---Haruna---
“Anda siapa?”
Sebentar. Dari sekian ucapan yang bisa dikatakan, kenapa yang keluar malah dua kata itu? Anda siapa? Itu bukankah menunjukkan sebuah pertanyaan mengenai siapa aku ini? Seolah-olah orang di depanku ini tidak mengenaliku. Ada yang salah pasti. Tapi, dari raut wajahnya, dia sepertinya tidak bercanda. Apalagi, tadi dia sempat menatap dengan serius ke wajah aku, membuat aku sempat salah tingkah tadi. Apa dia benar-benar sudah lupa?
“Aku Haruna, teman kamu.”
Aku akhirnya memilih untuk menyebutkan namaku. Siapa tahu, dia bisa mengingat kembali mengenai diriku. Lalu, kami berdua terdiam. Tapi, aku tetap melihat sejenak wajah tampannya itu. Sekarang, ia terlihat sedang menundukkan wajahnya sambil memegang dagunya. Gerakan khas ketika seseorang tengah berusaha berpikir. Namun, beberapa saat kemudian, cowok itu menggelengkan kepalanya. “Maaf, saya tidak ingat anda.”
Jelas saja aku terkejut. Padahal aku sudah menunggunya hampir setahun. Tapi, respons dari dia benar-benar mengejutkan. Aku pun terdiam karena masih tidak percaya dengan ini. Di saat aku sedang mematung karena kaget, anak laki-laki itu terlihat seperti tidak peduli. “Jonatan, padahal ini aku, Haruna. Kamu tidak ingat?”
“Maaf. Tapi, sepertinya anda salah orang.”
Tidak, Jonatan. Aku tidak salah orang. Aku yakin, kamu adalah Jonatan yang aku kenal. Tapi, bagaimana aku menyadarkan anak ini? Aku tidak punya bukti yang kuat untuk meyakinkan dia kalau ia adalah Jonatan, temanku di kampung ini. Saat aku sedang sibuk berpikir mengenai cara untuk mengingatkan Jonatan mengenai diriku, tiba-tiba anak itu berdiri. Membuat aku sedikit panik karena Jonatan sepertinya hendak pergi.
“Maaf. Kalo tidak ada kepentingan lain, saya pergi.”
“Tunggu sebentar!” Entah mengapa, tiba-tiba kalimat itu keluar dari mulutku saat Jonatan hendak pergi meninggalkanku. Seolah kalau aku ingin berusaha kembali untuk membuatnya ingat kembali. Jonatan menghentikan gerakannya, tidak jadi pergi karena aku menahannya. Ia pun mengeluarkan handphone-nya, kemudian terlihat sedang melihat sesuatu di sana.
Sebentar. Aku melihat ada yang aneh dari handphone Jonatan. Aku melihat barang yang aku kenal. Bisa saja jika ia mempunyai barang yang sama. Tapi, ini aneh. Tidak umum rasanya jika anak laki-laki seperti Jonatan menyimpan barang itu. Aku yakin kalau aku tidak salah lihat.
Aku melihat sekilas ada tali merah yang terikat di handphone-nya. Persis seperti yang aku beri dulu. Tidak mungkin Jonatan membeli tali itu hanya sekadar untuk pajangan, kan? Pasti ada maksud lain. Dan aku yakin, itu pasti berasal dari aku. Jadi, aku sekarang yakin, barang yang menempel di handphone Jonatan itu adalah barang pemberian seseorang. Benar, aku merasa bisa menggunakan itu untuk membuat Jonatan ingat kembali. Tapi, kenapa anak itu tidak mengingat aku? Ada apa ini?