Don't Forget Me, Please?

William Oktavius
Chapter #31

Interrogate the Shrine

---Jonatan---

Kurang baik apalagi coba gua kepada teman-teman gua. Gua akhirnya memberikan mereka waktu tiga hari untuk bersantai dulu sebelum memulai rencana menggeledah kuil. Ya, itu karena pendapat mereka berdua juga sih. Andai Leo dan Revandra tidak protes mengenai jadwal liburan kami, ya mereka sudah gua suruh untuk berkunjung ke kuil hari ini.

“Memang benar makanan laut itu enak. Apalagi kalo masih segar.”

Benar juga sih. Walaupun gua tinggal di Jakarta, tapi gua jarang memakan makanan laut yang masih segar. Segar di sini maksudnya benar-benar dari tempat penampungan ikan lalu langsung diolah ya. Kalau sudah masuk ke pasar kan berarti sudah sempat dibekukan karena hewannya sudah mati beberapa jam sebelumnya. Beda dengan olahan laut di sini yang umumnya hewan itu baru diangkat dari air jika ada pengunjung yang ingin memesan makanan. Apalagi stok makanan laut di sini cukup melimpah. Jadi, pasti tamu-tamu gua ini bakal merasa senang karena bisa mencicipi berbagai macam makanan laut yang jarang mereka dapatkan di Jakarta.

Usai menikmati makan siang di salah satu tempat makan yang menghadap langsung ke pantai, gua kemudian mengajak mereka pergi menuju tempat oleh-oleh. Gua ingin menunjukkan secara langsung kepada mereka mengenai tempat jajanan yang pernah gua belikan kepada mereka. Hasilnya, mereka langsung membeli berbagai macam snack untuk dibawa pulang. Bilangnya sih biar di rumah bisa makan banyak. Ya, gua tidak masalah sih. Yang penting gua juga bisa ikut makan makanan yang mereka beli.

Beberapa hari berlalu dengan menjelajahi kampung yang cukup kecil ini. Selain itu, kami juga banyak menghabiskan waktu di pantai, seringnya sih pas menjelang sunset. Kata dua anak itu, pemandangan pantai ini termasuk indah saat sore hari. Langit orange yang muncul terasa begitu memanjakan mata. Kemudian, di malam harinya, suara deburan ombak juga dapat membuat pikiran menjadi lebih rileks. Ditambah meminum es kelapa dan juga memakan jagung bakar di malam hari, kegiatan kami terlihat seperti piknik yang menyenangkan.

Hari berganti, saatnya melakukan kegiatan baru. Leo dan Revandra juga sudah puas bersantai dan menikmati hidupnya di tempat ini. Jadi, sesuai dengan yang sudah disepakati sebelumnya, penjelajahan di kuil akan dimulai hari ini. Dengan semangat, gua kemudian membangunkan anak-anak lainnya untuk segera bersiap. Hal baru akan segera dimulai.

Yosh. Saatnya petualangan di kuil dimulai!

*****

Sebelum memulai acara menjelajah kuil, ada baiknya gua menjelaskan apa rencana yang sebelumnya sudah kami bertiga sepakati. Jadi, gua bertiga nanti akan bermain ke kuil. Tidak sampai ke gedung utama kuil saat hari pertama. Ini tujuannya agar Leo dan Revandra bisa mengenal terlebih dahulu wilayah yang hendak kami serang. Setelah siap dengan berbagai rute, kami lalu baru merencanakan untuk masuk ke gedung utama. Berbekal dengan petunjuk dari Haruna yang mana penjaganya itu cukup berbahaya meskipun hanya seorang diri, gua jadinya harus mencari cara lain agar bisa leluasa menjelajahi isi kuil. Karena itu, gua ingin menyembunyikan satu anak, entah Leo atau Revandra, di satu tempat yang tidak terlihat oleh penjaga, namun bisa dengan sigap menolong kami jika penjaga itu sudah mulai menunjukkan gelagat anehnya.

Gua kemudian menuntun dua anak ini untuk pergi menuju sisi pantai yang tidak terlihat itu. Sebenarnya, jika mereka berdua sadar, gua pernah membawa mereka ke sisi pantai ini. Saat itu, mereka berdua merengek tidak jelas karena merasa gua akan menjadi cowok jahat yang ingin berbuat jahat kepada temannya dengan mengajak mereka ke sisi pantai yang gelap. Sayangnya, gua ternyata tidak melakukan apa-apa karena gua masih menjadi cowok baik. Untung bagi mereka berdua karena gua tidak berbuat yang tidak-tidak kepada mereka. Karena itu, sepertinya mereka tidak menyadari bahwa saat ini, mereka sedang berada di jalan yang sama seperti malam hari itu.

“Jonatan semangat banget sih buat jalan-jalan ke kuilnya, kayak gak ada hari besok aja.”

Lihat selengkapnya