Yerin keluar dari kamarnya pukul 1 pagi karena ingin ke toilet. Acara makan malam yang direncanakan oleh Kyle akhirnya dibatalkan karena Yerin tidak mau memberi tahu Kyle maupun Arth dirinya ada di mana. Perlahan Yerin menuruni tangga karena ia masih mengantuk dan penerangan di lorong tangga redup. Tangannya memegang erat rel tangga yang menempel di tembok sebelah kirinya.
"Yerin? Selama ini kau ada di rumah?" Kyle yang baru dari dapur tampak terkejut melihat Yerin yang sudah mencapai anak tangga paling bawah. "Kenapa kau tidak mengatakan padaku kalau kau di rumah?! Aku dan Arth mencarimu, sampai - sampai kami mengira kau tersesat dan tak bisa pulang karena kau tidak tahu apa - apa tentang tempat ini!" ujar Kyle setengah berteriak karena emosinya tiba - tiba memuncak. Amarah yang terpancar dari kedua manik mata Kyle membuat Yerin merasa lemas dan ia pun terduduk. Ke, kenapa dia marah? Aku takut.
Setelah mendapatkan kembali kekuatannya, Yerin berdiri lalu berlari menaiki anak - anak tangga menuju ke kamarnya. Beberapa kali ia hampir terjatuh karena tidak melihat dengan jelas anak tangga. Begitu pintu kamarnya tertutup, Yerin duduk bersandar pada benda itu berusaha mengatur napasnya yang terasa sesak. Sudah lama tidak ada yang memarahiku, aku jadi takut. Kalau dingat - ingat terakhir kali yang pernah memarahiku hanya Mas Yanu waktu aku salah cetak dummy karena tidak memperhatikan ketika rapat. Sepertinya dua tahun lalu ya.
Tidak ada yang pernah mengetahui jika Kyle marah memang seseram itu, kecuali Arth. Selama ini orang - orang hanya tahu bahwa Kyle bukanlah orang yang mudah marah meskipun menghadapi suatu hal yan biasanya akan membuat orang lain marah. Terakhir kali Kyle marah besar adalah ketika ia putus dari Clara dulu, dan itu pun hanya Arth yang tahu. Kyle sama sekali tidak memarahi Clara saat itu.
**********
"Yerin, kau bangun?" Kyle berkata pelan dari depan kamar Yerin. Sesaat tidak ada jawaban dari si penghuni kamar. Mungkin dia masih tidur, pikir Kyle yang hendak melangkah pergi namun terhenti karena Yerin menyahut dari dalam, "Masuk saja, Kyle. Pintunya tidak terkunci."
Kyle menekan gagang pintu lalu mendorong pintu sedikit lalu mengintip dari celah itu. "Masuk saja, Kyle," kata Yerin yang terdengar jengkel. Kyle pun masuk ke kamar Yerin yang tampak temaram karena satu - satunya sumber cahaya adalah lampu meja kecil di samping kasur Yerin. Ia melihat perempuan itu ada di kasur sambil memangku laptop.
Kyle duduk di tepi kasur Yerin lalu memandang perempuan yang tidak menggubrisnya sama sekali sejak ia masuk. "Maafkan aku." Kyle mengucapkan dua kata itu lalu terdiam sejenak. "Maaf tadi aku meneriakimu. Aku hanya sedang merasa marah karena hal - hal yang terjadi kemarin," lanjut Kyle.
Yerin menutup laptopnya dan menaruh benda itu di meja kecil lalu memandang Kyle yang menundukkan wajahnya sedari tadi. "Kyle," panggil Yerin. Kyle menolehkan wajahnya pada Yerin dan melihat tangan perempuan itu terulur ke arahnya. "Kenapa diam? Sini ayo," kata Yerin ketika Kyle hanya bergeming. Laki - laki itu pun menggeser tempatnya duduk lebih dekat kepada Yerin kemudian ia meraih tangan Yerin.
Perasaan hangat yang aneh segera menjalar ke seluruh tubuh Kyle tepat setelah ia menggenggam tangan Yerin. Tiba - tiba saja Yerin menarik tangan Kyle sehingga laki - laki itu kini berada tepat di depan Yerin, wajah mereka berhadap sehingga Yerin dapat melihat dengan jelas wajah Kyle. Seulas senyum nampak di wajah Yerin lalu perempuan itu melepaskan genggamannya dari tangan Kyle kemudian ia melingkarkan tangannya di bahu Kyle.
"That's okay, aku baik - baik saja. Mungkin hanya sedikit terkejut," ujar Yerin lembut.
"Kumohon jangan membenciku, Yerin."
"Tentu tidak. Aku tidak ingin membencimu."
"Apakah kau kesal karena melihatku dan Clara?"
"Sedikit, tapi aku tidak ingin jadi orang yang egois."
Aku cemburu sebenarnya, tapi aku hanya menjadi tahu diri saja. Aku hanya seseorang yang baru - baru ini datang ke hidupmu. Tidak bisa dibandingkan dengan Clara yang sudah lama mengenalmu, bahkan pernah mengisi satu bagian dalam dirimu.
Yerin kemudian menangkupkan tangannya di wajah Kyle lalu bekata, "Kau tahu, aku rasa aku juga pernah berada di posisimu. Ketika seorang yang sangat kau cintai ternyata tidak memiliki perasaan yang sama denganmu."
**********
Roma, 28 April 2019
Sepelan mungkin Yerin mengangkat kopernya menuruni tangga agar tidak menimbulkan suara dan membangunkan pemilik yang sedang terlelap di lantai 2. Sekarang pukul setengah empat pagi, Kyle pasti masih terlelap. Sesampainya di lantai 1, Yerin berjalan menuju dapur lalu menaruh kunci kamarnya dan secarik kertas yang terlipat di meja makan.
Yerin mengenang kali pertamanya datang ke rumah itu, ia duduk di beanbag chair biru tua sambil meminum coklat panas. Pandangannya menyapu sekeliling ruangan lantai 1, untuk merekam setiap sedut rumah itu sebanyak yang dia mampu. Hari ini Yerin memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Kejadian akhir - akhir ini sangat mengganggu pikirannya sehingga ia rasa sebaiknya ia kembali ke Jakarta.