Don't Forget Me, Please?

William Oktavius
Chapter #6

Can't Understand with That

---Jonatan---

“Gadis yang aneh.”

Tanpa sadar, gua mengucapkan kalimat itu saat bisa pergi dari hadapan perempuan itu. Perasaan, gua gak kenal sama anak itu, tapi kok dia merasa gua udah jadi teman dekatnya ya? Apa benar dia tidak salah orang? Ada-ada saja.

Awalnya, gua berusaha untuk tidak memedulikan anak itu, sekalipun dia terus menerus menghujani gua dengan berbagai macam pertanyaan. Tapi, saat gua merasa itu sudah mulai menganggu, akhirnya gua meminta maaf karena tidak mengingat sama sekali mengenai dirinya. And then, dia ternyata masih memaksa. Akhirnya, daripada gua berdebat dan membuat kepala gua pusing, gua akhirnya memutuskan untuk pergi saja dari pantai ini. Masih ada waktu lain buat menikmati pantai, jadi lebih baik hari ini menghindar saja dulu dari orang ini.

Tapi, kenapa pas dia tanya mengenai tali handphone ini, gua merasa sedikit aneh ya? Kayak ada perasaan bersalah gitu karena gak berhasil mengingat asal tali merah itu dari mana. Padahal, dia kan bukan orang yang gua kenal. Tapi, kenapa gua rasanya kayak gak enak gitu ya karena gak bisa memberikan jawaban yang memuaskan untuk anak itu?

Gua kemudian merogoh kembali handphone milik gua. Sambil menatap ulang kembali, gua mencoba mengingat kembali asal mula tali merah itu. Beberapa saat, gua menatap terus tali merah itu. Bahkan, gua sampai memejamkan mata, mencoba mengingat kembali asal dari tali itu. Sayangnya, gua sepertinya tidak mendapatkan informasi sama sekali. Terasa kosong. Yang gua bisa ingat, tali itu sudah ada saat gua memegang handphone itu. Jadi, memang gua tidak tahu asal usul dari tali merah itu.

“Ya sudah lah. Lagian, gua juga gak kenal anak itu,” gumam gua mencoba untuk menenangkan diri. Tidak perlu merasa begitu bersalah jika tidak bisa menjawab pertanyaan gadis tadi. Toh, gua memang benar tidak ingat, apa yang harus gua paksakan lagi? Jadi, daripada terus memendam perasaan bersalah, lebih baik mencoba menenangkan diri saja, seolah tidak ada yang terjadi.

Gua menoleh kembali ke arah pantai. Sepertinya, matahari sudah mau terbenam. Langit orange yang gua lihat terasa begitu cantik. Ah, gua mau melihat matahari terbenam dulu deh, baru pulang ke rumah. Gua melirik sekilas ke arah belakang, mencoba memastikan perempuan tadi tidak mengikuti gua. Setelah yakin bahwa tidak ada kehadiran dari perempuan itu, gua pun lalu berjalan ke sisi lain, dan kemudian duduk di sana. Menghabiskan waktu sejenak memandangi indahnya matahari terbenam sambil menikmati semilir angin laut yang menenangkan, yang tentunya akan gua susah untuk temui jika sudah kembali ke Jakarta.

*****

Jonatan-kun! Temani aku di sini!

Gua langsung terbangun saat ada yang menarik gua di dalam bayangan itu. Sesaat kemudian, gua akhirnya bisa sadar kalau tadi itu hanyalah mimpi. Gua sekarang udah berada kembali di kamar. Sambil memegangi kepala gua yang terasa sedikit sakit, gua mencoba mengingat apa yang terjadi di dalam mimpi itu.

Suara itu lagi? bisik gua sedikit heran saat menyadari adanya kesamaan suara yang pernah aku terima. Sudah beberapa kali gua harus mengalami kejadian aneh ini. Dari yang awalnya gua pikir hanyalah sebuah mimpi, lalu berusaha untuk tidak memedulikannya, kini malah menjadi mimpi yang terus menghantui setiap tidur gua. Untungnya hal ini tidak terjadi setiap hari. Jika iya, gua tidak bisa membayangkan akan sejelek apa wajah gua saat bangun dari tidur karena dihantui mimpi yang sama terus-menerus.

“Dia siapa sih? Kok sok asik banget rasanya,” gerutu gua saat mengingat kembali cara gadis itu memanggil nama gua. Anehnya, meskipun gua udah beberapa kali mencoba melupakan mimpi itu, perempuan di dalam mimpi itu akan kembali datang beberapa hari kemudian. Seperti telah dikutuk bahwa gua dan gadis itu harus bertemu di dalam mimpi. Masalahnya, gua gak kenal dia itu siapa.

“Jonatan-kun, Jonatan-kun. Apa-apaan coba itu?” omel gua lagi karena merasa kesal dengan panggilan yang aneh itu. Gua pun berusaha mengusir pikiran gua dengan cara mengibas-kibaskan tangan di dekat kepala gua. Seolah mengusir semua yang ada di dekat gua. Setelah itu, gua pun mengambil handphone, hendak memulai hari yang baru ini dengan mengecek apa saja yang ada di handphone gua itu.

Lihat selengkapnya