Don't Forget Me, Please?

William Oktavius
Chapter #38

Epilog

---Jonatan---

Gua merebahkan diri di atas kasur seusai menjalani hari ini. Gua merasa sudah menjalani hari yang begitu panjang. Teman-teman gua juga sudah terlelap karena keasikan bermain di pantai hari ini. Tapi, kepala gua terasa begitu suntuk karena merasa kurang oksigen. Ah, gua ingin menikmati angin malam jadinya. Akhirnya, gua memaksakan diri untuk pergi ke pantai setelah merebahkan diri sejenak. Rasanya tidak begitu nyaman jika belum menghirup udara malam di pantai.

Gua berjalan santai menuju pantai. Tidak lupa juga gua membawa tali merah milik Haruna. Karena sudah dijadikan sebagai gantungan handphone, jadinya gua bisa dengan mudah membawa tali itu. Gua juga bisa terus mengingat dari mana asalnya tali itu. Tentu saja, dari seorang perempuan yang dengan semangatnya itu ingin mengembalikan kebahagiaan gua dulu, di saat gua sedang terpuruk karena ditinggalkan kedua orangtua. Memang cocok namanya Haruna. Seperti Haru, yaitu musim semi, dia datang dan memberikan kehangatan untuk diri gua yang sudah diselimuti dinginnya kehidupan.

Ah, kabarnya dia sekarang gimana ya? Apa dia sudah tenang di surga? Katanya sih, semua yang membuat dia penasaran sudah terjawab ketika gua bertemu dengannya. Jadi, dia tiba-tiba menghilang. Sepertinya juga karena waktunya sudah tiba sih. Karena itu, dia akhirnya bisa menuju surga dengan tenang dan menghilang begitu saja dari hadapan gua.

Gua lalu duduk di tepi pantai itu. Sambil memandangi gelapnya pemandangan di depan gua, dan juga mendengarkan suara ombak yang terus datang, gua terdiam kembali. Andaikan waktu itu Haruna tidak ngotot ingin bertemu dengan gua, pasti gua tidak mengalami berbagai macam kejadian yang seru ini. Kehidupan gua pasti bakalan jadi siswa yang flat-flat saja, bahkan bisa saja ingatan gua tidak kembali. Jika gua tidak pergi ke kuil itu, dan juga tanpa bantuan Haruna, ingatan gua seharusnya tidak akan bisa kembali. Memang, Haruna sudah berbuat banyak sekali di dalam hidup gua. Jadinya, sudah wajar jika gua balas membantunya dengan menyelesaikan misi yang ingin dia kerjakan.

“Sekarang semuanya sudah selesai, Haruna. Lo bisa melihat itu dengan bangga dari surga sana ya,” ucap gua sambil memandangi langit. Tidak lupa juga tersenyum, seolah gua berharap Haruna bisa melihatnya dari langit sana. Langit malam ini cukup cerah. Beberapa bintang tampak di langit, ditemani bulan sabit yang kecil. Sepertinya karena bulan baru, makanya cahaya bulan yang muncul hanyalah sabit kecil. Semoga salah satu bintang yang tengah bercahaya di malam ini adalah lo, Haruna. Biar lo juga bisa senantiasa terus menerangi orang-orang lainnya yang tengah berada di dalam kegelapan.

Tugas gua untuk Haruna sudah selesai. Jadi, gua bisa beristirahat dengan tenang. Gua pun merebahkan diri di atas pasir. Sambil menatap langit yang ditemani beberapa macam bintang, gua teringat kembali mengenai banyak hal sejak mengenal anak itu. Gua juga bahkan bisa mengungkapkan satu kejadian yang ingin diteliti oleh Haruna bersama-sama dengan teman gua. Satu hal yang tidak mungkin bisa gua lakukan jika gua tidak mengenal anak itu.

Di tengah memutar balik memori gua sampai hari ini, gua memejamkan mata. Menikmati semilir angin sambil membuang segala macam rasa lelah yang ada. Sungguh nyaman kenikmatan duniawi ini. Gua juga memegang tali milik Haruna. Tidak mau gua lepaskan karena dia sudah sangat berarti di dalam hidup gua.

“Semoga gua bisa dipertemukan dengan lo lagi, Haruna.”

*****

“Loh, ini di mana?”

Lihat selengkapnya