arth seakan berubah menjadi orang lain. Namun, ia melihat sesuatu yang lain ketika Kyle bertemu dengan Yerin. Maka dari itu, Arth berharap agak banyak dari pertemuan sahabatnya itu dengan seorang perempuan bernama Yerin yang datang dari belahan bumi lain yang bahkan tidak Arth ketahui letaknya.
**********
Yerin dan Kyle berpamitan pada Arth ketika mereka akan pergi mencari wallpaper. Yerin menceritakan tentang jalan - jalannya di Via del Governo Vecchio. Kyle menyimak cerita perempuan di sampingnya itu sambil sesekali menjatuhkan pandangannya pada wajah Yerin. Oh my...She's so gorgeous, Kyle tidak bisa berhenti mengatakan hal itu dalam hatinya.
"Kau suka pantai, Yer?" tanya Kyle random ketika mereka sedang melihat - lihat wallpaper di salah satu toko interior rumah.