---Jonatan---
Jonatan-kun! Ayo kita bermain bersama. Biar kamu gak lupain aku juga nanti.
“Huaaa!”
Gua terkejut saat tiba-tiba terjatuh dari tempat tidur. Duh, rasanya makin hari, hidup gua makin banyak terornya. Bagaimana tidak? Baru saja, gua bermimpi kalau gua diajak bermain dengan perempuan. Perempuan yang suaranya sama di beberapa mimpi gua belakangan ini. Apa ini semacam santet? Yang bisa membuat gua dan dia bertemu terus di dalam mimpi? Sulit dipercaya jika hal-hal gaib itu masih terjadi di tahun ini. Zaman sudah modern, Bos! Masa masih ada saja hal-hal seperti ini? Tapi, karena belakangan ini gua bermimpi hal yang sama, mau tidak mau gua harus mulai memikirkan adanya kemungkinan gua sudah terkena pelet.
Gua berusaha menjernihkan pikiran kembali. Sebenarnya, apa yang terjadi sih? Kenapa gadis yang di mimpi itu selalu berusaha minta gua berusaha mengingat sesuatu? Gua aja gak tahu apa yang harus diingat, kenapa dia benar-benar keras kepala sih? Terus juga, kenapa gua jadi mimpiin dia terus? Apa jangan-jangan, gua emang benar udah kena pelet? Walaupun awalnya gua gak mau percaya hal itu, tapi kalau kejadiannya berulang terus kayak begini, siapa tahu kalau pelet itu benar bekerja di dunia ini kan?
Merasa tidak akan habis untuk terus dipikirkan, gua memilih untuk mengalihkan fokus gua untuk bersiap kembali ke sekolah. Ini masih pagi soalnya. Jangan sampai karena terlalu lelah mengurusi mimpi yang itu-itu lagi, gua jadinya tidak fokus untuk belajar. Jadinya, gua segera bangun dari tempat tidur lalu bersiap diri menuju ke sekolah.
*****
“Padahal Jonatan ganteng, tapi kalo mukanya kayak gitu, berasa hidup bakalan suram banget ya.”
“Cih.”
Gua hanya merutuk saat mendengar ledekan dari Leo. Wajah gua pasti udah benar-benar berantakan sampai itu anak ngomong kayak gitu. Iya sih, karena mimpi itu lagi, gua jadinya makin kusut. Padahal gua udah berusaha buat gak mikirin mimpi itu, tapi tetap aja gua jadinya kepikiran lagi. Perlu gua tekanin kata lagi di sini biar kalian semua tahu betapa gua merasa terganggu akibat mimpi random itu. Ya walaupun gua juga senang sih dibilang ganteng sama teman-teman gua. Tapi, intinya tetap saja sama. Wajah ganteng gua jadi tertutup karena sudah keburu kusut akibat dihantui mimpi yang sama terus-menerus.
Gua kemudian duduk dengan tidak semangat di kursi gua. Gua juga langsung menenggelamkan kepala gua di dengan kedua tangan, merasa tidak ada tenaga untuk menghadapi hari ini.
“Kali ini kenapa? Ayo sini cerita. Gua siap mendengarkan keluhan lo.”
“Benar tuh. Lo belakangan ini kayaknya lagi banyak masalah. Ayo sini, kita siap jadi teman curhat lo.”
Gua hanya menhela napas kembali saat mendengar Leo dan Revandra berbicara demikian. Sudah jelas mereka hanya ingin mendengarkan masalah yang sedang gua alami. Belum tentu anak itu mau memahami. Paling ujung-ujungnya mereka menjadi meledek gua. Biasa. Orang-orang yang kepo dengan masalah orang lain. Hih, kebiasaan.
Tapi, kalau dipikir lagi, sepertinya bercerita dengan orang lain tidak ada salahnya juga. Bisa jadi gua bisa meringankan beban pikiran karena bercerita. Lalu, gua bersama dengan teman-teman gua berusaha mencari solusi dengan cara diskusi dan berbagi ide bersama-sama. Nah, masalahnya, dua anak ini suka meledek gua kalau gua lagi kesusahan. Apalagi ini karena perempuan. Gua gak bisa membayangkan seberapa besar ledekan yang akan mereka berikan kepada gua.
Hahahaha, jadi Jonatan mimpi ketemu sama perempuan yang sama berkali-kali? Cinta mati banget itu artinya.