Roma, 12 April 2019
Sudah jam 9 pagi tetapi Yerin belum keluar dari kamarnya. Ketika Kyle mengajaknya untuk sarapan bersama, ia mengatakan pada laki - laki itu bahwa ia sedang malas turun. Kyle pun mengalah dan berpesan pada Yerin untuk memakan sarapannya jika ia sudah mood untuk turun. "Jangan lupa makan sarapanmu, okay. Aku buat sandwich dan Ceasar Salad. Saladnya aku taruh kulkas," pesan Kyle dua jam lalu yang hanya dibalas dengan gumaman pelan oleh Yerin yang masih berbaring di kasur.
Setengah jam kemudian Yerin turun dengan membawa laptop di genggamannya. Ia berniat browsing tempat wisata untuk dikunjungi. Sudah agak lama sejak ia pergi ke Santa Severa. Yerin mengeluarkan salad dari kulkas dan meletakkannya di meja makan, di samping laptopnya. Well, coba kita lihat tempat apa lagi yang bisa dikunjungi... Yerin memeriksa situs yang memberikan saran tempat wisata di sekitar Roma dan ia melihat Pantheon.
Yerin mencari beberapa informasi terkait tempat itu sambil mengunyah saladnya. Baiklah, aku akan mengunjungi Pantheon. Di sini tertulis aku bisa jalan kaki sekitar 15 menit untuk sampai di sana. Setelah menutup kembali laptonya, Yerin menghabiskan sandwich yang ada di bawah tudung saji berbahan stainless steel.
Jalanan di depan rumah Kyle tampak sepi ketika Yerin mengunci pintu depan dan mulai berjalan menuju Luna Panetteria untuk menemui Kyle. Ia ingin bertanya pada laki - laki itu apakah ia bisa menemaninya ke Pantheon lusa. Tiba - tiba langkah Yerin terhenti ketika lewat di depan sebuah mobil. Ia memandangi pantulan dirinya di kaca mobil tersebut. Apa aku terlalu berlebihan? Aku hanya ingin bertanya sebentar pada Kyle, tapi aku pakai make up dan baju bagus seperti ingin kencan. Ah tidak tahu deh! Yerin melanjutkan langkahnya, memutuskan untuk tidak peduli pada tanggapan Kyle atau Arth ketika melihatnya nanti.
**********
Yerin ikut mengantre dengan beberapa orang yang hendak memesan. Arth yang menjaga counter pemesanan dan kasir hari itu.
"Satu tiramisu dan Dolce Latte dingin," kata Yerin ketika tiba gilirannya memesan.
"Hai Yer, tumben ke sini?"
"Aku ingin bertemu Kyle. Aku mau mengajaknya jalan - jalan lusa nanti," kata Yerin yang tampak ceria.
"Oh baiklah nanti aku bilang kalau kau mencarinya. Tiramisu dan Dolce Latte dingin. Semuanya jadi €5. Selamat menikmati pesananmu, nanti Kyle akan mengantarkannya ke mejamu." Arth mengambil uang yang diberikan Yerin dan memasukkannya ke mesin kasir.
Yerin melihat sekeliling, mencari meja yang kosong. Ia berjalan ke arah meja dekat jendela di pojok ruangan yang biasa didudukinya. Lima menit kemudian Kyle datang dengan membawa pesanan Yerin. Laki - laki itu meletakkan Tiramisu dan Dolce Latte di meja lalu menarik kursi di seberang Yerin.
"Pantas saja sepertinya aku kenal kombinasi pesanan ini. Ada apa, Yer? Tadi Arth bilang kau ingin menemuiku?" Kyle segera menanyakan maksud kedatangan Yerin.
"Hmm, lusa kau sibuk tidak?" tanya Yerin sambil memotong Tiramisunya dengan sendok.
"Lusa? Tidak sibuk sih tapi aku ada janji hari itu. Kenapa?"
"Oh kau sudah punya janji ya... Baiklah tak apa kalau begitu." Suara Yerin terdengar kecewa ketika mengatakannya.
"Oke, aku kerja lagi ya. Nanti aku akan masak pizza untuk makan malam." Kyle beranjak dari tempatnya dan berjalan ke arah dapur.
Yerin segera menghabiskan Tiramisu dan Dolce Latte nya kemudian keluar dari Luna Panetteria dan berjalan menuju Trevi Fountain. Ia mengamati orang - orang yang melempar koin ke dalam kolam dan berfoto di depan air mancur itu. Ingatan tentang kali pertamanya menginjakkan kaki di tempat itu menyeruak kembali, sudah cukup lama sejak aku sampai di sini.
