Don't Forget Me, Please?

William Oktavius
Chapter #7

That's Okay If I Just Meet Him at Dream

---Haruna---

Aku terbangun ketika merasa ada sesuatu yang menimpa kepalaku. Aku langsung membuka mata dan kini aku bisa melihat sekelilingku adalah kamar yang biasa aku tempati. Aku menghela napas sejenak, merasa sedikit kecewa. Meskipun begitu, aku tetap merasa senang. Setidaknya aku masih bisa melihat anak itu, walaupun hanya melalui mimpi.

Aku melangkahkan kaki ke luar apartemen. Awalnya, aku sedikit menyesal karena memilih untuk memulai perkuliahan di bulan April. Aku saja baru lulus dari SMA itu di minggu kedua bulan Maret. Tidak lama setelah itu adalah tanggal 1 April, artinya perkuliahan sudah mau dimulai. Ya, karena aku adalah mahasiswa baru, jadinya aku harus ikut orientasi dulu selama satu minggu, baru setelahnya nanti aku benar-benar belajar di universitas. Liburan yang sangat tidak terasa.

Tapi, aku begitu terkejut saat mengingat kembali bagaimana sikap Jonatan kepadaku beberapa minggu lalu. Sepertinya itu bisa menjadi satu-satunya alasan yang membuatku bersyukur telah memilih untuk berkuliah di bulan April. Sebelumnya, aku mengira, aku akan menikmati liburan singkat ini bersama dengan Jonatan. Aku tidak akan rela karena liburan ini pastinya akan terasa sangat cepat. Namun, ketika merasa Jonatan seolah tidak bisa mengingat diriku, aku hanya bisa terdiam. Aku memilih untuk tidak memaksakan Jonatan untuk mengingat diriku, karena saat itu, Jonatan terlihat benar-benar sudah melupakanku. Aku kemudian memutuskan untuk meninggalkannya dan kembali seorang diri.

Setelah itu, aku bersyukur karena berkuliah di bulan April. Itu artinya, aku bisa mempunyai kegiatan lain untuk dikerjakan. Lagipula, siapa tahu memang Jonatan sudah sedikit lupa. Nanti saja kalau liburan panjang akan aku usahakan untuk membuat ingat lagi anak itu mengenai siapa diriku.

Omong-omong, saat ini aku adalah mahasiswa semester pertama di salah satu universitas di Tokyo. Walaupun sebenarnya aku diminta untuk tetap di Kyoto saja, tapi aku ingin juga bisa merasakan hidup mandiri di Tokyo. Lagipula, Kyoto dan Tokyo bisa ditempuh dengan kereta cepat Shinkansen, yang kurang lebih memakan waktu dua jam, jadi bisa dibilang kalau dua kota ini sebenarnya tidak begitu jauh.

Mengingat kembali mengenai Jonatan, sepertinya sudah lima bulan aku tidak bertemu dengannya. Kira-kira, dia sedang melakukan apa ya? Sekarang aku sedang libur pergantian semester. Sebenarnya, aku bisa-bisa saja kembali ke Indonesia. Tapi, aku teringat. Jonatan pindah ke Jakarta dan aku tidak tahu tepatnya dia berada di mana. Aku belum siap jika harus menghabiskan waktu berhari-hari untuk mencari seorang Jonatan tanpa ada informasi sama sekali. Lagipula, aku juga belum siap jika aku bisa bertemu lagi dengannya, tapi dianya malah tidak ingat dengan aku. Bisa-bisa aku merasa sedih lagi seperti yang kualami beberapa bulan lalu.

Lihat selengkapnya