Don't Forget Me, Please?

William Oktavius
Chapter #21

Haruna's Part

---Haruna---

“Aku ada di mana?”

Aku terbangun dari tidur. Aku merasa seperti sudah tertidur cukup lama. Aku lalu melihat ke sekeliling, rasanya seperti berada di tempat yang asing. Aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi hingga akhirnya aku bisa terbangun di tempat ini.

Sesaat, aku menyadari, ada sesuatu yang aneh pada tubuhku. Aku merasa badanku begitu ringan. Aku kemudian mencoba untuk menepuk pipiku. Tidak terasa apa-apa. Sepertinya aku memang masih bermimpi. Tapi, mimpi ini terasa cukup nyata bagiku. Meskipun begitu, aku tidak terlalu memedulikannya. Aku lalu bangkit berdiri dan kemudian keluar dari tempat yang aku tiduri.

“Kalau ini mimpi, apa aku bisa menembus dinding?”

Aku hanya terkekeh saat pikiran seperti itu melintas di kepalaku. Aku kemudian mencoba untuk menembus dinding yang ada di dekatku. Ternyata berhasil. Aku bisa melewati dinding itu dengan mudah. Ah, andai saja mimpi ini menjadi nyata, tentu menyenangkan jika aku mempunyai kemampuan untuk menembus dinding. Jadinya, aku kan tidak perlu memutar mencari pintu jika hanya ingin ke ruangan sebelah. Cukup menembus dinding saja. Jauh lebih mudah daripada hal yang biasa dilakukan sehari-hari.

Saat aku sedang sibuk berpikir mengenai kemampuan untuk menembus dinding, tiba-tiba aku mendengarkan suara asing. Aku menengok ke sekeliling. Aneh rasanya. Suaranya begitu jelas bisa aku dengar, tapi aku tidak tahu di mana sumber suaranya. Lalu, isi dari suara itu juga terdengar cukup aneh.

“Mohon maaf, Haruna. Kamu belum bisa datang ke tempat di mana seharusnya kamu berada. Masih ada hal yang perlu kamu selesaikan dengan seseorang. Jadi, kamu perlu menyelesaikannya terlebih dahulu, baru kamu bisa datang kemari.”

Datang ke mana coba? Aku masih tidak paham dengan maksud suara barusan. Jadinya, aku berusaha untuk tidak ambil pusing dengan pemberitahuan itu. Bisa saja itu hanya khayalanku saja dan terasa nyata karena aku memikirkannya, kan?

Sebuah ingatan tiba-tiba lewat di kepalaku. Sesaat, kepalaku menjadi sedikit sakit. Aku tiba-tiba teringat dengan hal yang ingin aku lakukan sebelum mengalami mimpi ini. “Benar juga. Aku kan jadi bisa pergi ke gedung utama kuil itu dengan wujud seperti ini. Tidak perlu merasa bahaya karena aku bisa kabur dengan lebih mudah.”

Lihat selengkapnya