Don't Forget Me, Please?

William Oktavius
Chapter #23

Don't Forget Me, Please?

---Jonatan---

Gua hampir saja terisak membaca kalimat harapan dari Haruna. “Jadi, dia ingin mencoba mengembalikan ingatan gua ketika dia bertemu dengan gua?”

Tapi, Haruna kalau tidak salah sudah sekitar satu bulan menghilang. Orangtuanya saja tidak bisa menemukannya. Jelas saja peluang untuk gua bisa melihatnya lagi cukup kecil. Tidak. Gua malah merasa, gua pasti tidak akan bisa menemuinya lagi.

Walaupun begitu, gua masih mempunyai barang yang ditinggalkan oleh Haruna. Dengan beberapa catatan ini, gua harap bisa mengembalikan ingatan gua terhadap Haruna lagi. Maafkan gua, Haruna. Gua sudah pernah melupakan lo, batin gua saat membaca catatan-catatan itu.

Saat gua sedang memikirkan perempuan ini, gua jadi tiba-tiba teringat dengan semua mimpi yang pernah gua alami. Kelakuannya tidak berbeda jauh dengan apa yang ada tertulis di catatan ini. Di catatan itu tertulis bahwa Haruna pernah memanggil gua dengan sebutan “Jonatan-kun” dan gua merasa bingung dengan panggilan itu. Sama seperti gua di dalam mimpi, gua begitu bingung saat ada perempuan yang memanggil gua dengan sebutan “Jonatan-kun” juga.

“Jangan-jangan, perempuan di dalam mimpi itu adalah Haruna?” tebak gua sedikit takut. Jika tebakan gua benar, berarti gua sudah menjadi cowok yang jahat. Cowok yang tega melupakan seseorang, yang orang itu sendiri menganggap diri gua begitu berharga untuknya.

Perlahan, suara panggilan itu terngiang kembali di dalam pikiran gua. Gua mengingat kembali beberapa potongan mimpi yang bisa gua ingat dan sudah terhenti selama sebulan lebih itu. Hati gua terasa begitu sesak karena telah mengabaikan mimpi yang pernah gua terima. Ternyata, selama ini Haruna ingin mencoba mengembalikan ingatan gua dengan cara hadir di dalam mimpi gua. Haruna memberi gua pertanda, tapi gua mengabaikannya begitu saja.

“Kalau begitu, pas dia pergi ke tengah laut dan tenggelam, itu artinya…? Terus mimpi gua juga ikut berhenti, apa ada kaitannya kah dengan hilangnya Haruna?” tanya gua lagi. Gua merasa ada sedikit keanehan di sini. Gua sudah tidak memimpikan perempuan itu lebih dari sebulan, lalu orangtua Haruna juga memberitahu bahwa Haruna sudah hilang lebih dari satu bulan. Kenapa waktunya bisa tepat begini ya?

Gua lalu membaca kembali beberapa catatan yang ada di situ. Haruna mencatat bahwa ada sebuah kuil yang terpencil dan sedang diteliti oleh dosennya. Tertera juga kontak dari dosen itu di sana. Lalu, Haruna menambahkan catatan bahwa terdapat beberapa artefak rahasia di dalam kuil itu, cukup tepat untuk dijadikan tempat rahasia karena kuilnya itu cukup terpencil. Haruna ingin meneliti itu, jadi dia meninggalkan beberapa catatan serta nomor dosennya sehingga ia bisa menghubunginya di saat butuh.

Gua menjadi penasaran dengan itu semua. Sepertinya, gua harus menjadi perpanjangan tangan Haruna dan meneliti ini. Lagipula, dia juga ingin memberikan barang-barangnya ini, tentu dia pasti ada berharap sesuatu kepada gua, meskipun gua sudah lupa ingatan.

Gua tidak sabar untuk esok hari!

*****

Keesokan paginya, usai sarapan pagi, gua langsung berlari menuju pantai yang biasa gua datangi ketika bersama Haruna dulu. Berbekal dari catatan Haruna yang gua pegang, gua mencoba menyusuri pantai itu. Letaknya tidak begitu jauh dari sisi yang biasa gua datangi, hanya saja, tempat yang ditunjukkan Haruna sedikit berada di dalam. Tidak begitu terlihat jika didatangi oleh para wisatawan.

Sesampainya di sana, gua menyadari bahwa sisi pantai ini memang agak sedikit terpencil. Karena itu, pantai ini menjadi sepi akibat tidak terjangkau oleh banyak orang. Pantas saja dulu Haruna sering mengajak gua bermain di sini. Tempatnya cukup tenang, jadi sepertinya kami bisa bermain dengan puas dulu.

Gua lalu membuka kembali catatan yang gua bawa. “Katanya di dekat sini ada kuil?” tanya gua sedikit bingung. Gua menengok ke berbagai arah, sepertinya tidak ada kuil yang dimaksud. Lalu, di mana kuil yang Haruna katakan itu? Sepertinya memang benar bahwa kuil ini cukup terpencil, jadi tempat itu menjadi tempat yang menarik untuk diteliti bagi dosennya Haruna.

Setelah mengamati dengan lebih teliti lagi, gua akhirnya bisa menemukan sebuah kuil di dekat pantai itu. Benar ternyata, tempatnya terletak cukup dalam, tertutupi oleh berbagai macam tanaman yang ada di pantai. Letaknya juga masuk ke dalam sisi pantai yang tidak terlihat secara sekilas, membuat kuil ini sedikit menyeramkan.

Ketika gua berjalan masuk ke dalam kuil, gua merasa ada sensasi yang cukup familiar. Meskipun begitu, gua mulai merasa tidak nyaman pada diri gua. Seolah ada sesuatu yang terus menusuk di kepala gua. Walaupun begitu, gua mencoba memaksakan diri dan terus menjelajahi kuil ini.

Gua menengok sebentar ke belakang. Dari sini, view yang ditunjukkan dari kuil ini cukup menarik. Gerbang kuil dan juga ada pemandangan pantai. Tapi, gerbang dan sisi pantai tidak secara langsung berhadapan, melainkan sedikit berada di samping. Sepertinya orang yang dulu membuat kuil ini ingin menjadikan tempat ini sebagai tempat persembunyian.

Gua lalu berjalan kembali ke dalam kuil. Tapi, semakin gua berjalan masuk ke area kuil, semakin gua merasa kepala gua sakit. Pertanda apa lagi ini? Tapi anehnya, walaupun gua tahu gua akan menyiksa diri sendiri karena rasa sakit ini, gua merasa badan gua ini tidak mau berhenti berjalan. Gua pun terus melangkah sambil menahan sakit di kepala.

Saat tiba di salah satu sisi kuil, gua terhenti. Banyak hal yang hadir di kepala gua, membuat kepala gua terasa semakin sakit. Gua pun jatuh terduduk di sana. Sambil mengedarkan pandangan dan berusaha mengingat kembali, gua terdiam ketika melihat salah satu sisi kuil. Gua pun langsung tersentak saat melihat kilatan peristiwa yang ada di depan mata gua itu.

*****

---Haruna---

Lihat selengkapnya