**********
Roma, 14 April 2019
Yerin meraih kamera dan memasukkannya ke dalam tas ransel kulit pemberian Arth kemudian mencabut ponsel dari charger dan memasukkannya pula ke dalam tas. Setelah memastikan pintu kamarnya sudah terkunci dengan benar, ia turun ke lantai 1 dan mendapati tempat itu sangat hening. Kyle sudah pergi sejak dua jam yang lalu. Yerin melihat ada sebotol susu putih dan sebuah tudung saji stainless steel di atas meja makan. Secarik kertas menempel di tudung saji:
Hey, gorgeous!
Sebelum pergi pastikan kau menghabiskan Quiche dan susunya. Kunci pintu dengan baik. Aku akan pulang agak malam sepertinya. Nanti malam kunci saja pintu depan jika aku belum di rumah. Have a great trip!
Yerin menarik kursi lalu duduk dan mulai menyantap Quiche yang sudah dingin. Kira - kira dia mau kemana ya hari ini sampai akan pulang malam. Yerin yang penasaran mengetuk pelan permukaan meja makan dengan jarinya sambil tetap mengunyah Quiche yang menurutnya sangat enak meski ia belum pernah makan hidangan itu sebelumya.
Hari itu Yerin memilih sneakers merah maroon dari empat buah sneakers nya yang adai rak sepatu untuk di pakainya jalan - jalan di Pantheon. Selama dua puluh lima menit selanjutnya ia jalan kaki menuju Pantheon. Tak jauh dari Trevi Fountain, sebuah kerumunan menarik perhatian Yerin sehingga perempuan itu menghampirinya.
Beberapa orang keluar dari kerumunan dengan membawa wadah kotak kertas yang mengeluarkan aroma asin yang harum. Yerin berusaha menerobos ke tengah kerumunan untuk melihat apa yang ada di sana. Samar - samar ia dapat mendengar suara mendesis dari sesuatu yang sedang ditumis.
Stand kecil yang menjual berbagai jenis makanan yang ditumis itu memang selalu ramai. Terletak tak jauh dari Trevi Fountain membuat stand itu menjadi salah satu favorit turis - turis yang melancong ke sana. Stand itu mulai berjualan sejak jam sembilan pagi dan semua dagangannya akan habis sebelum pukul tiga sore. Yerin beruntung karena ia belum terlalu terlambat untuk mengantre.
Yerin memesan satu porsi tumisan daging dan sayuran dari menu yang ada. Ia memperhatikan si penjual, laki - laki berumur sekitar sekitar tiga puluhan membuat pesanan - pesanan para pelanggannya. Si penjual dibantu oleh seorang perempuan yang tampak umurnya tidak berbeda jauh. Sepuluh menit kemudian Yerin keluar dari kerumunan sambil mengangkat tinggi - tinggi wadah kotak kertas agar tidak tersenggol oleh orang lain.
Ini tampak seperti tumisan biasa, tapi orang - orang sampai berkerumun untuk membelinya. Yerin menilai isi wadah kotak kertasnya sambil duduk di sebuah bangku taman yang ada di pinggir jalan. Ia memakan tumisan itu dan akhirnya ia mengerti kenapa orang - orang itu rela mengantre untuk membeli makanan itu. Yerin merasakan sesuatu yang berlum pernah dirasakannya tapi ia sangat menyukainya. Kombinasi antara aroma lemon dan entah herbal apa serta sedikit rasa pedas membuat tumisan ayam dan sayuran itu sangat lezat.
**********
Cekrek!
Yerin memotret bagian depan bangunan Pantheon dalam satu frame. Bangunan yang dibangn sekitar tahun 113 - 125 M itu berdiri megah di depan Yerin. Tiang - tiangnya kokoh seakan tidak termakan usia dan warnanya pun seakan tidak terlihat pudar meskipun telah melewati banyak musim dan cuaca. Tulisan M·AGRIPPA·L·F·COS·TERTIVM·FECIT yang tertera di bagian depan bangunan itu menunjukkan bahwa seseorang bernama Marcus Agrippa lah yang dulu membangun bangunan megah tersebut. Saat ini, Pantheon digunakan sebagai gereja sekaligus tempat tujuan wisata di Roma.
Begitu masuk ke dalam Pantheon, Yerin tidak bisa berhenti mengagumi setiap bagian hall utama gedung tersebut, entah sudah berapa kali Yerin menggumamkan 'wow' dari mulutnya. Tiang - tiang kokoh menyangga langit - langit yang berbentuk dome dengan sebuah lubang di tengahnya dan dipenuhi ornamen khas zaman Romawi kuno. Lantai marmernya pun terlihat sangat mewah.
Setelah berkeliling beberapa saat, Yerin melihat jam tangannya dan benda itu menunjukkan saat itu sudah pukul dua belas kurang sepuluh menit. Hmm mungkin sebaiknya aku mencari tempat makan di sekitar sini sebelum penuh oleh orang - orang yang akan makan siang juga. Yerin keluar dari Pantheon dan menyusuri jalanan dekat sana.