---Jonatan---
Bahaya. Perempuan yang gua curigai sudah melakukan sesuatu yang jahat kepada Haruna kini tiba-tiba muncul di depan muka gua. Dia juga ternyata sudah menyadari tingkah laku aneh gua bertiga selama beberapa hari ini. Bisa saja dia menjadi lebih waspada dan ingin sedikit mengerjai kami dengan kejadian pintu itu. Benar-benar berbahaya.
Sekarang, perempuan itu ingin mengajak kami untuk masuk ke dalam gedung utama kuil. Bertiga. Tentu saja ini bisa berdampak buruk kepada kami. Karena itu, gua mencoba menyusun rencana darurat. Sayangnya, gua tidak bisa membicarakan itu kepada Leo dan Revandra karena ada perempuan ini. Bisa-bisa dia mendengar rencana gua untuk membongkar isi gedung kuil itu.
Gua kemudian tersenyum dengan sopan seraya mencoba menolak ajakan dari beliau. “Ah, tidak apa-apa, Bu. Kami sudah cukup untuk menjelajahi bagian luar dari gedung ini saja. Jadi, terima kasih atas ajakannya.”
“Tapi, kalian bisa mengetahui sesuatu yang tidak bisa kalian lihat di luar gedung ini loh. Saya juga bisa sekaligus bercerita kepada kalian mengapa kuil ini begitu sepi, sekaligus kalian bisa tahu juga apa isi dari gedung utama kuil ini.”
Hmm, tawaran yang menarik. Tapi, apakah ajakan itu aman? “Sudah, ayo masuk saja dulu. Kapan lagi kalian bisa menemukan kuil seperti ini kan? Kebetulan juga kalian sedang berlibur, tentu kalian juga mau mendapatkan pengalaman berlibur yang berbeda dari yang biasanya kan?”
Duh, bagaimana ini? Ajakan dari perempuan ini sepertinya tidak bisa gua biarkan begitu saja. Terlebih, gua juga bisa mendapatkan pengalaman baru jika bisa masuk ke dalam kuil ini. Selagi yang menempatinya sudah memberikan izin, mengapa gua tidak mencoba untuk masuk?
Gua kemudian menoleh ke arah Leo dan Revandra. Mereka sepertinya juga tertarik untuk masuk ke dalam. Meskipun begitu, gua sepertinya harus tetap waspada. Jadinya, gua memutuskan untuk ikut ke dalam, sambil terus memperhatikan gerak-gerik dari perempuan ini.
“Baiklah kalau begitu. Saya akan masuk. Sepertinya teman-teman saya juga tertarik,” ucap gua menyetujui untuk masuk ke dalam. Ibu itu terlihat senang, lalu kemudian segera mempersilakan kami untuk masuk.
“Lo jaga-jaga di deket pintu. Biar bisa langsung gerak kalo misalkan ada yang mencurigakan,” bisik gua kepada Revandra. Posisi Revandra adalah yang terdekat dari tempat gua. Jadi, gua hanya bisa memberikan petunjuk kepada anak itu. Lagipula, jika ada dua anak yang berdiri di dekat pintu, tentu bisa mencurigakan untuk perempuan itu. Gua melihat Revandra mengangguk setuju, kami kemudian berjalan masuk ke gedung kuil itu.