Don't Forget Me, Please?

William Oktavius
Chapter #37

Sayonara, Haruna

---Jonatan---

Gua menghembuskan napas lega usai menelpon pihak keluarga dan juga dosen kampus Haruna. Terima kasih kepada catatan yang ditinggalkan anak itu, gua jadinya bisa menghubungi orang yang menurut gua penting untuk diberitahu. Untungnya semua berjalan lancar, tidak terjadi apa-apa setelah gua bertiga pergi dari kuil itu.

Setelah berhasil keluar dari kuil itu, kami bertiga pergi menuju rumah sakit. Secara mandiri. Hal ini sempat membuat perawat di rumah sakit terkejut. Mereka mengira kami bertiga sedang bertengkar karena urusan pribadi hingga luka-luka. Namun, setelah gua jelaskan bahwa ini hanyalah sebuah kecelakaan, mereka akhirnya paham. Gua bertiga kemudian dirawat karena cukup banyak luka-luka yang kami derita. Untungnya, tidak ada luka yang serius. Hanya saja, banyak luka gores akibat pisau sialan itu. Jadinya, kami cukup menghabiskan waktu tiga hari di rumah sakit untuk pemulihan.

Berada di ruang yang sama untuk pasien berjumlah tiga orang, kami menjadi merdeka. Tidak ada orang lain yang menganggu, kami bisa menjadikan kamar itu sebagai tempat pribadi kami bertiga. Jadi, interaksi kami juga tidak terganggu oleh orang lain yang ikut dirawat. Selain itu, kami juga bisa saling tolong-menolong jika ada yang membutuhkan bantuan, lalu kami juga bisa bergosip dengan lebih mudah. Ah, persahabatan kami bertiga sepertinya memang sudah cukup kuat.

Omong-omong mengenai penemuan jasad Haruna yang sama sekali tidak gua duga, orangtua Haruna berkata akan segera kembali ke Indonesia untuk mengurus jasad Haruna. Walaupun mereka sedih saat mengetahui anaknya sudah meninggal, tapi mereka berterima kasih kepada gua. Mereka berkata bahwa sangat bersyukur karena gua akhirnya bisa memberikan informasi mengenai Haruna kepada mereka, sekalipun ternyata kabar yang gua berikan adalah kabar buruk.

Selain itu, gua juga mendapat pengalaman yang cukup memalukan saat mencoba menelpon dosennya Haruna. Gua memutuskan untuk menghubungi dosennya Haruna karena dia termasuk salah satu orang yang ingin Haruna bantu. Jadi, gua pikir, dengan gua memberitahu beberapa informasi mengenai kuil itu, pasti beliau akan senang. Apalagi Haruna belum sempat memberikan informasi itu, bisa jadi dosen itu juga sedang menunggu kabar dari Haruna.

Saat berada di sambungan telepon, gua baru sadar bahwa beliau adalah orang Jepang setelah dia tidak paham dengan bahasa Indonesia yang gua ucapkan. Ya bagaimana ya, gua biasa berkomunikasi dengan Haruna menggunakan bahasa Indonesia, jadi gua refleks berpikir bahwa dosen anak itu pasti menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa yang kami gunakan.

Tapi, saat dosen itu berbicara menggunakan bahasa Jepang, gua baru sadar bahwa Haruna berkuliah di Jepang. Jadi, sudah pasti mereka menggunakan bahasa Jepang untuk berkomunikasi. Untungnya, beliau bisa berbicara dengan bahasa Inggris. Jadinya, dengan kemampuan bahasa Inggris gua yang little-little I can, gua bisa memberitahu mengenai informasi terhadap artefak ini. Gua juga terpaksa memberitahu kabar buruk bahwa muridnya telah meninggal, tapi beliau juga berterima kasih kepada gua karena sudah memberikan informasi yang begitu penting.

Orangtua Haruna dan dosennya Haruna akan datang saat pemakaman anak itu. Semoga saja gua sudah benar-benar pulih agar gua bisa menghadiri pemakamannya itu. Gua mengecek kembali kalender di handphone, jadwal pemakaman Haruna direncanakan tiga hari lagi, sehari setelah orangtua Haruna dan dosennya itu tiba di tempat ini.

*****

Usai kami bertiga diperbolehkan keluar dari rumah sakit, gua bertiga memutuskan untuk menghabiskan waktu di rumah saja selama beberapa hari. Rasanya terlalu lelah usai menjalani petualangan yang mendebarkan. Selain itu, gua bertiga juga mau memulihkan diri dahulu sebelum nanti melakukan kegiatan seru lainnya di kampung ini. Waktu liburan gua juga masih cukup panjang, jadi waktu yang tersisa masih cukup jika ingin menjelajahi sisi wilayah lainnya.

“Gila. Perjalanan kita benar-benar berbeda banget. Makasih, Jonatan, udah ngasih kita acara yang seru ini.”

“Benar. Kalau aja lo gak baca artikel itu, kayaknya liburan kita masih di Jakarta aja deh, ngehabisin waktu tanpa tahu mau ngapain.”

“Ya walaupun jadinya gua ikut nyeret lo berdua masuk rumah sakit sih gara-gara kelakuan gua.”

Lihat selengkapnya