Roma, 16 April 2019
Suara ketukan pintu membangunkan Yerin dari tidurnya. Ia melihat jam digital di meja kecil di samping kasurnya menunjukkan pukul 8.37 pagi. Ingin rasanya kembali tidur tapi seseorang di luar kamarnya terus saja mengetuk pintu. "Iya, iya sebentar!" seru Yerin dengan nada malas.
Kyle baru hendak mengetuk lagi pintu kamar Yerin ketika pintu itu terbuka. "Ada apa? Aku jadi terbangun karena kau mengetuk pintu terus," kata Yerin dengan muka masam. "Maaf jika membangunkanmu," kata Kyle ragu sembari mengangsurkan secarik kertas pada Yerin. "Datanglah ke tempat yang ada di kertas itu nanti sore."
Yerin mengikuti dengan tatapannya laki - laki yang menuruni tangga sampai laki - laki itu tidak dapat dilihatnya lagi. Setelah ia menutup kembali pintu kamarnya, ia membaca isi secarik kertas yang diberikan Kyle padanya tadi. Di sana tertera sebuah alamat yang ditulis tangan oleh Kyle. Bahkan tulisan tangannya pun sangat aku sukai. Sepertinya lama - lama aku bisa gila, batin Yerin sambil mengamati tulisan tangan yang tergolong rapi untuk seorang laki - laki.
**********
Kyle menelepon Arth ketika mendapati temannya itu belum ada di toko pagi itu. "Tumben sekali kau belum di toko jam segini?" tanya Kyle ketika Arth menjawab teleponnya. "Hey, sorry aku tidak sempat mengabarimu. Tadi sebenarnya aku sudah di toko tapi aku harus segera ke Naples. Mom meneleponku dan mengabari bahwa Dad masuk rumah sakit." Suara Arth tidak terdengar terlalu jelas karena bercampur dengan suara dari keramaian stasiun. "Ah baiklah. Semoga ayahmu baik - baik saja." Kyle memutuskan sambungan telepon lalu memasukkan ponselnya ke saku celana.
Hmm, apa sebaiknya aku tidak usah buka hari ini karena Arth pergi mendadak sekali dan aku punya janji dengan Yerin nanti sore. Kyle kembali mengunci pintu Luna Panetteria lalu berjalan ke Trevi Fountain. Ketika ia melayangkan pandangannya ke arah air mancur, sesuatu menarik perhatiannya dan membuatnya berhenti berjalan. Ia menatap seorang perempuan yang tengah berdiri dekat kolam air mancur sambil menatap patung - patung yang ada di sana.
Apa yang sedang kau pikirkan, Yerin Alexandra? Apa kau kecewa padaku? Kyle tersenyum pahit melihat perempuan yang selama beberapa hari terakhir selalu memenuhi pikirannya. Getaran ponsel di saku celana mendistraksi perhatian Kyle. "Ya halo?" kata Kyle tanpa melihat nama penelepon yang tertera di layar.
"Hey, K. Ini aku. Kau di mana? Bisa bertemu sekarang?" kata seorang perempuan di seberang yang terdengar ceria.
"Hmm, jangan hari ini, Clara. Mungkin lain waktu. Aku sedang sibuk sekarang," kata Kyle berbohong.
"Yah sayang sekali. Aku ingin jalan - jalan lagi denganmu. Baiklah, kapan - kapan akan kuhubungi lagi. Pastikan kau sediakan waktu ya. Bye, K!"
Kyle tertegun ketika menyadari bahwa dirinya sudah berbohong pada Clara. Jika diingat - ingat, selama ini ia belum pernah sekalipun berbohong pada perempuan itu. Kenapa aku melakukan ini? Perhatian Kyle kembali tertuju pada Yerin yang sekarang sedang merogoh saku jaketnya mencari sesuatu. Kyle tidak dapat melihat apa yang digenggam perempuan itu ketika ia mengeluarkan tangannya dari sakunya.
Sekelompok turis lewat di depan Kyle, menghalangi pandangan laki - laki itu selama beberapa detik. Ketika turis - turis itu sudah lewat, Kyle mendapati Yerin tidak ada lagi di tempatnya tadi. Kemana dia? Cepat sekali menghilangnya. Kyle menyapukan pandangannya ke sekeliling plaza Trevi Fountain, mencari sosok Yerin yang tiba - tiba menghilang.
**********
Yerin merapatkan jaketnya lalu berjalan menuju Trevi Fountain. Luna Panetteria masih tutup ketika Yerin melewati tempat itu hingga menimbulkan pertanyaan di benaknya, tumben sekali tempat itu masih tutup jam segini. Plaza tempat Trevi Fountain sudah cukup ramai ketika Yerin tiba di sana. Ia berdiri di pinggir kolam air mancur lalu memandangi air yang mengalir dari atas patung - patung ke dalam kolam.
Dua orang anak kecil berlari menghampiri kolam air mancur dan berdiri tepat di sebelah Yerin. Kedua anak itu terlihat menggenggam sesuatu di tangan mereka. Setelah mereka berbicara satu sama lain dalam bahasa yang tidak dimengerti Yerin, mereka mengatupkan tangan layaknya seperti orang yang sedang berdoa lalu tak lama kemudian mereka melempar benda yang mereka genggam sejak tadi. Dua buah koin perak mendarat di dasar kolam, bergabung dengan teman - teman mereka yang sudah lebih dulu ada di sana.
Ah legenda itu ya. Semoga mereka benar - benar akan kembali ke sini suatu hari nanti. Kalau tidak pasti mereka akan sangat kecewa. Yerin tersenyum samar setelah melihat apa yang dilakukan kedua anak kecil tadi. Apa aku harus mencobanya juga?
Yerin bukanlah orang yang percaya pada hal - hal semacam itu. Baginya, cukup sulit untuk percaya pada kebenaran cerita yang mengatakan jika kau melempar koin ke dalam kolam Trevi Fountain maka suatu saat kalian akan kembali ke kota tempat air mancur itu berada. Tapi hari itu Yerin merogoh saku jaketnya dan mendapati sebuah koin perak yang kemudian digenggamnya.
Aku pasti sudah gila hahaha, pikir Yerin ketika ia memejamkan matanya persis seperti yang dilakukan kedua anak kecil tadi. Setelah ia membuka kembali matanya, ia melemparkan koin perak di tangannya ke dalam kolam air mancur. Aku benar - benar sudah gila karena melakukan hal ini. Yerin melangkah pergi dari pinggir kolam dan berjalan ke arah tempat ia tempo hari membeli jajanan pinggir jalan ketika ia pergi ke Pantheon.
Setelah sekitar 10 menit berdesakan dengan orang - orang yang hendak membeli jajanan, Yerin berhasil keluar dari kerumunan dengan membawa sebuah kotak kertas berisi tumisan yang harum. Ia duduk di salah satu bangku taman yang ada di dekat sana lalu mulai menyantap jajanannya. Baru suapan kedua, ponsel Yerin berdering dari dalam tasnya. Kyle yang menelepon.
"Halo, Kyle. Ada apa?" Yerin membuka pembicaraan.
"Kau di mana?"
"Hmm, aku di sekitar Trevi. Ada apa, Kyle?" Yerin mengulang pertanyaannya kembali.
"Tidak. Aku hanya ingin tahu saja. Baiklah, sampai ketemu nanti sore."
"Eh, tadi aku lihat..." Yerin belum sempat menyelesaikan kalimatnya karena Kyle sudah menutup teleponnya.