“Sehan, Kamu sudah mulai siapin barang-barang untuk di sekolah baru belum?” tanya seorang pria paruh baya yang sedang berdiri di ambang pintu kamar.
Merasa namanya terpanggil. Anak laki-laki yang sedang duduk di hadapan meja belajar menoleh ke ambang pintu, tempat pria paruh baya itu memanggilnya. “Udah, Pa. Semuanya udah beres kok tinggal rapihin buku pelajar lagi sedikit.”
Yap, nama anak laki-laki yang dipanggil itu bernama Sehan. Sehan Navy Nugraha. Memiliki perawakan tinggi dan wajah yang tegas merupakan turunkan dari papanya. Sedangkan, warna kuning langsat pada kulitnya merupakan turunan dari mamanya. Sehan adalah anak tunggal dikeluarganya, jadi tidak heran kalau semua hal tentang dirinya pasti sangat diperhatikan oleh kedua orang tuanya.
"Disana Kamu harus bisa jaga nama baik keluarga kita, ya. Jangan buat onar lagi seperti di sekolah Kamu yang dulu," ucap papa mencoba memperingatkan Sehan. “kalau Kamu sampe bikin kasus lagi dan dikeluarin dari sekolah baru itu. Kamu bakal Papa keluarin juga namanya dari kartu keluarga!” lanjut papa dengan nada tenang, tapi menusuk.
Mendengar ancaman itu membuat bulu kuduk Sehan merinding. Sehan tahu persis setiap kata yang diucapkan oleh papanya itu bukanlah hanya bualan semata karena papa adalah tipe orang tua yang tegas. Sekali mengatakan sesuatu, beliau pasti akan menepatinya.
"Masa gitu sih, Pa. Kenapa Papa sampai ngancem begitu? Sehan kan anak baik-baik." Sehan mencoba untuk merayu papa. Berusaha supaya beliau menarik kembali kata katanya atau setidaknya mengurangi ancamannya itu. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi di sekolah barunya. Kalau memang Sehan sampai dikeluarkan lagi bagaimana? Tamat sudah riwayatnya.
"Kita itu keluarga terpandang, Nak. Jangan bikin Papa dan Mama malu karena berita tentang Kamu dikeluarin dari sekolah. Apalagi alasannya karena mencederai teman sekelas. Itu tidak baik Sehan."
"Papa enggak perlu dengerin apa kata orang lain. Lagi pula berita itu cuman dari mukut ke mulut, pasti cepat hilang kok. Niat Sehan kan baik, Pa. Sehan mau bantuin temen sekelas yang -"
Papa memotong omongan Sehan lalu berkata, "Kamu memang menolong temen Kamu, tapi disisi lain kamu juga nyelakain orang lain. Seharusnya Kamu enggak perlu dorong Niko segitunya sampai menyebabkan tangan dia jadi patah. Apa itu patut untuk dipuji?"