---Jonatan---
Gua perlahan membuka mata. Terasa sedikit pusing ternyata. Tidak lama setelah itu, gua bisa mendengar Revandra dan Leo menghembuskan napasnya lega. Sebentar. Ini suasananya sedikit berbeda. Gua bisa mencium aroma yang menenangkan di sini. Sesaat, gua kemudian menengok ke kiri dan ke kanan, tempat ini memang asing di mata gua.
“Ini di mana?” tanya gua akhirnya. Perlahan, gua memegangi kepala gua lagi. Bayang-bayang yang menyeramkan kembali lewat di pikiran gua. Cukup mengerikan rasanya, jadi gua berusaha tidak mau mengingat hal seram itu lagi. Selain itu, rasa sakit masih begitu terasa di kepala gua. Terasa begitu menyiksa.
“Di rumah sakit,” jawab Leo. Terlihat wajah itu berubah menjadi lega saat melihat gua sudah tidak kenapa-kenapa.
“Lo kenapa? Ada sakit? Kok aneh bisa tiba-tiba pingsan kayak gitu?”
Gua menoleh sejenak. Terlihat Revandra cukup khawatir kepada gua. “Tiba-tiba pingsan?” tanya gua sedikit bingung. Gua pun mencoba mengingat kembali mengenai apa yang terjadi sebelum gua sampai di sini. Ah iya, karena foto itu kayaknya yang ngebuat gua pingsan. Pantas saja Revandra terlihat khawatir. Kalau gak salah kan, dia yang memberikan foto itu ke gua. Terus gua tiba-tiba pingsan. Jadi, harusnya dia masih kaget karena kejadian itu.
“Iya. Kita jadinya panik pas liat lo tiba-tiba teriak terus pingsan. Jadinya, kita langsung emergency call ke rumah sakit yang terdekat dari rumah lo, terus akhirnya kita bawa lo ke sini deh,” lanjut Revandra menjelaskan kepada gua apa yang terjadi setelah gua kenapa-kenapa. Sambil tersenyum, gua bersyukur karena mempunyai teman yang baik.
“Gak tahu kenapa. Gua ngerasa kepala gua sakit banget habis lihat foto yang lo kasih. Terus, karena gua gak bisa tahan sakit itu, gua akhirnya pingsan. Maaf kalau gua udah bikin kalian cemas.”
Sesaat gua melihat kedua teman gua itu menggelengkan kepalanya. “Gak usah minta maaf. Gua sama Leo pasti khawatir sama lo kalo lo kenapa-kenapa. Cuma, ya tadi itu emang mendadak banget sih, jadinya gua sempat panik tadi.”
“Benar. Tapi, kalo lo udah baikan, gua udah lega kok.”
“Terima kasih, Leo dan Revandra.”
Sesaat gua baru sadar. Iya, gua pingsan karena foto itu. Tapi, kenapa ya? Kenapa karena gua bisa pingsan cuma karena melihat foto. Gua pun mencoba mengingat kejadian pas masih di rumah, tapi rasanya kepala gua menjadi semakin sakit kalau dipaksa mengingat kembali. Tingkah laku gua yang menahan sakit sepertinya membuat dua teman gua khawatir lagi. Buktinya, mereka langsung menanyakan keadaan gua kembali karena gua sempat mengaduh kesakitan sambil memengangi kepala. Gua kemudian menenangkan mereka sambil berkata bahwa ini hanyalah efek karena pingsan saja, jadi mereka tidak perlu khawatir.